The Unexpected

50 8 2
                                    

Myung Soo POV

Entah sudah berapa lama aku melamun hingga sesuatu, atau lebih tepatnya seseorang, membuatku tersadar dari lamunanku. Aku melihatnya sedang berdiri di pinggir perempatan jalan, menunggu lampu pejalan kaki berubah hijau bersama beberapa orang lainnya. Entah mungkin karena warna pakaiannya yang mencolok atau tingkah lakunya yang aneh membuatku memperhatikannya.

Dia mengenakan jas hujan berwarna kuning sampai di bawah lutut. Kepalanya ditutupi oleh tudung Dia menutupi kepalanya dengan tudung jas hujan tersebut. Jas itu terlihat sangan mencolok di antara warna-warna pakaian gelap di sekelilingnya.

Orang itu tampak familiar.

Untuk ukuran seseorang yang sedang berada di tengah hujan deras seperti ini, ia terlihat sangat santai sekali di saat orang-orang di sekelilingnya bergerak sangat cepat. Ketika orang lain menghindari genangan air di jalan, ia dengan sengaja melompat dalam genangan air itu.

Ia terlihat kekanakan sekali. Namun orang itu mengingatkanku pada seseorang.

Orang itu mengingatkanku pada Kim So Eun.

Sampai pada akhirnya orang itu berjalan mendekati cafe. Dan aku bisa melihat sedikit wajahnya dengan jelas. Perempuan itu tampak seperti...

Ah, tapi tidak mungkin dia. Saat ini So Eun tidak mungkin berkeliaran tanpa supir pribadinya. Karena bagaimanapun dia sekarang adalah seorang nyonya besar. Walaupun tidak ada yang berubah dari sifatnya, tetap saja Kim Bum tidak akan membiarkan istrinya itu berjalan sendiri tanpa ada yang mengawal. Dan lagi, dia tidak akan mengenakan jas hujan di saat seperti ini. So Eun lebih suka menggunakan payung. Ah, betapa aku sangat mengenal So Eun, hingga detil kecil seperti itu saja aku tidak bisa melupakannya.

Sampai akhirnya, orang itu berhenti di depan cafe dan melepas jas hujannya. Kemudian orang itu masuk, dan betapa terkejutnya aku karena orang itu benar-benar mirip Kim So Eun. Jika saja aku tidak mengetahui bahwa So Eun sekarang sedang hamil bulan ketujuh, aku pasti sudah menganggap orang itu adalah Kim So Eun.

Aku terus memperhatikannya sampai dia duduk di kursi yang tidak jauh darinya. Aku tahu, sangat tidak sopan kalau kita terus memperhatikan orang lain. Tapi, orang ini sangat-sangat mirip dengannya. Jadi aku sangat penasaran, apakah itu benar dia?

Perempuan itu duduk dengan santainya sambil melihat ke sekitarnya. Dan pada saat itulah mata kami saling bertatapan. Dia terdiam, akupun terdiam. Tak satupun dari kami yang berani bergerak lebih dahulu. Aku tidak menemukan tanda-tanda bahwa dia mengenalku dari matanya. Bagaimanapun, sudah tiga tahun sejak terakhir kali aku bertemu dengannya.

Saat aku mengetahui bahwa Kim So Eun menyukai sepupuku dan perasaannyapun berbalas, saat itu pula aku pergi dari kehidupannya. Terakhir aku berkomunikasi dengannya adalah melalui telepon kantorku dua tahun lalu, ia memastikanku untuk datang ke acara pernikahannya yang kusanggupi namun tentu saja kuingkari pada hari H. Apakah ia sekarang membenciku? Apakah aku sudah menjadi orang asing baginya? Kami saling bertatapan selama beberapa detik. Atau mungkin menit. Aku tidak tahu, karena sepertinya kami bertatapan cukup lama.

"Na Eun-ah, kau sudah lama menunggu?"

Tatapan kami terputus oleh orang yang menyapanya. Perhatiannya lalu teralih orang yang menyapanya, "Unnie! Aku merindukanmu." ucapnya gembira sambil bangkit dari kursinya dan memeluknya.

"Yah, aku juga merindukanmu, dongsaeng-ah." jawab orang itu sambil membalas pelukannya.

Suara itu, terdengar tidak asing di telingaku. Sayangnya aku tidak bisa melihat wajahnya karena dia memunggungiku. Tapi dilihat dari bentuk tubuh dan tinggi badannya, dia sama seperti wanita di hadapannya. Dan mirip sekali dengan seseorang yang kukenal juga.

Mungkin wanita itu merasakan tatapanku di belakangnya sehingga dia berhenti dan berputar. Wajah yang sama dengan orang dihadapannya menatapku. Tiba-tiba matanya membulat dan ia langsung menghampiriku

"Myung Soo-yah?" tanya nya hati-hati.

"Ne?"

"Jadi benar ini kau!" ucapnya gembira seraya memelukku. "Yah! sudah lama sekali kita tidak bertemu. Kemana saja kau? Tiba-tiba saja menghilang tanpa kabar. Kudengar kau sekarang memiliki majalah travelling sendiri. Wah, kau sombong sekarang ya. Kau juga tidak datang ke acara pernikahanku. Teman macam apa kau?" omelnya. Tingkah dan ucapannya masih sama dengan Kim So Eun yang ku kenal.

"Oh, ya. Maafkan aku. Ada tawaran kerja yang tidak bisa kutolak." alasanku. Tidak sepenuhnya benar. Namun tidak sepenuhnya salah juga. Aku memang mendapat tawaran pekerjaan, tetapi bukan sesuatu yang tidak bisa aku tunda. Jawaban itu memang sudah kupersiapkan sejak tiga tahun yang lalu.

"Jahat sekali kau, lebih memilih pekerjaanmu dibanding aku." ucapnya sambil cemberut.

"Maafkan aku, So Eun-ah." ucapku sungguh-sungguh.

"Oh iya, kenalkan. Ini adik ku, Na Eun. Yang sering aku ceritakan." So Eun mengisyaratkan wanita tadi untuk mendekati kami.

"Hai." ucap Na Eun sedikit canggung.

"Hai. Apa kalian...tunggu maksudku, kalian sangat mirip." tanyaku masih dengan bingungnya.

"Terang saja, karena kami kembar identik. Dia adik yang pernah aku ceritakan sedang kuliah di luar negeri. Apa aku tidak pernah menyebutkan kalau kami kembar?"

Aku mengernyit, "Kau tidak pernah menyebutnya."

"Benarkah?" tanya nya heran. Namun ia melanjutkan obrolannya seakan-akan detail sepenting itu bukanlah masalah yang besar untuknya, "Ngomong-ngomong, waktu itu aku ingin kau menjadi pasangannya pada hari pernikahanku waktu itu, tapi kau malah tidak datang. Sungguh tidak bertanggung jawab."

"Benarkah?" tanyaku tetapi pandanganku tidak beralih dari Na Eun. Dan untuk pertama kalinya, aku merasa menyesal karena tidak datang ke acara pernihkahan sepupuku itu. "Kalau begitu apa yang bisa kulakukan untuk menebus kesalahanku?"

***END***

How Are You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang