.
.
.
Rumah sakit,
01 September 2008"Sudahlah Arta jangan menangis, ibu sudah tidak merasakan sakit lagi."
Arsa tentu sangat tahu kalau kembarannya sangat terpukul atas kepergian sang ibu, terlebih lagi Arta itu sangat dekat dengan beliau. Hampir kemanapun ibunya pergi pasti Arta akan ikut. Berbeda dengan Arsa yang lebih dekat dengan sang Ayah.
"Arta, sudah jangan menangis lagi ada Kaka disini. Dan lihat kita punya Adik kecil, dia sangat lucu."
Arsa berusaha mengalihkan perhatian Arta agar mau melihat adik baru mereka yang berada didalam tabung kaca. Adik mereka terlahir tidak genap bulan, banyak selang-selang yang terpasang ditubuh adik mereka untuk menunjang hidupnya.
"DIA BUKAN ADIKKU, DIA SUDAH MEMBUAT IBU PERGI!!"
Memang ibu mereka meninggal selepas melahirkan sang adik. Tapi itu takdir, bagaimana bisa kita menyalahkan bayi yang baru lahir dan tanpa dosa atas kepergian ibu mereka.
"Hey Arta, lihat aku."
Arsa menangkup kedua pipi sang adik kembar supaya menatapnya.
"Ini bukan salah adik atau salah siapapun, ini sudah takdir. Kau harus mengikhlaskan Ibu."
Arta tak menjawab dia hanya diam, lalu merasakan tubuhnya menghangat dipeluk sang kaka. Kaka beradik kembar itu hanya menghabiskan malam dengan menangis meluapkan rasa sesak dan sedih yang tertimbun dalam relung hati, tapi dengan rasa yang berbeda. Arta menangis karna rasa tak ikhlas dan bencinya. Arta tak ikhlas atas kehilangan sang ibunda dan benci atas kelahiran sang Adik.
-o0o-
21.07.25
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa. [End]
RandomRasa adalah tanggapan indra terhadap rangsangan saraf, seperti manis, pahit, masam terhadap indra pengecap, atau panas dan dingin. Tapi dikisah ini Rasa yang kita bahas berbeda. Yaitu rasa dalam artian kekuatan halus yang menyelimuti atau citraan, b...