prolog

84 9 22
                                    

Suasana ruangan yang begitu terasa menegangkan membuat wanita dengan balutan gamis hitam itu diam menunduk tidak berani angkat bicara. Sembari sesekali dirinya meremas ujung kerudung yang dikenakannya.

Ayah mulai angkat bicara, "Jadi kedatangan kamu kesini ingin mengkhitbah anak saya yaitu Fira. apakah benar nak Lutfi?" Jelasnya dengan tegas.

Suara ayah yang mendominasi membuat semua yang ada dipikiranya tiba - tiba menjadi semakin tegang, ya Allah engkaulah sebagai perencana terbaik. Maka untuk itu aku serahkan padamu mengenai perasaan dan hati ini karena dengan lancangnya telah mengukir sebuah nama hingga enggan untuk menganti posisinya, tetapi ada apa dengan mas Lutfi yang datang tiba - tiba. Membuat dirinya syok dan sulit untuk berpikir dengan benar.

"Iya, bi. Saya tidak ingin terlalu lama menaruh rasa suka saya terhadap putri abi. Karena saya tidak mau menjadi lelaki yang hanya mengumbar kata manis dan janji yang belum tentu bisa saya tepati." Ucapnya dengan tatapan yang begitu serius.

"Saya datang sendiri karena ingin memastikan terlebih dahulu dengan jawaban dari Fira, jika Fira bersedia maka saya akan mengajak kedua orangtua saya untuk langsung melamarnya."
Jelasnya dengan begitu yakin tanpa ada raut keraguan di wajahnya.

"Fira?" Tanya sang ayah sambil menatapnya memintanya untuk menjawab dengan segera.

"Assalamu'alaikum, bismillah maaf untuk mas Lutfi. Bukanya Fira tidak ingin menjawab namun, Fira minta waktu untuk shalat istiqharah selama satu minggu dan insyallah setelah itu  Fira akan kasih jawabannya untuk mas Lutfi." Jawab Fira masih tetap dengan pandangan menunduk.

Perasaan yang sejak tadi meliputinya kini mulai sirna dengan seiringnya tatapan itu saling bersitubruk dan dengan sekilas Fira dapat menangkap senyum simpul yang hadir di wajah pemuda yang sedang ada di hadapanya ini.

"Wa'alaikumusalam insyallah saya siap menunggu kamu atas izin-Nya, jika memang kita berjodoh maka alhamdulillah dan jika memang kita tidak berjodoh saya berharap kamu atau pun saya di pertemukan dengan imam dan makmum yang bisa membawa kita menuju jannah nya aamin," ucapanya terdengan sangat tulus di telinga Fira, dengan sangat tulus semoga Mas Lutfi bisa bersanding dengan sosok wanita yang memang pantas.

"Tapi saya akan tetap menunggu jawaban kamu." Lanjutnya.

Yallah dia terlalu baik jika harus bersanding dengan hambamu ini. Jika perasaan ini memang sudah semestinya terhapus, maka insyallah dirinya akan iklas.

"Yasudah saya izin pamit umi, abi dan Syafira juga. Dan tentang jawaban saya tidak mau terlalu membuat kamu terbebani. Assalamu'alaikum." Ucapnya sambil pergi berlalu menuju halaman dan langsung memasuki mobil berwarna hitam.

Fira terlihat begitu bingung dengan perasaanya sendiri, entah mengapa ada lelaki yang sangat baik tapi hatinya sulit untuk mengganti sosok yang ada di dalamnya.

Serumit apapun perasaanya Fira tidak mau sampai melupakan kewajibanya ke pada sang Pencipta. Cintailah sang pemilik cinta yang sesungguhnya.

......

"Arsya, aku harus gimana?" Ucap Fira sambil menatap manik mata dan mengenggam saru tangan milik sahabatnya itu. "Kamu harus yakin sama rencananya, Allah adalah perencana terbaik dia tidak akan membuat hambanya itu kecewa. Dan aku yakin kamu bisa." Jelasnya dengan tenang.

Tapi apa ka Umay juga memiliki perasaan yang sama juga terhadapnya entahlah.

"Aku, udah lama kagum sama ka Umay. Aku sendiri gak tau ini hanya sekedar rasa kagum atau memang ada perasaan di dalamnya? Tapi kalau memang ada perasaan di dalam hati ini, cukup Allah saja yang mengatur segalanya."

Yang sekarang Fira bingungkan entah harus  bagaimana bisa untuk menghilangkan keresahan hatinya untuk menjawab khitbah seorang pemuda yang jelas tulus untuk mempersuntingnya namun di balik itu semua ada satu nama yang terukir di hatinya. Sungguh sulit memang.

Tanpa Fira dan Arsya sadari ada yang mendengarkan pembicaraan mereka, lengkap dengan tatapan teduh dan tegasnya itu.

"Tanpa lo ketahui Ra, gue udah lebih dulu kagum sama lo. Gue gak bisa menyalahkan waktu ataupun kehendaknya, biarkan semesta yang  memilih siapa yang pantas untuk menjadi Ali dan Fatimah.

Kalo kamu suka dia...
Kejarlah cinta Tuhanya
Jangan pernah merebutnya
Biarkan semesta menyatukan kita dengan caranya...
Jika memang berjodoh pada akhirnya...

Gimana?
Seru?
Mau lanjut gak nih?
Ini scuel cerita quiet after the rain yah jangan lupa baca.

Itu siapa? Mas umay atau mas dokter lanjut gak nih kira - kira.
Tunggu up lanjutanya aja yuk hehe

Kiblat Sang Lauhulmahfudz Where stories live. Discover now