Bab 2 Akhirnya, Kau menjadi Milikku!

255 7 0
                                    

"Oke."

Pria itu mengangguk, lalu melirik wanita mungil yang sedang mendongak untuk menatapnya sedari tadi. Rani terus mengusap-usap matanya dengan kedua tangannya, seolah ia ingin mencoba melihat pria itu dengan lebih teliti.

Wajah pink pucatnya mirip dengan buah apel. Bibir merah mudanya yang lembut merengut, menunjukkan sedikit pesona para dewa. Dengan tangannya yang panjang, dia menggendong wanita bodoh itu di pundaknya.

"Siapa kamu? Lepaskan aku! Aku tidak mengenalmu!"

Rani menepuk-nepuk punggung lelaki itu. Kegaduhan yang dibuatnya itu semakin membuat dirinya tidak nyaman di pundak pria itu. Belum lolos dari sarang serigala, ia malah jatuh ke mulut harimau lain.

Rani, kamu benar-benar sial dalam waktu yang lama, batin Rani mengutuk.

Pintu lift berdenting menutup. Rani seperti samar-samar mendengar suara jeritan wanita dari luar lift.

"Hei, tolong, jangan berkelahi!"

"Tolong, berhenti bertengkar!"

"Aduh, aku benar-benar nggak bisa melihat apa-apa. Aku nggak tahu kalau wanita itu adalah pacar pria itu. Aku benar-benar terkutuk," gerutu Rani.

Saat lift turun, Rani merasa samar-samar orang yang menggendongnya di bahunya, kemudian memasukkannya ke mobil. Setelah sekian lama, Rani dibawa keluar dari mobil, lalu diletakkan ke tempat tidur besar yang sangat empuk.

"Ahh... seksinya diriku," gumam Rani.

Rani yang benar-benar kehilangan akal sehatnya. Dalam keadaan setengah mabuk, memegangi tubuh dingin pria itu dengan tangannya, berharap bisa memuaskan hasrat di dalam tubuhnya dengan pria itu.

Rani berbaring di tempat tidur, dengan mata tertutup, mulutnya terus menggumamkan kata-kata yang menggairahkan. Lengannya yang lemah itu merangkul pinggang pria itu dari belakang dan enggan untuk melepaskannya.

"Aku sedih banget." Kata-kata lembut yang dilantunkannya bak melodi yang merdu, menyihir jiwa pria itu.

Empat tahun lalu, Rani seharusnya menjadi miliknya sepenuhnya. Namun, takdir membuat lelucon padanya, sehingga membuat cinta ini tertunda selama empat tahun lamanya.

Kali ini, pria itu tidak akan melepaskan Rani lagi. Tidak akan bisa melepaskannya lagi.

Pria itu berbalik dengan santai, mengulurkan tangannya untuk memegang dagu Rani yang halus dan mungil. Lalu, dia membungkukkan badannya dan mencium bibir merah mudanya yang menawan.

"Ahh."

Aroma es yang sejuk dan manis meresap ke seluruh tubuh Rani. Tanpa sadar, Rani mengangkat lengannya, memeluk leher dingin pria itu, dan berusaha menanggapi ciumannya itu.

Ciuman ini terkadang mendominasi atau kasar, tampak seperti sebuah hukuman. Namun, mereka juga menikmati momen indah itu. Ciuman jatuh seperti tetesan hujan.

Tiba-tiba, Rani merasa tubuhnya terbelah oleh sesuatu. Seluruh tubuhnya gemetar karena kesakitan. Seluruh tubuhnya seolah-olah beriak dan bergoyang di atas badai laut. Layaknya seperti dihancurkan oleh sebuah truk besar. Perasaan itu, menyakitkan sekaligus menggairahkan.

"Rani, akhirnya kamu adalah wanitaku."

***

Esok paginya, sinar matahari yang menembus lapisan awan masuk ke jendela. Tirai putih elegan di ruangan itu dilapisi dengan emas yang ringan.

"Ahh."

Mulut kecil Rani sedikit menggeliat. Tenggorokannya kering dan suaranya juga agak serak. Sepertinya itu semua disebabkan oleh teriakan yang berlebihan semalam. Kepalanya sakit hingga mau pecah, karena terus mengulangi mimpi buruk yang terjadi tadi malam.

Hello, CEO Bucin!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang