Bagian 2

1 3 0
                                    



Happy reading

Fafa terdiam didalam bilik kaca yang khusus diperuntukkan bagi masing-masing murid kelas IVY. dalam bilik kaca ini sudah tersedia satu Computer untuk menunjang pembelajaran mereka. Bahkan, mereka tidak perlu pergi ke kantin, makanan dan cemilan akan langsung diantarkan kedalam bilik kaca ini.

Mata Fafa tertuju pada Delon yang tengah serius belajar. Ketampanan Delon berkali-kali lipat saat mode serius apalagi dengan kaca mata yang bertengger manis di hidungnya.

Satu fakta mengejutkan tentang Delon yang baru saja diketahuinya tadi. Murid laki-laki yang diinjak Fafa tadi adalah kakak Delon. Nevan merupakan anak dari Kakak ayah Delon, Fian Geandra. Ayah Nevan meninggal karna kecelakaan pesawat saat istrinya tengah mengandung, sedangkan ibu Nevan meninggal saat melahirkan Nevan. Alhasil Nevan dirawat oleh orang tua Delon, bahkan Nevan telah diangkat menjadi anak mereka sendiri. Fafa yang selaku teman Delon dari SMP Pun baru tau tentang Fakta ini, Jika bukan karna Fafa menanyakan Nama Geandra yang tersemat di Nama Nevan mungkin sampai nanti pun Delon tidak akan menceritakannya pada Fafa. Keluarga Geandra menutup rapat Fakta ini agar tidak diketahui oleh Nevan. Dan pada saat Nevan berumur 10 tahun, dia dibawah oleh ayah Delon untuk ikut bersamanya ke Belanda karna urusan bisnis. Sementara istrinya dan Delon tetap berada di tanah air karna ibunya juga perlu mengurus bisnis yang berada di Indonesia.

Ditengah asiknya memandangi Delon, Tiba-tiba saja Fafa merasa kantung kemih nya mengembung. Dengan tergesa, Fafa beranjak dan berlari menuju toilet khusus kelas IVY.

Setelah menuntaskan keperluannya, Fafa keluar dari toilet dengan wajah yang lebih segar ya karna dia menyempatkan diri untuk mencuci muka tadi. Saat perjalanan ke bilik kacanya Fafa berpapasan dengan teman sekelasnya, Rena Moane. Rena adalah anak pendiam bahkan sering kali Rena menjadi bahan olokan dikelas. Lihat saja sekarang, bahkan gadis itu berjalan pelan sambil menundukkan kepalanya.

"Tuhan memberimu leher agar kepalamu tegak. tidak ada gunanya lehermu jika kamu menunduk terus, lebih baik dipotong saja" ucap Fafa yang otomatis membuat langkah Rena terhenti.

Rena menegakkan kepalanya, gadis itu menatap Fafa dengan takut-takut. "A-aku aku" ujar Rena terbata.

"Kamu punya mulut untuk membalas cacian mereka, kamu juga diberi akal untuk berpikir. Nggak ada yang perlu kamu takuti di dunia ini, kita cukup takut sama Tuhan aja" Fafa menepuk bahu Rena lalu melenggang pergi meninggalkan Rena dengan keterpakuannya.

Entahlah, Fafa sendiri juga tidak mengerti kenapa dia bisa mengucapkan itu semua pada Rena. Awalnya Fafa hanya acuh melihat Rena yang menjadi bahan cacian, padahal paras Rena terbilang cantik. Ah, mungkin saja karna gadis itu yang sering berdiam diri dan tidak memiliki satu pun teman. Berbeda dengan Fafa yang disegani oleh teman-teman nya.

***

Delon membereskan buku-bukunya dan memasukkannya kedalam ransel. Hari sudah hampir malam, hanya tinggal beberapa orang saja yang masih berada disekolah. Hendak keluar dari perpustakaan Langkah Delon terhenti saat melihat gadis yang tertidur dengan menumpu pada buku bacaan diatas meja. Delon berniat membangunkan karna sekolah sebentar lagi akan tutup, lagipula kasian juga bila ditinggal sendiri di perpustakaan.

"Hey, bangun bangun" Delon menepuk pundak gadis yang belum dikenalnya itu karna wajahnya tertutupi oleh rambut dan kepalanya telungkup dimeja.

Gadis itu menggeliat, lalu perlahan menegakkan badannya sambil mengucek matanya. Ah, ternyata gadis itu adalah Rena teman sekelasnya.

"Rena" ucap Delon yang membuat Rena terkaget dan spontan menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "Hey, kamu kenapa?" tanya Delon heran melihat tingkah gadis itu.

"Itu a-aku malu, pasti wajahku jelek saat bangun tidur" jawab Rena yang belum melepaskan tangan dari wajahnya.

"Hehe, nggak apa-apa kok. Semua perempuan itu cantik, kamu juga cantik" kekeh Delon.

Rena dengan refleks melepaskan tangkupan tangan di wajahnya. Perkataan Delon membuat rona merah di pipinya.

"Udah ya, aku duluan" pamit Delon seraya tersenyum beranjak meninggalkan tempat itu. Inilah sikap Delon yang membuat para kaum hawa memujanya, Delon adalah pria yang tegas namun sikapnya akan berubah lembut pada perempuan tak terkecuali perempuan itu siapa.

Wajah Delon yang semula tersenyum lembut kini berubah sinis saat berpapasan dengan sang kakak Yaitu Nevan di koridor sekolah.

"Eh, Delon supir udah nungguin kamu didepan gerbang. Kamu pulang duluan ajah aku mau ke toilet dulu" ujar Nevan dengan pose menahan kencingnya.

Tidak berniat menjawab, Delon langsung melenggang pergi menuju gerbang sekolah.

Sementara Nevan kini sedang bingung akan letak toilet yang belum diketahuinya. Karna terburu, Nevan dengan asal memasuki toilet, toilet yang dimasukinya adalah toilet dari kelas SKY. Di toilet ini juga tersedia beberapa bilik agar siswa tidak mengantri. Dari dalam bilik toilet, Nevan seperti mendengar kegaduhan di bilik toilet sebelahnya, Cepat-cepat Nevan menyelesaikan aksi buang air kecilnya.

Dok Dok Dok..

Nevan menggedor pintu bilik toilet itu. "DIDALAM ADA ORANG NGGAK?" teriak Nevan sambil terus menggedor. " Pintunya dikunci, pasti ada orang didalam. Tapi kok nggak ada yang nyaut ya" monolog Nevan. " nggak ada cara lain, aku dobrak saja. Takutnya nanti ada apa-apa di dalam " lanjutnya yang sudah mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu toilet itu.

BRAKKK..

Hanya dalam sekali dobrakan, pintu terbuka. Nevan mematung melihat apa yang ditemukannya di dalam bilik toilet itu. Seorang murid laki-laki dengan seragam yang basah dan wajah dipenuhi tepung.

"Hei, kamu nggak apa-apa?" panik Nevan sambil menepuk-nepuk pipi murid laki-laki yang tidak sadarkan diri itu. Sekujur tubuhnya terasa dingin dan memucat, Entah sudah berapa lama murid laki-laki itu terkuci didalam sini.

Dengan segera, Nevan membopong murid itu menuju ke ruang UKS. Nevan menghela nafas kasar saat sampai di ruang UKS yang ternyata sudah dikunci rapat, pintu ruang UKS bukan seperti pintu toilet yang dengan mudah di dobrak nya, pintu ini terbuat dari kaca super tebal.

Hari sudah malam. Nevan kembali membopong murid itu menuju gerbang sekolah. Harap-harap akan ada mobil yang bisa membantunya membawa murid laki-laki itu kerumah sakit.

Rasa syukur Nevan panjatkan saat melihat sebuah mobil mewah terparkir didepan gerbang sekolah.

Tukk.. Tuk..

Nevan mengetuk kaca jendela mobil itu. Tak menunggu waktu lama, kaca jendela pun diturunkan oleh pemilik mobil. Nevan terkejut melihat pemilik mobil itu, begitupun sebaliknya.

"Ada apa?" tanya Fafa yang selaku pemilik mobil.

Nevan menghembuskan nafasnya kasar. Walaupun dia tidak suka melihat Fafa, tapi kali ini dia harus menurunkan gengsinya. "Aku minta tolong sama kamu, buat anterin dia kerumah sakit" ujar Nevan sambil membenarkan posisi murid laki-laki itu di punggungnya.

"Apa untungnya bagiku" Fafa mulai menaikan kaca mobilnya namun ditahan oleh Nevan.

"Tolong kali ini ajah. Dia udah lemes banget, aku janji bakal turutin apapun kemauan kamu" mohon Nevan.

Fafa menimbang-nimbang tawaran Nevan. Tidak buruk, hanya mengantar kerumah sakit saja bukan.

"Call"

TBC

EXTRA ORDINARY METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang