15. Shared Tears

83 10 4
                                    

"Kau tak pantas menderita unnie. Kau cantik dan banyak orang yang menyukaimu. Kau tak seharusnya begini."

Sakura mengusap puncak kepala Minju dan menatapnya haru. Ia menoleh pada Wonwoo yang menatap keduanya masih dalam keadaan bungkam.

Sakura ingin sekali berterima kasih kepada kedua orang ini. Tapi ia tahu, hanya dengan ucapan saja belum cukup. Mereka telah berbuat banyak hal selama Sakura mencoba bangkit dan kembali tersenyum.

Apakah hal ini tepat? Untuk meninggalkan mereka yang sebenarnya tak pernah berpaling saat ia dalam keadaan sulit.

Wonwoo memalingkan wajahnya dari Sakura. Ia beranjak dari sofa lalu kembali dengan sebotol air minum dan menyodorkannya. Lelaki itu merasa salah tingkah karena sedari tadi Sakura membuntuti dirinya dengan tatapan yang tak bisa Wonwoo artikan.

"Minju."

"Ya Unnie."

"Terima kasih sudah mengobatiku. Bisakah aku bicara dengan Wonwoo empat mata?"

"Ah. Iya tentu." Minju mengemasi kembali kotak P3K nya. "Aku akan kembali ke ruanganku. Hubungi saja jika membutuhkanku." Ucap Minju baik kepada Sakura maupun Wonwoo.

Mereka berdua duduk dalam keheningan yang panjang. Sakura masih memandangi Wonwoo yang bersandar pada sofa. Ia memejamkan matanya, menghindar.

Sakura berangsur mendekati lelaki itu dan memegang kedua tangannya.

"Wonu. Maafkan aku."

Wonwoo membuka matanya.

"Untuk apa? Kau sama sekali tak membuat kesalahan."

"Aku harus pergi."

"Pergilah. Kau harus pergi Sakura. Aku tahu kondisimu, itu yang terbaik." Wonwoo mencoba membuat dirinya santai. Ia memang keberatan Sakura pergi, ia merasa lemas hanya dengan mendengar berita itu saja. Rasanya, hari dimana ia tak melihat Sakura lagi akan menjadi hari yang sangat menyengsarakan. Hatinya, perhatian dan suka citanya adalah hanya untuk wanita itu. Walaupun ia tak bisa memiliki Sakura, setidaknya ia bisa melihatnya. Apa yang akan terjadi jika sumber kebahagiaannya hilang dari pandangannya? Wonwoo tahu, sebagai lelaki harusnya ia tak se-lembek itu. Tapi ini berbeda. Bukan hanya merelakannya tidak bisa dimiliki tetapi ia juga harus rela bahkan untuk tidak bisa melakukan apapun lagi agar ia tersenyum.

Tetapi kalaupun Sakura tinggal. Ia tak bisa menjanjikan kebahagiaan ataupun kenyamanan yang Sakura mau. Pun untuk Seika dan Yonna. Lelaki itu membalas memegang tangan Sakura yang lebih kecil darinya. Sakura menangkupkan telapak tangannya di rahang pemuda itu, mengusap pipi tirus itu dengan ibu jarinya yang lembut. Membuat Wonwoo tak bisa lagi mencoba menghindar dari keinginan menatapnya.

"Kau tahu, aku tak bisa membalas semua kebaikanmu. Apa kau merasa aku menghiati semua kebaikanmu Wonu?"

Wonwoo menggeleng.

"Aku tidak akan pernah merasa begitu. Tapi jujur saja, aku pasti akan merasa kehilangan."

"Benarkah?"

Sakura tersenyum. Wonwoo mengangguk.

"Tentu saja. Tak akan ada lagi orang ceroboh di kantorku. Tak akan ada lagi orang yang mendobrak pintu kantorku dan menangis seperti anak kecil. Tak akan ada lagi. .." Wonwoo mempererat genggaman tangannya. Ia menghela nafasnya.

"Aku akan sangat merindukanmu." Ucap Wonwoo kemudian.

"Aku juga. Boleh aku memelukmu?"

Wonwoo berdiri, Sakura menghampirinya dan memeluknya erat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

How To Get A HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang