Cakra keluar dari ruangan kepala sekolah dengan wajah masam tidak enak dilihat, Deon yang ternyata sedari tadi menunggunya didepan pintu membuatnya terkejut saat pertama kali membuka pintu langsung dihadapi muka aneh Deon.
"Lo ngapain disitu?"
"Nguping." Sahutnya dengan cengiran khas.
"Blegug, Sono Lo pergi."
"Bro, diapain Lo didalem?" Cakra tidak menjawab pertanyaan Deon dan malah melenggos pergi meninggalkan pemuda itu yang mulai berdecak kesal.
"Cakra anjirt main ninggalin."
Seorang gadis ber-almameter berjalan kearah sebuah gazebo tua ia berjalan cepat dan kadang sedikit berlari yang menyebabkan rambutnya yang terurai diterpa angin menampakan paras ayu gadis itu. Ditangannya ia menenteng sebuah kantung kresek berisi baso Aci favorinya, niatnya ia akan makan bersama dengan temannya digazebo itu. Sesampainya di gazebo gadis itu diam-diam membuka satu persatu sepatunya dan naik dengan sangat hati-hati agar tidak menimbulkan suara.
"BAAA!"
"AAAAAK!"
"Fany apa-apaan sih Lo!" Gelak tawa memenuhi sekitar gazebo itu, beberapa orang yang berada disana menengok kearah mereka dengan tatapan heran.
"Ketawa Lo jelek, tuh liat orang-orang pada ngeliatin lo." Sahut Dira dengan suara ketusnya. Dira masih kesal karena dikagetkan seperti tadi, soalnya dirinya tukang kagetan jadi malas kalau ada orang iseng seperti Fany, temannya.
"Dih gitu aja ngambek, nih gue bawa harta Karun." Fany mengeluarkan isi dari kantung kresek putih yang ia bawa tadi.
"Emang paling debest Lo Bray." Dira tersenyum senang sambil mengacungka dua jempolnya kearah Fany.
"Eh tapi, kok...?"
"Duit gue ketinggalan jadi kurang hehehehehe." Fany Memotong ucapan temannya itu sebelum memprotes dan menanyakan kenapa baso acinya hanya satu. Biasanya ia selalu membeli 2 untuk dirinya dan Dira.
"Yeuuuu, gak apa-apa sih lagian gue juga udah beli roti bakar."
"Roti doang??"
"Sama susu Bray, santai." Fany mengangguk-anggukan kepalanya. Ia sedikit khawatir jika Dira hanya makan roti saja, karena anak itu memiliki penyakit maag yang selalu kambuh jika tubuhnya diberi sedikit asupan atau lebih parahnya tidak diberi sedikitpun.
"Fan tadi gue nabrak orang...."
"Di kantin, pop mie nya tumpah semua."
Fany berhenti mengaduk-aduk baso acinya dan langsung mengalihkan objek matanya kearah Dira yang duduk berada tepat didepannya.
"Lahhh, lu ke kantin???"
"Seorang Indira Belva ke kantin?? WAHHH ORANG-ORANG HARUS TAU SEORANG INDIRA BELVA YANG CAP INTROVERT AKUT INI KEKANTIN!!!"
"Fany bego ngapain lu teriak, diliatin orang-orang anjir gue yang malu." Dira menyembunyikan wajahnya dengan kresek yang sempat dijadikan kantung baso Aci. Sekarang tatapan orang-orang disekitar mereka lagi-lagi menatap mereka berdua heran, tapi lebih heran dan kagetnya lagi karena ucapan Fany yang berkata Dira ke kantin dengan sangat keras. Dan Dira sangat malu.
"Sumpah Lo ke kantin kesambet apaan anjir???"
"Kesambet haechan."
"ANJIR TERIMAKASIH HAECHAN KAMU TELAH MERASUKI TEMAN SAYA DAN MEMBAWANYA KE KANTIN."
"Dahlah unfrend aja kita fan, gue gak kuat temenan sama Lo."
Fany berhenti dengan kehebohan nya itu. Dan beralih merapihkan posisi duduknya yang sempat berantakan karena terlalu banyak bergerak.

KAMU SEDANG MEMBACA
School Case
Fiksi RemajaKebenaran selalu menang, jangan takut kalah dengan kebohongan. Semuanya tergantung bagaimana cara kita menyikapi segala masalah. Perteman dibentuk untuk saling mempercayai satu sama lain, bukan untuk penghianatan atas dasar uang yang diberi tidak s...