°--------
Ke dua bola mata yang tertutup kini telah terbuka dengan sempurna. Lihatlah, keindahannya yang ditampilkan ke dua bola mata biru itu. Hidung yang kecil seperti perosotan anak TK, bibir ranum merah yang kecil, pipi chubby dengan sedikit rona merah. Satu kata yang pantas yaitu cantik. Akan tetapi, ada yang aneh kerutan di dahinya tampak jelas. Ummmm, sepertinya dia sedang bingung.
"Ini di mana? Perasaan tadi Ana masih tidur di kamar. Kenapa bisa berubah seperti ini? Walaupun tempatnya tidak jauh beda, rasanya asing. Apa Ana diculik?"
Asumsi yang tidak baik terus bergelung dalam otaknya. Kalau benar diculik, kenapa saat tidur? Apakah tidak ada cara lain?
Ahhh... Tidak... Tidak... Mana mungkin Ana diculik. Kan di rumah banyak bodyguard, dan cctv mana mungkin ada yang nyulik.
Pikiran sama hatinya tidak sejalan, oleh karena itu Ana mencoba memanggil satu persatu keluarganya siapa tahu pikiran nya itu benar kalau Ana itu tidak diculik.
"Dady.... ? Momy?? Abang epan? Abang Darren? Kalian di mana? Ini di rumah Opa sama oma kan?"
Tik....
Tok ..
Tik....
Tok...Tidak ada jawaban hanya ada suara dentingan jam yang terus berputar. Ana kini merasa takut, takut apa yang dipikirkan hatinya itu benar. Untuk mengatasinya itu Ana perlahan turun dari ranjang dan berjalan ke jendela. Semoga ini masih ada di Indonesia, bukan luar negeri. Sesaat setelah melihat, tiba-tiba tubuh mungilnya limbung. Ke dua tangannya bergetar, perlahan tapi pasti setetes air mata jatuh.
"Tidak... Tidak mungkin. Dady? Momy? Ini tidak benar kan?"
Ceklek!
Pintu terbuka dan masuklah seorang wanita dengan pakaian pelayan sedang membawakan sepiring roti dan segelas susu. Saat melihat keadaan Sang Nona, wanita itu buru-buru menaruh makanan di meja dan menghampiri Sang Nona.
"Nona... Nona.. tidak apa-apa kan. Sini Saya Bantu."
"Maaf Anda siapa, bisa jelaskan ini ada di mana?"
"Nama saya Rona, Nona pelayan di sini. A..."
"Ini di Indonesia kan?"
"Maaf Nona, ini bukan Indonesia tetapi Amsterdam Belanda Nona?"
"Apa?!"
°------
Assalamualaikum, semoga suka ya. Maaf kalau awal nya kurang berkenan. Di part selanjutnya pasti dijelaskan. Jangan lupa tinggalkan vote sama comments ya makasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lyana
General FictionTidak pernah Ana bayangkan kalau hidup di keluarga konglomerat segala aktivitas selalu dipantau, jangan keluar rumah tanpa izin, menjadi anak kesayangan, apa-apa dituruti. Sebenarnya sih Ana risih, tapi mau gimana lagi. Ini satu-satunya cara itu ka...