Ramadhina Fajri Aziza, yang bersiklus di bulan Ramadan ke 18-nya. Berusaha berkutat dengan resolusi ibadahnya, dan terkadang overthinking sama dosanya.
Prinsip hidupnya: hidup itu kalau engga gini ya gini amat.
Seperti Ramadannya kali ini. Ia bena...
Kalau mereka pikir nama gue itu nama cowo, gue lebih setuju kalau nama gue itu sepertiga cewe. Kenapa? karena di antara tiga kata nama gue—Ramadhina Fajri Aziza, ada dua kata yang bukan cewe banget—Rama dan Fajri. Sederhana, tapi mampu mengguncang persepsi orang yang baru kenal, ditambah gaya gue yang tomboi. Entah kapan gue bisa tobat agar bisa jadi cewe yang bener-bener kalem.
Ngomong-ngomong, besok adalah Ramadan tahun kedua gue bersama orang-orang freak, salah satunya Angie.
"Marhaban tiba Marhaban tiba, tiba-tiba Marhab–,"
"Ramadan tiba dodol," koreksi gue kepada Angie yang dengan percaya dirinya bernyanyi di depan kelas.
"Iya, iyaaa, suara gue kaya traktor," ucap Angie dan mengekori gue masuk kelas.
Kelas semakin ramai dengan siswa-siswa yang mana setiap circle pasti membahas Ramadan, mentang-mentang besok sudah mulai puasa. Seketika wacana bukber menjadi top topic obrolan mereka yang random bin engga jelas.
Menurut podcast yang pernah gue dengar, bulan Ramadan itu bulan Al-Quran, buktinya Allah mention di Surah Al-Baqarah ayat 185. Kadang gue juga salah, lebih terpikir urusan perut (nanti buka pakai apa) daripada urusan hati (nanti lanjut tadarusan surah apa).
Gue cuma mengamati mereka yang terkadang candaannya tak selucu hidup gue yang mungkin lebih lucu dari candaan yang mereka bicarakan. Enggak serius-serius amat, sih, minimal bisa ketawa karir.
Alih-alih bergabung dengan mereka, gue terpikirkan dengan ide Haura yang kemarin sibuk journaling. Buat Ramadan katanya. Seketika gue beralih ke meja Haura untuk menanyakan hal itu.
"Ra, boleh liat journal yang lo buat kemarin? Suntuk gue kalau di rumah engga ada target, ceilaa, sok-sokan banget gua," ucap gue.
"Bentar." Dia mengeluarkan buku berwarna sage itu dari dalam tasnya.
"Nih, btw lo mau ikutan juga?" tanyanya.
"Hm...tapi gue engga yakin bakal bisa nglakuin ini semua," jawab gue ketika membuka dan membaca target-target yang Haura tulis.
Gimana enggak kaget, dia nulis target baca Quran sepuluh halaman per hari ditambah tafsiran artinya. Lah, gue boro-boro sepuluh halaman, satu ayat aja udah nguap. Bagi gue, setan di bulan Ramadan pun enggak punya jatah cuti buat enggak ganggu hidup gue.
Haura menghela napas panjang dan mencoba berkata,
"Kita engga bisa jamin usia kita bakal panjang atau enggak. Tapi kita bisa usaha usia kita berkah atau enggak."
"Banyak orang usianya sampai Ramadan tapi perilakunya sama kaya bulan-bulan biasanya."
"Andai ini Ramadan terakhir kita gimana?"
Jleb ...
Pernyataan Haura membuatku mematung. Maybe this is the quote I should tweet from the bottom of my heart, eaaa.
____________
To be continued
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.