Malam ini sedingin air. Kemakmuran Kota Depok tercermin sepenuhnya dalam kehidupan masyarakat yang penuh kemewahan dan pesta pora.
Klub hiburan Meteor adalah salah satu klub yang paling mewah di kota itu. Di dalamnya terdapat tempat karaoke yang luas dan musiknya juga sangat keras.
Rani, dengan sepasang matanya yang cantik, sedang mabuk-mabukan di klub itu. Dia memegang segelas koktail di tangan mungilnya yang halus dan putih. Lalu, membungkuk untuk bersulang dengan orang di depannya.
Orang di hadapannya itu dengan malas bersandar di sofa kulit yang berwarna hitam. Postur tubuhnya gemuk, dan perutnya yang bundar sangat mirip dengan bola.
"Om Roy, setelah minum segelas koktail ini, aku harap kamu bisa menepati janjimu untuk meminjamkan 10 juta untuk ayahku dan membantu keluargaku melewati masa sulit ini," ucap Rani.
"Aku ini sudah berada di dunia bisnis selama bertahun-tahun. Apa menurutmu aku ini adalah orang yang tidak jujur?" tanya lelaki buncit itu.
Pria yang bernama Roy itu menyilangkan kakinya. Jari-jarinya yang gemulai mengetuk-ngetuk sofa dengan lembut. Matanya yang keruh bersinar dengan kilau liciknya, menatap koktail di tangan Rani dengan serius.
"Tentu saja tidak." Rani tersenyum terpaksa, lalu mengangkat gelasnya dan meneguk habis segelas koktail di tangannya.
Koktail yang melewati tenggorokannya itu menimbulkan perasaan takut yang membara pada sekujur tubuhnya.
Biasanya, Rani selalu tidak kuat minum-minuman keras. Namun hari ini, sebenarnya dia datang ke tempat itu karena kondisi keluarganya sudah sangat kacau.
Perusahaan garmen keluarga Rani terancam bangkrut, karena kegagalan investasi ayahnya dan putusnya rantai modal proyek kerja mereka.
Baiklah, semuanya akan baik-baik saja! Mulai dari detik saat Rani menghabiskan minumannya!
Om Roy adalah teman ayahnya dalam berbisnis. Dia sangat royal dan biasanya memperlakukan Rani dengan baik. Jadi, dia pasti akan membantu keluarga Rani.
"Om Roy, sekarang sudah larut. Saya pulang duluan, ya. Anda bisa mengirimkan uang itu ke rekening ayahku," kata Rani mengambil tas di atas sofa dan siap-siap untuk pergi.
"Eits, tunggu sebentar! Masalah masih belum selesai, kamu sudah ingin pergi?" Om Roy dengan berat membanting gelas ke samping meja.
Dia bangkit, lalu menghampiri Rani. Rani mengerutkan alisnya. Dia tidak begitu mengerti maksud orang itu.
"Om Roy, apa yang sedang Anda lakukan?" pekik Rani gemetar.
Tiba-tiba, hasrat untuk melakukan hal yang senonoh yang tidak bisa ditahan di dalam tubuh pria itu keluar.
"Apa yang sedang terjadi?" Rani bertanya di dalam hati.
"Seksinya!" pikir pria otak kotor itu.
Tubuh Rani yang seksi dan putih bak permukaan giok, mengundang hasrat kotor dan derasnya keringat yang keluar dari tubuh pria itu. Wajah cantiknya pun membakar dan membuatnya bersemu merah.
"Om Roy sudah mengagumimu sejak lama. Kalau tidak, bagaimana aku bisa setuju kamu datang untuk menemaniku minum malam ini?" ungkap Om Roy.
"Sepuluh juta rupiah... menurutmu, apakah aku akan memberinya dengan murah hati jika kamu hanya menuangkan beberapa gelas bir? Malam ini, biarkan Om bahagia. Hahaha... aku akan pikir-pikir lagi untuk memberi kamu sepuluh juta," lanjut pria itu.
Tangan gemuknya meraih lengan ramping Rani. Dengan sepenuh tenaga, dia menarik Rani hingga tubuhnya yang lemah terjatuh ke sofa.
"Ahh!" teriak Rani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, CEO Bucin!
RomanceTak pernah terpikirkan oleh Rani Lesmana bahwa dia akan tidur bersama Dimas Antoro, pria yang dulu pernah ia sukai. Setelah malam itu berakhir, Dimas ternyata memberikan sebuah buku nikah pada Rani sebagai bentuk tanggung jawab kepadanya. Siapa sang...