pertemuan pertama yang kurang enak

74 10 2
                                    

"JANGAN MAIN CURANG LO ANJING."

"DIH NAJIS, SIAPA JUGA YANG MAIN CURANG. JENDRA TUH."

"GUE DARI TADI DIEM YA ANJING."

"HAEKAL NGAKU NGGA LO SEKARANG. LO KAN YANG CURANG?"

"GUE MANA IKUT MAIN BABI."

"TERUS SIAPA YANG NGUMPETIN KARTUNYA?"

Renjana tidak tau apa yang tengah diributkan dari dalam salah satu ruangan dirumah berlantai dua itu. Berisik dan mengganggu. Renjana pusing. Ia ingin masuk kedalaman rumahnya, tapi percuma juga didalam sedang ada ribut ribut. Sang adik ketahuan bolos sekolah lagi, dan berakhir renjana yang duduk di teras rumah karena sudah tidak kuat lagi mendengar ibu memarahi sang adik.

Bukan karena renjana kasian terhadap julie --adiknya, bukan. Karena renjana tau semarah apapun ibu kepada Julie, tidak pernah renjana liat ibunya main tangan kepada sang adik. Tapi karena renjana iri kepada julie, ia ingin ibu juga memberi perhatian kepada dirinya, sama seperti ibu memberi perhatian kepada Julie. Ah apa renjana harus bolos sekolah dulu agar dapat perhatian dari ibu? Renjana rasa itu ide yang buruk.

Lamunan renjana harus terhenti ketika sebuah tangan mendarat di bahunya. Renjana menoleh, menemukan sang adik yang sedang memasang cengiran aneh. "Sudah selesai?"

Julie mengangguk, mendarat kan bokongnya disamping sang kakak."Udah. ibu kalo marah kaya tadi, keliatan banget udah tuanya."

Renjana tersenyum, mengacak rambut sang adik."Kan memang sudah tua, sudah punya anak cowok yang gedenya kaya kamu." Julie merenggut. Mentang mentang punya badan kecil, renjana jadi suka meledek adiknya yang punya badan besar dan tinggi.

"Tadi ibu masa bilang gini bang. 'Kamu tuh harusnya contoh abangmu itu, udah ngga pernah bikin ibu repot, nurut pula. Ngga kaya kamu yang kerjaannya bikin ibu emosi'. Aku kan Julie bang, bukan renjana." Julie menoleh menghadap sang kakak. "Abang paham kan maksud aku?"

Renjana hanya diam, dia sangat tau apa yang dimaksud julie. Sangat amat tau. Karena renjana pun merasakannya, dipaksa menjadi orang lain itu tidak enak. Mengganjal. Renjana tidak suka.

"ASUUUUUUUU, TERNYATA YANG CURANG JEPIN ANJENG."

"BAZENGG BENER KELAKUAN MAHLUK SATU INI."

"TENANG GUYS. TENANG. KAN INI CUMAN PERMAINAN, JAN DIAMBIL HATI DONG."

"BACOT LO. GUE MEMPERTARUHKAN HIDUP DAN MATI GUE DIPERMAINAN INI. TAPI DENGAN KEJINYA LO MALAH MAIN CURANG."

"DIEM ANJING KALIAN BERISIK BANGET, ADIK GUE LAGI TIDUR. KALAU DIA SAMPE BANGUN. GUE TENDANG TITIT KALIAN SATU SATU."

Julie mendongak, memandang rumah didepannya. Asal suara ribut itu terjadi.

Enam hari yang lalu rumah itu masih sepi, gelap dan sunyi, tidak seperti sekarang yang sudah diisi oleh penghuni baru. Budhe anti dan keluarganya, baru menempati rumah tersebut empat hari yang lalu. Julie senang sekali waktu dengar kalau budhe anti punya anak yang umurnya tidak jauh dari abangnya. Haekal namanya. Julie sudah berkenalan waktu mereka tidak sengaja bertemu di warung Bu haji. Pulang bersama dan berbicara banyak hal. Dan untuk pertama kalinya Julie tidak merasa bosan berbicara kepada orang asing dalam waktu yang lama.

"Bang Haekal sama temennya rame banget ya bang. Padahal baru pindah sekolah tiga hari yang lalu, tapi udah nemu temen aja. Abang kapan bawa temen main kerumah kaya bang Haekal?"

Julie melirik renjana, yang dilirik malah sedang bengong. Tidak tau apa yang dipikirkan sang kakak, Julie tidak pernah bisa menebak isi pikiran kakaknya. Terlalu rumit dan sulit untuk ditebak.

Renjana || HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang