Kini kantin sudah sesak dipenuhi siswa dan siswi yang sedang mengisi perut mereka, tidak banyak yang memilih berdiam diri dikelas karena tidak ada keinginan untuk berdesakan dengan siswa yang lain, berkerumun dan mengantri untuk membeli makanan. Namun sekarang Dira, siswi yang kehadirannya kadang tidak diketahui warga sekolah mulai menampaki dirinya dikantin yang ramai ini. Biasanya Dira tidak pernah pergi ke kantin saat jam istirahat atau jam-jam yang menyebabkan kantin ramai, alasanya karena dia sedikit Taku dengan orang-orang juga tidak suka keramaian dan akan cepat lelah jika berada disekitar yang ramai. Dan satu lagi alasan mengapa Dira jarang ketempat ramai yang salah satunya adalah kantin, karena dia akan cegukan ketika bertemu orang baru dan ketika berada dalam situasi yang membuatnya tidak nyaman. Cegukan itu menyebabkan dirinya merasa canggung dan takut.
Dira berjalan kearah warung roti bakar yang berada di paling pojok dekat dengan pohon besar yang menjadi maskot kantin. Kebetulan warung roti bakar tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa murid saja disana. Karena biasanya pada jam istirahat kedua ini murid-murid lebih banyak membeli makanan berat. Kini giliran Dira untuk memesan roti bakar yang ia mau.
"isi keju susu, ya teh."
Si penjual itu mengangguk dan langsung menyiapkan pesanan Dira. Kebetulan penjual roti bakar ini masih terbilang cukup muda, dan para murid disini sudah terbiasa memanggilnya teteh. Dan biasanya warung roti bakar ini selalu penuh, mau istirahat pertama ataupun kedua. Kebetulan saja hari ini sedang sepi dan keberuntungan untuk Dira agar tidak mengantri lebih lama.
"Ini ya dek." Dira memberikan selembar uang pecahan 10.000 ribu sambil mengucapkan terimakasih dan berbalik untuk kembali ke kelas. Walaupun dikantin disedikan tempat untuk makan, Dira lebih memilih dikelas atau ditaman belakang sekolah yang jarang orang datangi.
Dira berjalan di koridor kantin sambil memainkan ponselnya, entah apa yang sedang ia mainkan hingga fokusnya untuk jalan terganggu dan berakhir menabrak seorang siswa hingga pop mie milik siswa itu jatuh kelantai dengan bebas tanpa sisa semua isinya keluar mengotori ubin lantai. Dira melongo sebentar sebelum menatap siswa didepannya yang sudah memasang wajah masam.
"S-sory...." Dira berjongkok dengan polosnya memasuki kembali isi pop mie itu kedalam tempatnya dengan garpu pop mie yang ikut jatuh.
Euk... Euk....
Dira menatap wadah pop mie itu dengan wajah gelisah ditambah cegukan nya yang tiba-tiba datang, "Nanti saya ganti aja gak pa-pa?"
"Gak usah." Cowok itu menolak mentah-mentah sambil mengambil wadah pop mie yang berada ditangan Dira dan membuangnya ke tong sampah yang tepat berada disamping mereka berdiri sekarang.
"Maaf sekali lagi, kalau kamu mau minta ganti chat aja nomor 0821******."
"Saya permisi, maaf ya...."
Setelah mengucapkan itu Dira langsung pergi dan masih setia menunduk seperti enggan mengangkat kepalanya. Kalau dilihat-lihat Dira jika melakukan kesalahan ia akan meminta maaf berkali-kali, terkesan berlebihan namun itu Dira karena dirinya sangat amat tidak enakan.
Cakra siswa yang pop mie nya tumpah tadi menatap punggung Dira ngeri. Dalam hatinya ia bergumam apakah perempuan itu tidak pegal terus menunduk seperti tadi. Padahal Cakra tidak memarahi atau bahkan membentaknya, dan juga sepertinya Cakra baru pertama kali melihat Dira setelah 2 tahun bersekolah di SMA ini.
"Bodo amat dah beli pop mie lagi."
Sedangkan kini di sisi lain 2 orang pasangan kekasih yang masih mengenakan seragam sekolah yang sama sedang berdebat dibalik pohon beringin, samar-samar terdengar teriakan si perempuan di iringi segukan setelahnya.
"Lo bego apa gimana sih? Jelas-jelas gue udah punya banyak bukti. Sekarang lebih baik kita udahan. Lo sama cowok bajingan itu dan gue lanjutin hidup gue kaya biasa, paham?"
Si cowok menumpahkan segala keresahan yang sudah menumpuk dihatinya, kini segalanya sudah selesai. Hubungannya dengan gadis yang sudah 3 tahun berjalan selesai dengan tidak baik-baik saja. Aji tersenyum miris bibirnga bergerak untuk membuka suara lagi.
"Lo baik-baik ya Ca jangan ulangin kesalahan kaya gini lagi." Tangannya bergerak mengusap kepala si cewek dengan perasaan campur aduk. Sedih, lega, segalanya terasa tidak baik-baik saja. Aji dan Oca pacarnya dulu ralat sekarang mantan pacarnya, sama-sama merasakan sakit itu. Semua kenangan yang sudah mereka bentuk selama 3 tahun belakang ini selesai begitu saja karena keegoisan Oca.
"Ji makasih buat 3 tahunnya. Gue ngaku gue salah, salah banget....Ji semoga Lo dapet gantinya yang lebih baik dari gue ya? Maaf udah hancurin semua kepercayaan Lo, gue nyesel tapi gue sadar gue terlalu goblok buat minta Lo bertahan."
"Ji buat terakhir kalinya gue boleh peluk Lo gak?"
Aji menatap Oca dengan ragu namun otaknya lebih cepat bekerja untuk menolak permintaan konyol mantan pacarnya itu.
"Sorry Ca gue ada urusan."
Oca menatap punggung si mantan pacarnya itu sambil tersenyum miring, jempol nya terangkat mengusap air yang berada di ujung matanya.
"Good job Oca, Lo emang ratu drama cocok banget buat jadi artis hahaha."
~•#•~
"Woi Cak!"
"Lo manggil tuh yang lengkap Jing cak-cak Lo kata cicak."
Cowok dengan setelan seragam rapih khas murid teladan itu tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban kesal temannya.
"Lo dipanggil kepsek tuh keruangannya."
"Kenapa Lo Cak buat ulah?"
"Lo sekali lagi manggil gue Cak gue lempar pake nih bola beneran." Ujarnya yang sudah kepalang kesal. Namanya bagus-bagus malah dipanggil seperti itu, jelek sekali nama panggilnya. Pikirnya saat itu.
"HAHAHAHAHA santai dah Sono lu cepet ditungguin kepsek." Deon mendorong tubuh Cakra hingga si empu berdecak kesal.
Hari ini sepertinya hari tersial Cakra selama hidup, pertama pop mie nya yang tumpah mengenaskan, kedua bola basket kesayangannya kempes entah ulah siapa yang kurang ajar mengempeskan bolanya, dan sekarang ketiga Deon membuatnya emosi ditambah harus bertemu kepsek yang makin membuat mood Cakra berantakan.
"Permisi pak."
"Oh Cakra, silahkan duduk dulu sebentar ya bapak selesaikan urusan dulu dengan murid nakal ini." Sahut kepala sekolah sambil melirik sinis siswa yang dimaksud yang duduk tepat berada disamping Cakra.
"Sudah sana kamu keluar." Usir kepala sekolah itu kasar.
Cakra sebenarnya muak dengan kelakuan kurang ajar kepsek sekolahnya itu, namun apalah ia hanya seorang murid yang mau menuntut pun tidak banyak bukti kongret nya.
"Jadi ada apa bapak manggil saya kesini?" Ujar Cakra langsung tanpa basa basi.
o0o
Sebenernya ini gue terinspirasi dari school 2017, jadi kalau ada kata/adegan yang mirip (gue sih berharap kagak ada ya) komen aja kalau kalian kurang suka, nanti biar gue revisi lagi.
Sip terimakasih sudah baca. Sampai jumpa di part selanjutnya.
Tanah Cibaduyut, 27-07-2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
School Case
Teen FictionKebenaran selalu menang, jangan takut kalah dengan kebohongan. Semuanya tergantung bagaimana cara kita menyikapi segala masalah. Perteman dibentuk untuk saling mempercayai satu sama lain, bukan untuk penghianatan atas dasar uang yang diberi tidak s...