Chapter 6 - Lo!?

31 6 9
                                    


Emi membuka matanya, dan melihat orang yang menolongnya.

"LO!?" teriak Emi yang terkejut saat melihat wajah Ghani.

"Gak usah teriak teriak di kuping gue!" ucap Ghani sambil melepaskan Emi, dan membuatnya terjatuh ke lantai.

'Untung aja gue gak jatuh...!' batin Emi.  Ia menatap orang di depannya dengan tatapan kesal. "Lo gila ya Ghan!?" ucap Emi setengah berteriak.

"Bantuin gue berdiri!" ucap Emi sambil mengulurkan tangannya. "Ogah, lo berat" jawab Ghani singkat.

"Lo bener bener..." ucap Emi, berusaha untuk berdiri. 

Namun sebelum ia bangkit, Ghani sudah mengangkatnya terlebih dahulu, dan membuatnya terkejut.

"EH, EH... LO MAU NGAPAIN???" teriak Emi sambil berusaha untuk turun dari gendongan Ghani. "Diem bisa?...  Atau lo mau gue jatohin lagi...?" ucap Ghani yang membuat Emi reflek mengalungkan tangannya di leher Ghani.

Dengan kasar, Ghani menurunkan Emi di sebelah kasur dan membuatnya hampir terjatuh lagi.

"Gak bisa pelan pelan, apa?" ucap Emi kesal, "gak bisa" jawab Ghani singkat. Emi mendecih kesal.

"Lo harusnya nurunin gue disebelah sono!" ucap Emi menunjuk sisi sebelah kiri kasur.

"Punya kaki kan lo...? Jalan sendiri lah jangan manja!" ucap Ghani santai sambil pergi ke arah sofa. Emi yang kesal hanya bisa mengomel, sambil berjalan kesisi lain kasur. 

"Tuh bisa jalan kan! Kenapa tadi minta gendong?" tanya Ghani lalu mendudukan dirinya di sofa.

"Bukannya lo yang gendong gue tadi!?" ucap Emi sambil menatap Ghani dengan tatapan tajamnya.

"Gue heran deh, kenapa lo bisa disini!? Ini kamar gue!" ucap Emi dengan tatapan yang menyelidik.

"Ini kamar punya rumah sakit, bukan punya lo!" balas Ghani sambil memakan buah yang ada di meja dengan santai.

"Heh itu makanan gue...!" ucap Emi kesal, lalu melemparkan salah satu bantalnya. "Makasih, tapi gue gak butuh!" ucap Ghani lalu melemparkan bantalnya kembali ke arah Emi, dan membuat wajahnya terkena bantal.

"KELUAR LO...!" teriak Emi yang kesabarannya sudah habis. "Lo siapa dah ngatur ngatur?" sahut Ghani lalu berdiri dan meninggalkan kamar Emi.

"Tuh bocah kenapa dah? Kena gangguan jiwa kali ya..!" ucap Emi bergidik ngeri.


Suasana menjadi sepi kembali, tidak ada yang mengajak nya mengobrol. "Kalau kayak gini, mending gue nginep di rumah Ava..." gumam Emi kepada dirinya sendiri.

Tiba tiba pintu terbuka, dan muncul dokter yang menolongnya kemarin.

"Hai Emi... Kita cek dulu ya!" ucap dokter itu dengan ramah. Emi hanya bisa menganggukan kepalanya, dan dokter tersebut mulai memeriksa Emi. 

Emi fokus melihat papan nama yang menempel di baju dokter itu, 'Oh jadi itu namanya...' batin Emi.

"Bagaimana dok keadaan saya?" tanya Emi dengan jantung yang berdebar.

"Kamu sudah sembuh! Namun jangan pulang dahulu, karena kondisi mu belum sepenuhnya pulih!" ucap dokter itu sambil membereskan alat medisnya.

"Terimakasih dokter Emily!" ucap Emi dengan senyumannya. "K-kamu tau darimana nama saya?" tanya dokter itu yang terkejut dengan ucapan Emi.

"Saya tau dari name tag yang dokter pakai" ucap Emi santai. "Oh iya benar juga ya...!" ucap dokter Emily sambil menepuk dahinya lalu tertawa.

"Maaf dok, saya penasaran" ucap Emi sambil menggaruk kepalanya. "Hahaha... tidak apa apa! Lagipula ini juga salahku yang belum mengenalkan diri!" balas dokter Emily lalu tersenyum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Her feelings [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang