pingsan

40 6 3
                                    

"RENJANA."

Teriakan itu memenuhi koridor, kencang dan bergema. Memutuskan atensi semua orang untuk terpusat ke arah si peneriak.

Dari tempat ia berdiri, renjana melihat seseorang yang meneriaki namanya di ujung sana. Bediri seorang diri diantara riuhnya murid yang berlalu lalang. Alen, pemuda yang renjana benci eksistensinya, sebab hari hari renjana disekolah berubah menjadi buruk sejak ia bertemu alen. Alen berlari, memutuskan jarak yang memisahkan dirinya dengan renjana.

"Gue ada tugas matematika, belum gue isi."

Renjana mendongak, menatap kearah alen yang sibuk membongkar isi tasnya.

"Nih isiin."

Buku itu masih menggantung, belum renjana sambut.

"Ambil."

Mata itu bimbang. Anatara ingin dan tidak. Renjana menatap alen. Ia ingin menolak, tapi jika sampai ia melakukan itu. Maka hari yang indah ini akan menjadi hari buruk untuk renjana. Alen itu licik, renjana harus berhati-hati jika berdekatan dengan cowo seperti alen.

Maka dengan berat hati, tangan kurus itu terangkat, ingin mengmbil buku bersampul cokelat dari sang pemilik. Belum juga buku itu renjana ambil, seseorang dengan cepat merebutnya.

"Jangan mau disuruh suruh."

Dahi renjana mengernyit, memandang sosok pemuda disamping alen berdiri. Renjana ingat, dia anak tante anti, kalau tidak salah namanya haekal, yang kemarin membuat ribut bersama teman temannya. Renjana tidak tahu jika haekal sekolah disini. Renjana sedikit cemas. Dia takut. Takut sesuatu akan terbongkar dengan adanya haekal yang bersekolah disini. Tentang dirinya yang sering dikucilkan. Renjana tidak mau kalau Julie sampai tau, ia tidak mau membuat adiknya merasa khawatir.

Mata Haekal memincing tajam menatap cowok tinggi disamping nya. Menyodorkan buku bersampul cokelat kearah alin yang dari tadi hanya menatap haekal dengan malas."Nih ambil buku lo. Lain kali kalo punya pr, kerjain sendiri."

Nafas alen memberat, siapa dia main nyuruh nyuruh. Alen tidak Terima. Di tariknya kerah kemeja pemuda disampingnya, sedikit menyecekik, membuat haekal susah bernafas.

"Ngga usah ikut campur."

Mata itu menajam, haekal tidak pernah merasa ia ikut campur urusan renjana dengan pemuda didepannya. Dilihat dari mana pun alen itu keliatan sekali sedang membully renjana. Haekal hanya tidak suka saja dengan pembullyan Mengingatkan nya dengan sesuatu dimasa lalu. Tentang dirinya dan seseorang. Yang haekal sesali pertemuannya.

Renjana diam. Dia tidak tau apa yang harus dilakukan, memisahkan meraka pun rasanya percuma, tidak ada tenaga. Terlalu lelah sampai rasanya ingin pingsan. Renjana belum sarapan, tidak ingin sarapan tepatnya. Karena renjana tau, bahwa hanya ada makanan untuk Julie yang tersaji dimeja makan. Renjana sadar diri, maka dari itu dia tidak pernah sarapan setiap paginya. Berangkat sekolah dengan berjalan laki, melewati jalanan yang ramai dengan perut kosong.

Suasana mulai memanas, alen dan haekal saling bertukar tonjokan, membuat semua orang berkerumun penasaran. Entah siapa yang memulai, renjana tidak tau karena detik berikutnya, yang renjana rasakan hanya sesak memenuhi rongga dadanya. Renjana tidak nyaman, pandangannya memudar.
Renjana pingsan ditengah ributnya suasana.

....

Mata itu mengerjap, membuka perlahan.

Netra itu bergulir mengitari sudut ruangan, menemukan seseorang terduduk disamping dia berbaring, memandanginya dengan intens.

Renjana mengerjap bingung, dia tidak kenal pemuda itu, yang terus tersenyum dengan tatapan mata tajam. Aneh. Renjana jadi merinding.

Renjana || HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang