Swejected

19 5 0
                                    

4 Juni.

"Oke, minggu depan aku bakal confess."

Aku sudah memikirkan hal ini matang-matang. Sejak awal, aku memang berniat untuk tidak memendam perasaanku terlalu lama. Kalau soal resiko, sudah pasti ada. Sesudah ini, pasti aku dianggap murahan dan tidak punya harga diri.

Well, i don't care anymore.

11 Juni.

Seusai makan malam, aku bergegas mengambil ponselku lalu menekan nomornya.

"Confess!"

Aku membulatkan tekadku, lalu mengirim pesan kepadanya.

"Gue mau bilang ke lo kalau gue suka sama lo."

Pesan terkirim.

Aku menggaruk-garuk kepalaku sambil berjalan mondar-mandir.

Kurang dari 10 menit, terdengar ada notifikasi pesan dari ponselku.

Aku bersiap-siap untuk membuka kunci layar ponselku. Setelah aku membukanya,

Aku menemukan jawaban yang sama sekali tidak aku harapkan.

"Maaf ya, aku gak ngerasain yang sama."

Mataku membulat, diriku penuh dengan rasa penyesalan.

"Iya gapapa, makasih."

Aku mati rasa. Seharusnya, aku tidak usah berharap lebih. Bahkan seharusnya, aku tidak usah confess sama sekali.

Tentu saja, malam ini, aku akan tidur dengan kesedihan di sekitarku.

Tetapi,

Sekali lagi aku mendengar notifikasi pesan.

"Hai reva, mau main bareng?"

Mengejutkan. Pesan tersebut bukan dari Gafar.

Felt SpecialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang