BAB 2

10 5 2
                                    

"Ketika tuan puteri merasa duka, sang raja akan selalu ada untuk melindunginya. Kini ketika ia telah tiada, bagaimana bisa aku mengikhlaskan tanpa rasa luka?"
-Kanara

***

Tes! Air mata Kanara jatuh membasahi pipi mulusnya.

"Ma--maksudnya?"

"Lo kenapa Ra? Kok nangis?" Tanya Farhan panik.

"A--ayah?" ucapnya dengan pandangan kosong.

Dengan penglihatan yang kabur Kanara berdiri dan berlari, infus di tangannya tergeret menuju luar ruangan tak menunggu lama infus itu terlepas dengan satu tarikan kasar dari Kanara. Darah segar mengalir di tangannya, tapi hal itu tidak menghentikan Kanara untuk berlari. Satu cekalan tangan menahannya, membuat kanara semakin memberontak.

"Lepasin tangan gue!" Teriak kanara

"Ra tenangin dulu diri lo, lo harus ikhlas."

"Lo tau dari awal? Kenapa lo gak kasih tau gue?" Ucap kanara.

Tangisan tak ada hentinya, ia semakin menangis kala mengetahui semua orang menutupi kabar ini darinya.
Bagaimana hati seorang anak perempuan saat mengetahui kabar ayahnya telah tiada?

Hati Kanara begitu hancur, cinta pertamanya telah pergi. Ayah yang selalu menemaninya kini telah hilang dari hidupnya.

"Ayah kenapa ninggalin Kanara, yah? Ayah udah gak sayang sama Kanara?" Tangis kanara semakin pecah.

Perlahan tubuhnya bersandar pada dinding rumah sakit, kakinya yang gemetar tidak lagi mampu menahan tubuhnya. Kanara terduduk merenungi nasibnya.

"Ayah lupa ya sama janji ayah? Katanya ayah mau lihat anaknya Kanara?"

Hiks!

"Ayah belum nepatin janji buat ngantar Kanara ke pelaminan! Ayah belum lihat Kanara wisuda, a...ayah...be--belum!" Kanara meraung mengingat semua janji ayahnya.

1 tahun yang lalu...

"Ayah janji ya akan nemenin Kanara waktu wisuda nanti?"

"Iya sayang, ayah janji bakal nemenin kamu. Pokoknya ayah mau liat Kanara sampai nanti Kanara punya suami yang akan jaga Kanara!" Ucap Ayah nampak tulus.

"Kanara pegang janji ayah ya!" Ucap Kanara sembari memeluk Ayahnya.

Terbayang kejadian itu membuat Kanara semakin larut dalam kesedihannya, ia menangis sembari memukul lantai berharap ini tidak nyata. Farhan memberanikan diri untuk membawa Kanara ke dalam pelukannya, entahlah Kanara ingin menumpahkan segala rasanya. Ia memeluk farhan sembari menangis kencang, menumpahkan segala perasaannya yang tertahan.

"Han ayah udah gak sayang sama gue, dia ninggalin gue han!"

"Gak gitu Ara, ini udah takdir. Ayah lo pasti sedih liat lo nangis," ucap Farhan sembari mengelus kepalanya.

"Gu--gue...sayang ayah han, gue gak mau kehilangan ayah!"

"Ara dengerin gue, ada kalanya keinginan kita tidak di kabulkan. Bukan berarti tuhan jahat ara, tapi semua sudah direncanakan."

Kanara terdiam mendengar perkataan Farhan, benar!
Kata-kata Farhan sangat menusuk hatinya, seharusnya ia tidak boleh egois dan menyalahkan orang lain. Mungkin ini sudah ditakdirkan menjadi kenyataan, namun tidak salahkan jika ia berharap ini hanya khayalan?

Perasaan gadis cantik itu sangat hancur saat ini, melihat itu Farhan menjadi kasihan.

"Lo mau gue bawa ke makam ayah lo?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KanaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang