03. Egois

319 38 3
                                    


• Genre: bxb, romance,  super angst, heavy story.

• 1800 words, bahasa baku.

• Aku habis dengerin lagunya Nissy yang berjudul Wagamama. Sudah baca Green Flash? Ya, ini lanjutannya.

⚠️ tw // deppressive thought, angst, suicidal attempt, blood, cutter.



"Katanya cinta itu indah, namun mengapa yang Gun rasakan 7 tahun ini justru sebaliknya? Dimana keindahan cinta jika malam-malamnya hanya dipenuhi gulatan rindu tak berujung?"



Egois



Awan berwarna abu-abu gelap menghampar rata tak berujung, menurunkan jutaan titik hujan menggenangi jalanan seluruh kota, menghantam atap-atap rumah dengan gema yang membawa gelisah.

Di bawah salah satu atap yang terhantam kegelisahan, di tengah deru angin, di bawah lebatnya hujan, Gun menarik nafas. Gun menatap langit kelabu dari balkon di depan kamar lantai dua. Di balik railing hitam yang menyembunyikan tubuh kecilnya, Gun berlutut lemas. Tangan kanan gemetarnya memegang cutter, menyapukan ujung lancip cutter pada kulit putih di pergelangan tangan kiri.

Gun menengadah menghadap langit, membiarkan wajahnya tersapu oleh percikan lembut air hujan yang terbawa angin.

"Aku menyerah, Phi Off."

Percikan hujan yang menerpa kulit wajah Gun memang lembut, tetapi dingin. Persis seperti hatinya yang telah kehilangan kehangatan, membeku tertutup lapisan salju putih bernama hampa, lalu meleleh di pelupuk mata.

"Aku lelah."

Tubuh mungil Gun letih menangis. Seolah siang dan malamnya berubah kelam penuh kekosongan. Dan yang bisa ia lakukan hanya menangis, sendirian.

"Gun lelah, Phi Off. Apa kau dengar? Gun lelah sekali."

Kaus rajut berwarna hijau lembut yang membalut tubuh Gun telah basah, membuat gemuruh angin melesak semakin dingin. Namun dalam kehidupannya yang telah membeku, kulitnya lupa bagaimana rasa ketika dingin menyapa.

"Phi Off bilang kalau Gun lelah, Phi Off akan datang memelukku." Gun berbisik pada angin. "Phi Off sudah berjanji, bukan? Tapi Phi Off tidak di sini." Lelehan salju dari hatinya menyatu bersama air hujan, melelehkan titik-titik embun di kulit wajahnya yang sendu. "Gun lelah sekali, tapi saat ini, Phi Off tidak ada bersamaku di sini (1)." Gun menunduk, membiarkan lelehan luka menetes di atas lantai. Tubuhnya turut bergetar saat isakannya menguar.

Gun ingin seseorang memeluknya.

Gun ingin Off memeluknya, walau hanya sebentar saja.

Gun berharap hingga tenggelam dalam harapan. Membuat hati lembutnya perih saat menyadari harapan itu tidak akan menjadi nyata...

...selamanya.

***

"Umm..." Pim mengedarkan pandangan kemana saja, asal tidak memandang kakaknya. "Pim..." Pim menunduk. Namun sesekali melirik penasaran wajah kakak di depannya. "Pim hamil."

Gun tertawa. Tawa renyah Gun membuat Pim berani menatap wajah kurus di seberang meja makan.

"Ke-kenapa tertawa?"

Ceceran Bintang [OffGun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang