YOU TEACH ME

448 22 1
                                    


######

Aingin semilir yang begitu menghanyutkan, seraya tetesan air hujan menyambar kulit, telepak tangan tak mampu menggenggam angin.
Hati yang berkata 'Begitu menyesali' tidak bisa memutuskan sesuatu dengan hanya satu fakta— seperti kesalahan yang begitu bodoh untuk kembali di ingat.

Langka demi langkah, jauh— terlalu jauh untuk memulai semua yang tidak bisa lagi ter-bangun. Awan yang begitu gelap, iya— aku sudah tidak bisa lagi menggapai mu, aku menyadari bahwa kau Pelangi ku. Tapi dengan bodoh nya aku membangun awan hitam yang menghilangkan pelangi ku sendiri dengan perlahan.

Harapan dimana kau bisa lagi memeluk tubuhku dengan ringkuhan hangat mu. Pupus— saat ku melihat sosok pengganti ku yang bisa kau bentangkan dengan Sinar Ceriah mu.

Perih rasanya, saat ciuman manis mu tak lagu untuk ku— Kata-kata manis yang kau lontarkan setiap saat, bukan lagi milik ku.

Serasa tak memiliki arti, aku membuang burung merpati hanya untuk se-ekor ular. Kau tahu— raga ku ini tak lagi memiliki penjaga, sosok serigala yang selalu menjaga ku, ku lepaskan dengan mudah, Tanpa mengingat janji seumur hidupnya.

Klandestin. Aku selalu tahu apa yang kau lakukan, dimana kau berada, dan dengan siapa kau bersama. Itu yang selalu kau lakukan padaku bukan—? kata maaf yang ku ucapkan hingga nyawa ku hilang pun, sepertinya tak mampu untuk membuat genggaman tangan ku tak lagi kosong. 

Berjalan manapak tanah, tak memiliki arah. Taman ini— Taman ini saksi bisu aku meraung dalam diam, memerhatikan bagaimana kau bisa tertawa lepas dengan sosok pendamping mu, Dan— Malaikat kecil yang duduk dengan tenang di pangkuan mu, Merengek kala meminta Ice Cream yang kau larang untuk makan. Bukankah seharusnya aku yang harus memenangkan Darah daging kita— itu semua hanya hayalan ku semata, mimpi mu yang dengan kejam ku hancurkan.

Kau tak lagi sakit— kau tak lagi harus memendam amarah mu hanya untuk diriku yang bodoh ini. Kau tak harus lagi melindungi seorang kelinci yang begitu egois dan tidak tahu diri.

Satu saja kesempatan. Aku bisa bersujud di depan kaki mu, meminta maaf dan sekali meringkuh tubuh mu dalam tubuh kotor ku ini. Tak peduli dengan derasnya air hujan, Sengaja— sengaja aku terdiam, biarkan hujan menerpa tubuhku, berharap dingin nya mampu menghalau rasa sakit hati yang ku ciptakan sendiri. Menyamarkan tancapan berlatih yang ku tusuk dengan tangan ku sendiri.

Dulu dengan bangga kau memperkenalkan diriku sebagai Nyonya mu, sebagai pendamping hidup mu, kau yakin bahwasannya aku adalah hidup semati mu. Maaf— bahkan kesetiaan tak kau dapatkan dari ku. 

Aku kalut dengan rasa bersalah ku, aku kalut dalam penyesalan. Bagaimana bisa aku menjalani separuh hidupku dengan rasa berdosa ini, Lee Chaeyeon.

Tubuh ku yang tak lagi memiliki tenaga, bahkan hanya untuk berjalan ke arahmu dan meminta maaf atas semuanya. Mulut ku tak pantas untuk menyebutkan dengan lengkap nama orang sebaik dirimu.

"Jika kau ingin menebus dosa mu— datanglah ke rumah tuhan. Bukan dengan kau hanya duduk di terpa hujan deras seperti ini!"  Deg!

Suara itu— bahkan aku baru menyadari jika hujan tak lagi menyentuh ku.

"Miyawaki Sakura—"

Nafas ku terasa begitu mencekat, Aku mengenal dengan jelas siapa pemilik suara ini. Seseorang yang selalu membuat ku gila akan ke sabaran hatinya, Suara yang selalu memuji ku bahkan di kala aku baru terbangun dari tidurku. Dengan Ketakutan menjalar dari ujung kaki, perlahan dengan sekali tarikan nafas berat ku, Ku mendongak menatap seseorang yang membuat ku hidup dalam penyesalan.

"Chaeyeon—" hingga rasanya bibirku bergetar hanya untuk menggumamkan nama nya.

"Ayo pergi dari sini, tubuh mu semakin memucat—"  Lihat bagaimana tangannya dengan mudah mengulurkan bantuan untuk ku yang tidak tahu diri ini, Dan aku hanya mampu Mamandang telapak tangan yang dulu selalu menggenggam ku dengan erat.

"Sakura, aku tidak memaksa mu untuk menerima uluran tangan ku. Tapi kali ini hilangkan ego mu dan mengertilah tentang dirimu sendiri—" Deg!  Sindiran— aku tersenyum kecil di dalam hati ku, perkataan nya sungguh bisa membuat mata ku terbuka lebar kali ini, Sungguh. Hingga mulainya pandangan ku memudar,  ini hanya halu sinasi ku semata. Aku tak akan lagi tertipu dengan semua pupus nya harapan ku, Tidak—! Tidak akan pernah lagi.

Ah— kepala ku mulai berat, dan mata ku Sudah mulai menggelap, sepertinya aku akan tertidur dengan terpaan air hujan, bersyukur. Sejenak tidak akan sadarkan diri, semoga di saat mata ku kembali terbuka, aku berlalu pada masa ku dimana aku masih bisa merasakan kupu-kupu dan kenyamanan yang kau buat, Lee Chaeyeon—.

#####




Tbc~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JINJOO ONE SHOOT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang