Terpaan cahaya bulan tepat mengenai kaca balkon rumahnya yang memang sengaja Fira buka, entah apa yang membuatnya sangat menyukai bulan dan bintang. Mungkin karena rutinitasnya sebelum tidur adalah menatap langit malam, dan jika ada bulan ataupun bintang Fira pasti akan sering lupa waktu dan lebih banyak diam diluar balkonya.
"Masyallah, dengan baiknya Allah menciptakan bulan, bintang dan malam. Jujur aku berharap bisa jadi salah satu astronot supaya bisa menjelajah dan terbang tanpa perlu sibuk berpikir mengenai rasa sakit yang kerap hadir, khawatir dengan hal yang belum tentu benar akan terjadi." Fira sendiri selalu bingung apa yang sebenarnya dirinya mau? Entahlah.
Terkadang Fira merasakan lelah, dan sering merasakan ingin berteriak dan menangis tetapi terlalu banyak orang untuk melihatnya, tidak ada yang membuatnya menjadi lebih tenang disaat ruangnya terasa kosong dan sepi. Ada rasa hangat yang menggebu ketika bercerita di atas sajadah dan menghadap Sang Pencipta di setiap sujud yang menyiratkan rasa sesak yang terkadang terasa kerap menyelimuti hatinya. Yang Fira butuhkan bukan untuk di mengerti hanya ingin di berikan waktu sendiri untuk menangis dan dirinya terkadang hanya butuh ketenangan. Tidak lebih, memendam segala kegundahan tanpa harus bercerita kepada orang lain itu pun harys berjuang dengan kepura - puraan. Disaat dirinya harus terlihat kuat dan baik - baik saja. Fira sendiri manusia normal yang mudah termakan oleh omongan orang tentangnya.
Fira menatap langit malam yang terlihat sudah menggelap dengan udara yang lumayan membuat tubuhnya sedikit mengigil. Entahlah meskipun begitu Fira sendiri sangat menyukai udara dingin dan gelapnya langit malam. Perasaanya saat ini tidak terlalu baik, setelah mengatakan hal yang tidak sepatutnya dirinya katakan saat bertemu dengan orang tua mas Lutfi.
"Allah jauh lebih tau kalau salah satu hambanya sedang tidak baik - baik saja, maka dari itu Allah ingin mereka mendekat dan bercerita kepadanya. Ada tempat lain yang membuat kamu nyaman untuk berbicara yaitu kepada orang yang pernah merasakan hal yang sama, dengan apa yang kita rasakan." gumam Fira dalam pelan. Entahlah suasana hatinya belum kunjung membaik sejak tadi siang.
Kegiatanya sedikit terusik dengan pandangan satu titik putih di sebrang rumahnya, entahlah Fira sendiri sedikit merasa takut namun ada rasa ingin memastikan. Itu manusia atau setan tapi jika dipikir - pikir sejak kapan setan bisa beridiri kokoh di atas jalan dan juga itu setan kok kaya pake baju koko. Apa aku salah liat yah?
Jangan bilang kalo setan sekarang itu pada fashionable.
"Apa panggil umi aja yah, masalahnya... umi pasti udah tidur kalau jam segini." Fira jadi bingung sendiri. Yaudah deh modal berani aja samperin kalo perlu, nah nanti kalau dia mau nyamperin aku bacain doa makan aja, inget kata umi dulu.
"Syafira kalo kamu lagi takut sama hantu baca doa makan aja, oke." Ucap uminya sambil mengusap kepalanya yang tertutup oleh kerudung panjang. Entahlah Fira kecil hanya menuruti perintah uminya saja.
"Iyah umi, kalo perlu nanti hantunya Fira ajak belajar jalan deh biar pinten dikit kalau jalan itu pake kaki bukan malah terbang eh tapi umi kenapa pesawat terbang bukannya jalan."
"Bj. Habibie nangis kayanya denger omongan kamu Syafira anak umi yang paling cerewet ini," yallah makasih mau marah tapi gak bisa, karena anak itu adalah rezeki.
"Nanti deh fira kalau udah gede mau nanya yang tadi Fira omongin ke bengkel deket rumah yah. Soalnya umi aja bingung sama jawabanya," Fira kecil itu terlihat begitu menggemaskan dengan bibir kecil dan suara yang sangat bawel.
"Terus yah umi nanti hantunya Fira kasih tau yang mana bedanya uang sama daun, abisnya Fira suka kesel masih kecil masa di suruh dengerin curhatan ibu warung kalo lagi jajan. Katanya tiap malem suka ada orang yang jajan tapi ngasihnya daun, tapi waktu diliat pertama kali katanya uang eh taunya pagi - pagi malah jadi daun."
YOU ARE READING
Kiblat Sang Lauhulmahfudz
SpiritualKita, atau lebih tepatnya antara aku dan kamu... sedang berada di dalam sebuah cerita yang sudah di tentukan oleh dalang di baliknya. "Biarkan aku menjadi bumi untukmu, dan berjuang untuk menggapai senyuman indahmu. Melalui bait indah untuk selalu m...