2.2

117 15 3
                                    

-o0o-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-o0o-


Tak terasa besok hari minggu, padahal serasa baru saja Asha melihat Dean dan Farhan bermain basket tiga hari lalu, dan sudah selama itu pula Arta tinggal disini. Hubungan Arta dan Asha pun tidak ada kemajuan, padahal selama tiga hari Arta dirumah terus karna belum masuk kerja, tapi tetap saja begini-begini terus hubungan mereka, datar.

Setelah makan siang dengan sedikit kendala dan cekcok antar si kembar mereka memutuskan menonton film horor yang kata Arsa paling seram didunia yang membuat Asha bergidik ngeri, dan karna perkataan itu pula Arta jadi penasaran dan berakhir ikut menonton.

"Ahahahaaaa, lihat hahahaaaa." Dari awal sampai pertengahan film sekarang Asha terus tertawa sambil memegangi perut, sungguh perutnya sudah sakit karna terlalu banyak tertawa.

"AHHAAAHAAAA," Tawa menggelar keluar dari kedua bilah bibir Arsa, niat awalnya memang menonton film horor tapi dengan banyak bumbu komedi. Dia tidak serius ketika mengatakan film ini paling horor didunia, itu hanya akal-akalnya saja agar Arta mau ikut menonton, dan tentu juga karna memerhatikan kesehatan Asha.

"Ahahahaaa,"  Arta bahkan tidak sadar juga ikut tertawa walau hanya tawa kecil yang hampir tidak terdengar, Arta bahkan melupakan terkataan dusta dari Arsa tentang 'film horor paling seram didunia'.

Hening sebentar sebelum Arsa bersuara, "kaka akan mengambil cemilan sebentar," Arsa lupa kenapa dia baru ingat setelah filmnya hampir habis, sungguh malang. Lalu Arsa beranjak dari sofa, meninggalkan kecanggungan yang terasa antara Asha dan Arta, tidak ada lagi gelak tawa seperti tadi.

"Emm... Ka Anta." Asha berusaha memecahkan kecanggungan diantara mereka. Lalu Asha menggeser bokongnya mendekat ke arah Arta, "Kaka tahu tidak-"

"Tidak."

"Iss, belum selesai. Kaka sangat tampan tau kalau sedang tertawa seperti tadi, aku suka melihatnya."

"E'eh"

"Apa Ka Anta masih tetap tidak suka pada ku?"

Pertanyaan ini terlalu tiba tiba bagi Arta, kalau ditanya apakah dia tidak suka dengan Asha jawabannya iya, tapi ada sesuatu yang membuat Arta bimbang, ada suatu rasa aneh dihatinya yang membuat Arta tak ingin jauh dari Asha, namun dia juga urung untuk mendekat.

Belum sempat menjawab tapi Arsa sudah kembali dengan empat bungkus cemilan rasa keju dan tiga botol jus jambu.

"Maaf tadi Kaka sedang- apa kaka melewatkan sesuatu?"

Asha hanya diam, sedangkan Arta sudah pergi dari tempat duduknya tanpa sepatah kata apapun.

Arsa memandang Arta yang sedang menaiki tangga, lalu menatap Asha yang diam sambil menunduk. Setelah melihat itu Arsa yakin pasti terjadi sesuatu saat dirinya mengambil cemilan tadi.

🥑🥑🥑

Hampir setiap malam Arsa akan mengantarkan adik bungsunya itu segelas susu coklat hangat dengan bumbu istimewa, katanya. Tapi tak jarang pula dia sering tidur berdua sambil menina bobokannya. Bukan tanpa alasan sebenarnya, karna kekhawatiran Arsa akan kondisi Asha, takut ditinggal oleh orang tersayang untuk kesekian kalinya. Arsa sangat takut itu, takut sekali.

"Ka... Dada ku sering sakit akhir-akhir ini. Padahal selalu meminum obat tepat waktu tidak pernah lupa, tidak nakal disekolah," adu Asha kepada Arsa.

"Emm, kalau begitu kita akan periksa ke dokter besok, kalau sudah terasa sangat sakit besok tidak usah sekolah langsung periksa saja," Tak dapat dipungkiri Arsa sangat khawatir dengan sang adik, kendati dia juga bersyukur karna Asha selalu jujur tentang apa yang dia rasakan.

"Emm sepertinya tidak perlu, di elus-elus Kaka saja sudah sembuh," Asha meletakan tangan Arsa tepat di atas dada kirinya.

Arsa terkekeh geli dengan kelakuan adik bungsunya ini, "iya dong pasti sembuh, tangan Kaka kan ajaib," lalu Arsa mengelus-elus dada Asha sambil komat-kamit pura-pura sedang membaca mantra ajaibnya.

"Sudah selesai, sekarang waktunya tidur."

Asha menurut, mulai menutup matanya dan menyelami alam mimpi yang penuh fantasi itu.

Arsa mengusap usap kepala sang adik, lalu sesekali juga mengusap dada Asha, anak itu kadang mengeluh sedikit sesak saat akan tidur. Tentu saja mantra ajaib Arsa tak akan berdampak apa-apa untuk ini. Namun dibalik itu, mantra ajaib yang iya keluarkan dapat membuat adiknya tersenyum, itupun sudah lebih cukup.
.

.

.
Didepan pintu kamar Asha yang sedikit terbuka. Arta menyaksikan bagaimana bahagianya Asha, bukankah itu tidak adil? Dia menderita selama ini tapi anak itu? Tapi disudut lain hatinya yang paling dalam iya ingin menerima, dia bahkan juga menerima sedikit  kehangatan walau hanya dengan menatap interaksi Arsa dan Asha dari luar. Tapi dia tetap benci, Arta bingung entah rasa apa yang iya rasakan saat ini.

-o0o-

-o0o-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Ngga nyambung?
Pendek?
Menye?
Sorry lagi ngga punya ide

Publish: 17.08.21
Revisi: 28.12.21
TBC

Rasa. [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang