1~ Semu Candramawa

34 22 12
                                    

Test 1 2 3

Ekhem

Oke, Pasukan Pelindung update nih.
Masih masuk part awal ya. Jadi belum ketahuan konflik nya. Oh iy, yang prolog itu cuplikan salah satu adegan di part nuantiiii. Jadi, part ini bener² awal mula ceritanya.

Oke, happy reading 🤗


~oOo~

POV Adhwa On

Angin berhembus menusuk dada dengan sembilunya. Dunia serasa melambat, kala pagi tak kunjung menampakkan wujud. Terasa ada sesuatu yang mengejar ragaku dari belakang.

Terlihat oleh netra walau hanya berbias. Aku semakin yakin definisi wujud itu. Sesosok Makhluk berbaju merah, terus mengikuti jejak langkahku tanpa kenal letih.

Kapan semua ini akan berakhir?

Kapan waktu akan berputar kembali?

Aku terus melangkah seperti rusa yang tengah dikejar macan tutul kelaparan. Walau kaki ini rasanya lebih berat dari baja. Pikiranku serasa melayang dan lepas dari inangnya.

Hingga... ku terjatuh di kaki yang tak menyentuh tanah. Wajah yang hancur semakin jelas di hadapanku. Dia semakin mendekat ke tubuhku yang diam tidak berdaya. Makhluk itu menunjukkan eksistensi deretan gigi yang tajam bak pedang seorang kesatria. Hawa gelap dan dingin kurasakan kini.

Akhirnya... ku terbangun dari mimpi yang menghentikan laju sel darah dalam nadiku. Keringat dingin membasuh kulit tubuhku dan baju yang kukenakan.

Untung semua itu hanya mimpi.

Jika benar terjadi, aku tidak bisa membayangkannya.

POV Adhwa Off

Adhwa mencoba mengatur napasnya sedemikian rupa. Tanpa sadar, Adhwa mengacak-acak rambutnya sendiri yang lurus dan memiliki panjang se-leher.

"Nyawa!! Tolong berkumpullah di saat seperti ini." Adhwa menepuk-nepuk wajah manis nya.

Kemudian, ia lantas beranjak dari ranjang berwarna merah muda yang terletak di sudut kamar. Adhwa berlari kecil menuju ke arah kalender meja yang ia letakkan di meja belajarnya. Ia terlihat mengambil sebuah bolpoin bewarna merah dari laci.

"Hmm... berarti sekarang hari Selasa, 28 November 2176." Adhwa menulis bulatan tepat di tanggal yang ia maksud dengan pulpen yang tadi.

Tanpa berpikir panjang, Adhwa segera mengambil perlengkapan alat tulis yang akan ia gunakan hari ini. Secara tidak sengaja, Adhwa menemukan sebuah catatan aneh berada di tas nya. Karena penasaran, Adhwa langsung membuka kertas yang terlipat menggumpal itu.

Tertulis di dalamnya :

Minyak curah = 1 kg
Telor bebek = 3 kg
Beras jagung = 1 ons
Sawi = 2 ikat

"Astagaaaa... aku baru ingat, Kemarin Ibu menyuruhku untuk membeli beberapa barang," ucap Adhwa sebelum akhirnya ia mencoba keluar dari kamar dengan menyelinap.

Adhwa melangkah dengan berjinjit dengan posisi tubuh seperti tupai yang sedang memegang kacang. Belum sampai 10 langkah berjarak dari kamarnya, terdengar seseorang berdehem.

"Adhwa Adelaida yang paling cantik menurut megalodon, sampai kapan ingin seperti monyet berjingkrak begitu?" Orang yang tidak lain adalah Kakak dari Adhwa yang bernama Alfath Adelaida, mencoba mengganggu aksi yang tengah dilakukan Adiknya.

"Sutttt... Kakak diam saja dan jangan bawa-bawa nama hewan." seketika jarak antara alis kanan dan alis kiri Adhwa semakin menipis.

"Sudahlah Adhwa! Lebih baik kamu mandi saja, karena SMP Kuninka Giant tidak akan menunggumu." Alfath meninggalkan Adhwa sendirian.

***

SMP Kuninka Giant, merupakan salah satu dari dua Sekolah Menengah yang berada Kota Kuninka. Sekolah ini termasuk kedalam ketegori favorit. Karena prestasi yang diraih penghuni sekolah ini. Baik oleh para Murid, maupun para Guru nya.

Adhwa yang masih berusia 13 tahun, kini duduk di bangku kelas 8 SMP. Namun, kecerdasannya tidak kalah dengan anak sederajat Sekolah Menengah Atas. Dengan kecerdasannya itu, Adhwa dengan mudah nya menjadi salah satu bintang yang paling bersinar di Sekolah ini.

"Hai Teman-teman semuanya," teriak Adhwa ketika ia memasuki pintu kelasnya.

Keantusiasan Adhwa berakhir ketika ia mengetahui tidak ada siapapun di dalam kelasnya kecuali Doni, si Anak wali kelas. Doni terlihat sedang membaca komik ber genre aksi. Hal itu bisa ditebak ketika melihat sampul buku depannya.

Adhwa menghiraukan kehadiran Doni dan memilih untuk duduk diam di bangku. Karena bosan, Adhwa menopang dagu menggunakan kedua tangannya dengan mata terpejam.

Jiwa usil Doni mungkin telah bangkit dari semedinya. Doni memukul meja Adhwa dengan sekuat tenaga. Tentu, Adhwa terkejut dan marah melihat kelakukan Doni.

"Doni sang Putra mahkota Wali kelas, tangan tuan gatal? Mau hamba beri salep penghilang tulang?" Adhwa merajut senyuman devil di bibirnya.

"Ampun Adinda! Kakanda hanya ingin memberi tahu berita nan penting." Doni berlutut layaknya seorang Pangeran yang hendak melamar seorang Putri Raja.

"Adinda? Kakanda? Maksudnya apa? Doni Jackman sepertinya sedang ingin di goreng menggunakan wajan Ibu saya." Adhwa berdiri lalu menendang lutut Doni yang posisi nya masih bertahan seperti tadi.

Doni meringis kesakitan, lalu berdiri dan langsung mengatakan berita yang ingin ia sampaikan kepada Adhwa.

"Katanya, akan ada murid baru di kelas 8 Orchid ini."

"Benarkah? Kapan dia datang? Dia laki-laki? Wajahnya seperti apa?" Adhwa bertanya dengan ekspresi sedikit membuat risih siapapun yang melihatnya.

"Satu-persatu sayang kalau bertanya," Doni meneruskan canda yang tadi sempat terhenti.

"Pertama, dia akan datang minggu depan,"

"Kedua, ya, dia laki-laki,"

"Ketiga, aku bukan peramal yang bisa melihat wajah orang dengan satu ember ramuan,"

"Dan sekian, terimakasih." Doni menyudahi ceramah singkatnya.

Adhwa mendengarkan dengan seksama semua hal yang dikatakan Doni. Sebelum Adhwa sempat menanyakan sesuatu lagi, Doni bergegas menghilang dari hadapan Adhwa. Suara kaki nya yang berlari menggema di lorong depan kelas.

"Doni... masih sama seperti 100 tahun lalu," gumam Adhwa.

"Apanya yang seratus tahun lalu Adhwa?" tiba-tiba Rifqah yang baru sampai di sekolah, datang ke hadapan Adhwa.

Adhwa terlihat kikuk. Karena jelas ia tadi hanya bercanda saat bergumam. Rifqah masih memandang Adhwa dengan ekspresi serius. Adhwa binggung harus menjawab apa.

"Ahh bukan, maksudnya ada hantu 100 tahun lalu." Adhwa menjawab dengan asal-asalan.

Rifqah hanya ber-oh ria dengan wajah yang berubah cemberut. Lalu, ia pergi menuju tempat duduknya sendiri. Adhwa khawatir dengan keadaan Rifqah yang sedikit berbeda dari biasanya.

Gadis berambut panjang dengan warna hitam legam ini, memang berbeda 360 derajat dibandingkan Adhwa. Rifqah terkesan feminim dan pendiam. Sementara Adhwa yang tidak peduli dengan penampilan dan sangat aktif (jauh dari kata feminim).

"Rifqah, kamu baik-baik saja?" Adhwa menghampiri Rifqah.

"Adhwa... tolong aku!" Rifqah berdiri lalu menatap sayu mata Adhwa.

"A-ada apa Rifqah? Jangan membuat diriku khawatir," jawab Adhwa.

Rifqah menceritakan semua hal yang mengganjal di hatinya. Betapa terkejutnya Adhwa mendengar apa yang dikatakan sahabatnya itu.

"Apa?? Kamu bisa melihat...."

••••••••••♪••••••••••

Written date : 24 Juli 2021
Publish date : 24 Juli 2021

Pasukan Pelindung Vol 1 (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang