Cahaya jingga khas senja perlahan redup tersapu awan gelap yang memenuhi cakrawala. Udara dingin kian merambat menusuk kulit hingga ke tulang tanpa permisi. Petir bersahutan dan kilat tiada hentinya membelah langit. Bulir-bulir air mulai menyapa semesta seakan siap menerpa apa saja yang berada di bawahnya. Orang-orang berhamburan menuju halte dan teras pertokoan untuk sekadar berteduh, membuat jalan raya yang semula sesak berubah menjadi lengang, hanya beberapa kendaraan yang lalu-lalang menembus derasnya hujan di kota Tokyo.
Gadis aneh itu memiliki paras cukup cantik dengan rambut panjang berwarna hitam pekat yang menawan. Pandangannya kosong menatap langit yang semakin gelap berkat derasnya hujan yang mengguyur ibu kota. Orang dengan pikiran normal akan menetap—menunggu hujan hingga reda, orang dengan pikiran berbeda akan bertindak sebaliknya. Gadis itu berjalan santai meninggalkan halte di mana beberapa pasang mata terus menatap aneh ke arahnya. Tidak waras, orang-orang mungkin berpikir begitu.
Brugh!
Tubuh gadis itu terpental, terhempas, dan terguling-guling di jalanan aspal sejauh beberapa meter dari tempatnya semula. Mini dress yang tadinya berwarna putih kini sudah didominasi warna merah dari darah yang terus mengalir. Gadis itu mengerang kesakitan, napasnya tersengal-sengal sebelum akhirnya terdiam.
Seorang pria bergegas keluar dari mobil sedan hitam yang berhenti tak jauh dari tempat gadis itu tergeletak. Ia tidak peduli dengan hujan yang akan menyerbu dirinya. Ia memboyong gadis itu masuk, mengambil alih kemudi dan memacu kendaraan menjauhi orang-orang yang mulai berkerumun. Dipikirannya, hanya ada satu tujuan: rumah sakit.
***
Seina terbangun dengan napas memburu. Tangannya gemetar saat mengusap keringat yang mengucur deras dari dahinya. Sekilas mimpinya barusan masih jelas dan terasa sangat nyata. Dalam kepanikan, ia melihat sekeliling dengan cepat, merasa lega karena dirinya masih berada di Bandara. Beberapa pasang mata mulai menatapnya sinis, ia segera memperbaiki duduknya untuk mendapatkan oksigen secara optimal.
*Attention. Flight JL720 to Tokyo is now boarding. Would all of passengers please pass on to gate C2. Thank you.
Seina bangkit dan berjalan menuju tempat pemeriksaan boarding dengan langkah tertatih. Ia tahu, mimpi buruk adalah hal lumrah yang dialami semua orang tanpa terkecuali. Namun tetap saja, fakta tersebut tidak mampu menghentikan dirinya untuk tidak memikirkan hal yang macam-macam. Ia masih merasakan tremor di sekujur tubuhnya berkat mimpi sialan itu.
"Tolong, boarding pass-nya," kata Petugas tersenyum ramah, membuat lamunan Seina buyar seketika.
Satu detik, dua detik, tiga detik, dan beberapa detik berikutnya tidak ada tanda-tanda Seina akan menyerahkan boarding pass sesuai dengan instruksi Petugas. Petugas pemeriksaan boarding berusaha sabar meski orang di hadapannya membuatnya sedikit gemas.
"Halo, Mbak! Boarding pass-nya, tolong!" kata Petugas lagi, tapi Seina tetap tak menggubris. Ia terus mempertahankan kesunyian dengan memegang erat boarding pass-nya. Kegundahan benar-benar telah mengambil alih hati dan pikirannya kini. Apakah mimpinya tadi benar-benar menjadi pertanda buruk? Jika iya, apakah masih mungkin untuk membatalkan semuanya sekarang?
Sudah cukup lama Seina diam, tak membiarkan Petugas menyentuh boarding pass-nya. Orang-orang yang mengantre di belakangnya mulai berdecak sebal karena antrean berjalan lambat, bahkan Petugas yang sejak tadi bersabar menunggunya menyerahkan boarding pass kini terlihat sudah hilang keramahan.
"MBAK?!" Sang Petugas—dengan wajah yang sebisa mungkin dibuat tetap kalem—tak sengaja membuat Seina terkejut. Gadis itupun secara spontan menyodorkan kertas yang setara dengan nyawanya kepada Petugas sebagai tahapan akhir pemeriksaan. Ia juga tak habis pikir, mengapa ia bisa bertindak bodoh sampai-sampai menjadi tontonan orang-orang sekitar untuk beberapa saat. Ia berusaha meyakinkan dirinya kembali untuk tetap tenang.
Melewati tahap pemeriksaan boarding penuh drama, Seina menghentikan langkahnya. Dipandanginya keindahan sakura yang menjadi wallpaper di layar ponselnya. Pesona dari bunga khas negara Jepang itu membuatnya semakin yakin dengan keputusannya untuk melarikan diri. Negeri impiannya telah menunggu; penataan kota yang rapi, suasana pegunungan yang damai, danau dengan air sebening kristal, berbagai macam kuliner unik, festival-festival budaya yang seru, serta pemandangan apik empat musim yang memiliki daya tariknya masing-masing. Sungguh, Seina sudah tidak sabar mewujudkan impiannya di sana.
**********

KAMU SEDANG MEMBACA
Victim Of Love
FanfictionSeina Kasyafa Fathlim, seorang gadis yang kagum dan jatuh cinta pada budaya Jepang, memutuskan untuk mengambil risiko besar dengan melarikan diri ke sana sendirian. Ia memiliki harapan besar untuk menemukan tempat yang memberikan kedamaian serta keb...