Rencana

5.7K 580 77
                                    

"Iya? Halo mi, kenapa nelpon?"

Jaemin mengapit ponsel mahalnya diantara telinga dan bahunya. Kini ia sedang memasak camilan untuk para suaminya. Lalu tiba-tiba ia ditelpon oleh mami mertuanya.

"Kamu lagi ngapain sayang?"

Terdengar suara lembut mami Tiffany disebrang sana.

"Nana lagi masak, mi!"

Jaemin menjawab sambil memasukkan adonan macaron ke dalam oven. Untuk siang ini, ia memutuskan untuk membuat macaron berwarna-warni.

"Minggu depan kamu honeymoon ya sayang? Kamu tinggal pilih mau kemana, nanti mami pesenin tiketnya. Tapi jangan lupa diskusi dulu sama suami-suami mu itu."

Jaemin membulatkan matanya ketika mendengar perkataan sang mertua di sebrang sana. Secepat inikah mereka akan honeymoon?

"Lho, seriusan mih? Nana bingung mau kemanaaa. Mami ada saran gak, Nana harus kemana?"

Jaemin bertanya kepada mami mertuanya. Ia memang jarang pergi keluar negeri. Bukannya tidak ada uang, tapi ianya saja yang malas keluar-keluar.

"Saran mami nih ya, Na. Mending kalian ke Paris aja deh. Disitu pemandangannya cantik puooll. Kamu gak bakalan bosen deh jalan-jalan disana. Mami pikir suami-suami kamu bakalan setuju sih kalau ke Paris."

Jaemin berpikir. Sejujurnya ia tidak enak kepada sang mertua jika harus pergi ke negara-negara yang mata uang atau biaya hidupnya mahal. Karena nanti semua yang membiayai honeymoon ini adalah mertuanya. Ia tahu kok, mertua dan suaminya ini kaya-kaya semua. Jadi sebenarnya bukan masalah jika Jaemin ingin berlibur kemana saja, ke tempat-tempat yang mahal sekalipun.

"Hmmm, Paris ya mi? Nana tertarik sih. Tapi emangnya gak ngerepotin mami, yah?"

Jaemin bertanya dengan ragu. Ia tipe orang yang memang tidak enakan dan selalu rendah hati.

"Aduh sayang, ngerepotin ngapainn?? Lagian mami seneng kok ngatur honeymoon kayak gini. Kamu sekarang udah jadi anak mami juga. Jadi gak ada kata ngerepotin di kamus kita. Ngerti ya, sayang?"

Salah satu sifat Jaemin yang kurang mami Tiffany sukai adalah ini, selalu merasa merepotkan dan tidak enakan. Padahal ia dengan senang hati mengurus Jaemin. Menurutnya, Jaemin adalah anak yang manis dan baik. Jaemin juga sangat memenuhi kriteria menantunya.

"Aaaaa, makasih banyak ya mamii! Nana sayang mami!"

Jaemin tersenyum lebar mendengar ucapan mertuanya tadi. Ia merasa sangat disayangi.

"Anytime, sayangnya mami. Tapi ini semua gak gratis lho ya!"

Ucapan mami Tiffany selanjutnya membuat senyuman Jaemin luntur dan berganti ke raut wajah yang bingung.

"Hah? Nana berarti harus bayar berapa, mami?"

Sontak, mami Tiffany terkekeh kecil. Menantunya ini memang sangat lucu. Ia tidak menyesal menjadikan Jaemin menantu.

"Bayarnya pakai dedek bayi aja, Na."

Wajah pria manis itu langsung memerah malu mendengar perkataan sang mertua.

"Ah, mami. Itu mah udah pasti, nanti Nana kasih."

Jaemin dengan malu-malu menjawab.

"Sip, sip. Secepatnya yaa, Na. Mami gak sabar gendong cucu dari kamu."

Jaemin tersenyum kecil ketika membayangkan orang tuanya dan kedua mertuanya menggendong seorang cucu dari dirinya.

"Ay ay captain! Kalau semisal Nana punya anak, nanti mami kasih nama apa?"

Nana and the 7 JungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang