Chapter 1 : Vission

8 2 6
                                    

Jalanan telihat kosong bagaikan kota mati dengan mobil yang berbaris tak berdaya di sepanjang jalan, udara tertutup kabut dengan bunyi geraman yang terdengar dimana-mana. Kota yang dulunya terkenal dengan keindahannya kini sudah tak terlihat, yang ada hanyalah suram dan berantakan.

Tidak ada aktivitas manusia normal yang telihat. Ya, normal.

Bisakah itu disebut normal dengan pakaian yang terkoyak, dan beberapa anggota tubuh yang tak lengkap.

Manusia-manusia itu kini hidup layaknya orang mati, atau memang sudah mati? Dengan mata hitam, kulit berwarna abu-abu dan urat biru yang menonjol dipermukaan kulit, ditambah darah yang berceceran disekitar mulut yang sibuk mengunyah sesuatu.

Tak jauh dari adegan tesebut, berdiri seorang gadis mungil mengenakan baju rumah sakit dengan wajah pucat dan berwajah ngeri melihat pemandangan didepannya.

“Makhluk apa mereka?” bertanya pada kekosongan yang takmungkin ada yang menjawab.

Srekkk. . . . srek . . . . terdengar bunyi sesuatu yang terseret di aspal dibelakangnya. Gadis itu menoleh dan melihat wajah abu-abu menyeramkan yang penuh darah dan rusak dibagian wajah dengan daging pipi yang terlihat menggantung sangat menyeramkan.

Terbangun dengan kengerian yang terlukis diwajah seorang gadis mungil ketika mengingat dengan jelas mimpi yang baru saja dialaminya. Memandang sekeliling terdapat tembok putih dengan bau desinfektan khas Rumah Sakit.

Berbaring lemah diranjang Rumah Sakit dengan baju pasien yang terlihat kebesaran ditubuhnya menambah kerapuhannya. Matanya bingung dengan air mata berlinang sambil mengingat arti mimpinya barusan yang terlihat sangat nyata.

Bangun dengan tertatih menuruni ranjang dan keluar menyusuri lorong rumah sakit yang terlihat sepi dengan membawa kantong infus.

Langkahnya berhenti di sebuah ruang yang berada diujung lorong terdalam dengan tulisan “Ruang Isolasi” diatas pintu.

Dilorong yang sunyi, suara geraman rendah tedengar samar - samar melalui celah pintu. Untuk memastikan sesuatu tentang mimpinya, dirinya memberanikan diri melihat melalui kaca pintu.

Pemandangan didalam membuatnya takut dan semakin meyakini ‘penglihatan’ yang diterimanya melalui mimpi beberapa malam ini.

Menunduk untuk melihat tangan mungilnya yang kini terlihat pucat yang memperlihatkan pembuluh darah biru dengan bingung. Berusaha memfokuskan pikirannya pada tangan kanannya yang sedikit terangkat, perlahan tapi pasti dirinya merasakan uap air yang mengembun disekitarnya.

Uap air yang terdapat diudara secara perlahan berkumpul dan menyatu di satu titik, yaitu diatas tangannya melayang dengan tenang. Pada satu detik kemudian, terdapat perubahan yang terjadi di matanya yang kini lebih yakin.

Setelah sebelumnya membubarkan titik air, dengan langkah tenang namun pasti dirinya meninggalkan pemandangan bangsal. Pemandangan yang menampilkan manusia berkulit abu – abu yang terikat diranjang dengan beberapa staff medis berpakaian tertutup berdiri mengelilingi ranjang.

Hai, , pencet tombol vote-nya yakk jangan lupa ;)

The Pandemic (Duka Dunia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang