BAB 1

20 7 6
                                    

Penulis menyatakan bahwa karya ini murni milik penulis. Apabila ada yang berniat untuk melakukan plagiat, harap mengingat bahwa ada Undang-Undang nomor 28 Tahun 2014, tentang Hak Cipta.

***

"Ayah awas!" Ucap Kanara lantang.

"Truknya enggak mau berhenti Kanara!"

Tinnn! Tinnn!

"Aaaaaaaaa!" Suara teriakan Kanara tak lagi dapat ditahan.

Bruk

Prang

Suara kencang nan menggelegar terdengar disetiap telinga orang yang berlalu lalang, mengejutkan setiap insan yang tengah melalui jalan untuk pulang. Banyak teriakan terdengar kala melihat kejadian naas itu, hingga satu persatu dari merekapun mendekat.

Malam kini tidak lagi sunyi, terlihat mobil merah menabrak dua mobil di depannya hingga naasnya mobil paling depan bertabrakan dengan sebuah truk.
Mobil itu terbalik dan meledak membuat dua insan terlempar jauh dari tempat kejadian, seorang pria paruh baya menunjukkan tangannya sembari melihat seorang gadis yang sudah terkapar tidak berdaya. Darah segar mengalir dari tubuh mereka berdua, membuat siapa saja yang melihatnya akan lemas dan tidak bertenaga.

"Ya...Ya--yaya, ma--maafkan a-yah...," ucap pria paruh baya sebelum kehilangan seluruh kesadarannya.

Suara sirene polisi dan ambulance kembali meramaikan malam itu. Ambulance yang datang tidak hanya satu dikarenakan Banyak pengguna jalan yang ikut terluka akibat ledakan mobil, bahkan kejadian naas itu merenggut Beberapa nyawa manusia. Teriakan polisi membuat semua orang mundur dari tempat kejadian.

"Dimohon kepada masyarakat agar memudahkan jalannya penyelamatan ini, jangan ada yang mendekat dan menggerubungi korban agar pihak rumah sakit tidak kewalahan!" Polisi itupun memasangkan sebuah pita berwana kuning, pita itu sangat panjang hingga dapat memutari tempat kejadian.

Di sisi lain pihak rumah sakit mulai mengangkat tubuh seorang gadis cantik, gadis yang nampak tersenyum walaupun tubuhnya dipenuhi darah. Gadis itu dimasukkan kedalam ambulance dan dibawa menuju rumah sakit terdekat, denyut jantungnya semakin lemah membuat dokter dan perawat semakin was-was.

"A...a....a--ay--yah..."

***


Terangnya cahaya lampu menusuk tajam penglihatan Kanara, samar-samar ia melihat sosok pria tengah tertidur di sofa. Dilihatnya sekeliling nampak sangat asing, perlahan Kanara ingin bangun dari tidurnya tetapi tubuhnya belum cukup kuat hingga membuatnya terbaring lagi. Semua usahanya tak luput dari pandangan Farhan, Farhan pun berdiri dan memegangi bahu Kanara. Perlahan tapi pasti Farhan membantu Kanara untuk duduk, Kanara nampak bingung melihat Farhan.

"Gue Farhan aditama, lo bisa panggil gue Farhan atau kalau lo mau panggil sayang juga boleh," ucapnya sambil terkekeh.

"Gue gak nanya!" ucap Kanara cuek.

"Ra lo baru aja siuman. jangan marah-marah, mending makan mau gak?"

"Lo siapa sih? Sok akrab banget."

"Kan udah kenalan Ra?"

"Bodoamat! Gue gak kenal lo, mending lo keluar dari ruangan gue!"

"Ara gue gak ngapa-ngapain lo, kok lo galak sih!" ucap Farhan tak terima.

"Keluar!"

Ceklek! pintu ruangan terbuka menampakkan sosok wanita cantik.

"Ada apa sih ini? Kok ribut-ribut." Wanita paruh baya itu berjalan mendekati ranjang Kanara. "Kanara, alhamdulillah kamu sudah sadar. Bunda khawatir banget sama kamu sayang," ucap bunda Kanara sembari memeluknya.

KanaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang