Bab 1 Samuel, Sang Menantu Tak Berguna

12 0 0
                                    

Di meja makan, Samuel duduk di bagian paling ujung dan menyantap makan malamnya dalam diam, seolah dirinya tembus pandang. Orang lain yang juga berada di meja makan tersebut sama sekali tidak menganggapnya ada. Mereka saling berbicara dan tertawa, tapi tak ada yang berbicara dengan Samuel. Bagi mereka, dia hanyalah udara.

Samuel adalah menantu tak berguna keluarga Ardianto. Tak hanya statusnya sebagai orang miskin, Samuel juga sama sekali tidak memiliki martabat di keluarga Ardianto.

Hari ini adalah hari ulang tahun Rudi Ardianto, kepala keluarga Ardianto. Karena itu, sanak-saudara dari seluruh keluarga Ardianto pun berkunjung untuk mengucapkan selamat dan merayakan ulang tahun pria tua itu. Hanya saja, kebanyakan dari mereka datang dengan niat untuk melihat kekonyolan Samuel.

"Suamiku, makan ini, ini sehat untuk tubuhmu," Istri Samuel, Hani Ardianto, memberi Samuel sepotong daging iga.

Kakak perempuan Hani, Shania Ardianto, yang duduk di sampingnya segera mencibir, "Hani, aku buat iga sapi asam manis ini khusus untuk ayah kita, bukan untuk Samuel!"

Setelah mendengar ini, sumpit Hani membeku di udara. Ekspresi yang terpasang di wajah Hani memancarkan rasa malu yang mendalam.

"Kata-kata Shania masuk akal," Rudi memandang Samuel dengan ekspresi jijik. "Samuel, kamu sudah jadi bagian keluarga Ardianto selama setahun, tapi masih belum bisa memberikanku seorang cucu. Hal itu tidak kupermasalahkan. Namun, paling tidak, kamu harusnya bisa membeli cincin berlian untuk putriku!" Pria tua itu mendengus kesal, seakan kesabarannya telah sepenuhnya habis dalam menghadapi Samuel. "Siapa yang kenal dirimu? Pekerjaan saja tidak punya. Setiap hari hanya tahu makan dan minum gratis. Kalau kamu bukan orang tidak berguna, kamu itu apa?"

"Putriku, Hani, bisa menikahimu itu ibarat bunga bertemu dengan kotoran sapi!" maki Rudi tanpa belas kasih. "Menurutku, lebih baik kau cepat ceraikan putriku. Putriku masih muda, juga begitu cantik, aku yakin pasti ada pria yang lebih baik yang menginginkannya!"

Mendengar makian Rudi, Samuel mengepalkan tinjunya. Ekspresi yang terpasang di wajahnya sungguh buruk, tetapi dia tidak menanggapi kata-kata pria tua itu. Antara dia sudah biasa ... atau mungkin hanya bisa pasrah.

Namun, ucapan Rudi tidaklah salah. Di mata orang luar, Samuel memang orang tak berguna yang hanya bisa menempel bagai lintah darat pada keluarga istri.

"Lihatlah kakak iparmu yang tertua, Ikhsan. Dua hari yang lalu, dia baru saja membeli satu set kalung, anting dan cincin Cartier untuk Shania. Kau harus tahu kalau harganya itu lebih dari seratus juta!" Rudi melanjutkan, "Dasar menantu tak berguna, coba lihat, apa kamu bisa memberikan istrimu hadiah seperti itu? Bisakah kamu seperti Ikhsan dan memanjakan istrimu?!"

Ketika baru menikah dengan kakak perempuan Hani, Shania, kakak ipar Samuel, Ikhsan Ginarta, juga bukan seseorang yang sangat kaya. Dia bahkan sempat meminjam uang kepada Hani dahulu.

Pada saat itu, setiap bulan, Hani akan mengambil sejumlah uang dari gajinya untuk membantu Shania. Hal yang sama juga dilakukan oleh Rudi, dia memberi Shania sepertiga dari uang pensiunnya setiap bulan. Jika tidak, kehidupan pasangan itu akan dipenuhi masalah.

Kemudian, tahun lalu, Ikhsan mengambil proyek pemerintah dan menghasilkan uang puluhan juta tiap bulannya. Seiring waktu, kondisi ekonominya membaik. Pria itu mampu membeli mobil mahal yang mewah dan tinggal di sebuah rumah bertingkat yang cukup mewah.

Yang membuat orang mendengus rendah adalah kenyataan bahwa Ikhsan dan Shania yang sekarang sudah hidup dengan baik tampaknya telah melupakan segala bantuan yang diberikan oleh Hani pada mereka. Setiap kali bertemu, keduanya terus-menerus mengejek Samuel sekeluarga.

"Ayah, bagaimanapun juga, kita adalah satu keluarga. Untuk apa berbicara begitu keras?" ujar Ikhsan yang mendengar ucapan Rudi. Dia tersenyum tipis dan berkata, "Meskipun Samuel tidak punya apa pun, entah itu mobil, pekerjaan, maupun uang, tapi paling tidak dia masih memiliki semangat, bukan? Aku percaya masa depannya tidak terbatas! Masalah perhiasan, dia ke depannya pasti bisa berikan untuk Hani!"

Super Billionare ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang