Hai, Hardika Singgara. Aku Fania Diandra, Ibu Snow.
Dan kalau kamu udah baca ini, harusnya kamu udah ingat semuanya ya? Ya mungkin selain bagian itu. Haha...
Ini agak rumit, tapi sebelumnya, aku mau minta maaf atas semuanya, dan terimakasih sudah mau mengurus Snow atas permintaan aku.
Aku mungkin mulai dari... Aku bukan anak yang diinginkan? Anak haram kata Bunda, lalu kamu datang dan mengurangi beban hidupku, membuat aku ngerasain lagi apa yang namanya kasih sayang dan perhatian.
Ya, bisa dibilang kita sangat dekat. Sangat dekat, dan menurut ku itulah masa terindah dalam hidupku sepanjang ini. Tapi sayangnya Bunda gak suka hidupku tenang dan indah.
Dia mau menghancurkanku, dengan kamu sebagai kambing hitam, atau tumbal.
Di hari itu, di hari ulang tahun Kakak, kita dibuat tidak sadar, obat apa entah yang mereka masukkan kedalam minuman kita, yang jelas malam itu kita melakukan hal yang tidak seharusnya kita lakukan dalam keadaan tidak sadar.
Dan setelah itu, kita masih baik-baik saja bukan?
Sampai hari di mana, aku merasakan gejala aneh pada tubuhku, mulai dari terlambat haid, mual, emosiku tidak stabil, dan lain-lain.
Walau aku tidak ingat kejadian malam itu, tapi salah satu temanku dengan iseng membelikan ku testpack, dan aku di suruh mencoba. Ku lakukan, dan hasilnya positif.
Hari itu aku shock sampai pingsan, dan sempat tidak masuk karena terus menangis dan mengatakan pada diriku sendiri bahwa testpack itu pasti salah dan rusak. Dan aku melakukan beberapa kali tes dengan puluhan testpack, dan hasilnya sama, positif dengan garis dua.
Di saat itu yang aku pikirkan adalah mengugurkan bayi yang aku kandung bagaimanapun caranya.
Tapi ketika Bunda pulang, saat makan malam, beliau tiba-tiba mengatakan, "Sudah hamil belum?"
Di saat itu aku bingung, kaget, marah, semua perasaan jadi satu. Bunda dengan lancang dan tertawa sekali-kali menceritakan semuanya tanpa beban, bahkan terlihat senang. Bunda juga menyebut namamu sebagai ayah dari anak itu. Aku tidak percaya, sampai Bunda menunjukkan sebuah foto.
Bunda terlihat sangat senang ketika melihatku hancur seperti itu. Dan setelah itu, aku memutuskan untuk mempertahankan Snow.
Dan pergi dari kehidupanmu. Dengan alasan pindah sekolah.
Katanya kamu mencariku ya? Lalu entahlah, kamu tidak lagi mencariku.
Katanya kamu kecelakaan, Bunda Mel meninggal, turut berduka cita, walau kau pasti membaca ini sudah sangat lama dari waktu itu. Dan katanya, kau juga kehilangan sebagian ingatan mu ya? Termasuk aku.
Aku kabur ke Tasik, tempat Aki. Dan sepertinya Bunda tidak sama sekali mencariku, dan sangat tidak peduli. Bahkan mungkin sedang mengatakan party untu merayakan kehancuran hidupku.
Setelah itu aku hanya menjalani hari-hari beratku selama sembilan bulan di rumah Aki, bersama Aki dan Emak. Aki dan Emak tampaknya lebih tau banyak di banding aku.
Dan sembilan bulan yang melelahkan itu berakhir. Snowa Speranza lahir dengan normal, dan sehat, dia sangat mirip dengan kamu.
Snowa: Aku hanya suka nanti orang-orang akan memanggilnya dengan sebutan Snow
Speranza: Artinya harapan, karena aku mau Snow jadi harapan untuk hidupmu yang katanya juga hancur bersama dengan meningalnya Bunda Mel. Aku ingin dia mejadi harapan untuk semuanya.
Dan di saat usia kandunganku yang kesembilan kemarin. Aku bertemu dengan Nata dan menceritakan semuanya. Nata kaget dan marah, tapi dia mengerti. Dan Nata juga beberapa kali menemaniku, bahkan sampai di hari kelahiran Snow, Nata juga yang menemani. Dan itulah sebabnya kolom Ayah di kartu kelahiran Snow ada nama Nata.
Mungkin sekarang sudah jelas? Ya aku harap begitu.
Hardika, aku tau ini egois dan jahat, tapi aku mau kamu tetap hidup bersama dengan harapan barumu-Snow-dan menemani harapanmu itu sampai dia menemukan harapan lain di hidupnya.
Hardika Singgara, mungkin ini sudah terlambat, tapi aku sayang kamu, terimakasih.
***
Ardi selesai membaca surat itu. Dan sekarang dia menangis. Dia sekarang menyesali semuanya. Marah dengan takdir yang sudah terjadi. Marah dengan semua kehendak yang sudah terjadi. Menyesali semua yang sudah terjadi. Dia ingin mengulang semua waktu, mengubah semua alur cerita. Tapi semuanya sudah terlanjur menjadi cerita.
"Seminggu setelah melahirkan, Fania infeksi , kembali pendarahan, dan..." Nata tidak langsung melanjutkan kalimatnya. Matanya dia tundukkan dalam-dalam. "Fania tidak bertahan,"
Detik itu juga, Ardi yang sudah hancur, tapi menemukan sedikit harapan, sekarang hancur lagi, lebih hancur.
Ardi menenggelamkan kepalanya di selipan tangannya di meja. Memukul-mukul kertas surat yang ditulis Fania dengan tulisan tangannya yang indah. Ardi menangis sambil sekali-kali menggeram dan berteriak, meneriaki nama Fania atau bertanya, 'Kenapa?'.
Nata hanya diam sekali-kali mengusap punggung Abangnya itu, untuk sedikit menenangkan. Setelah lebih tenang. Ardi menatap kearah Nata. "Dimakamkan di mana?" tanya Ardi masih dengan mata yaang basah dan hidung merah.
"Tasikmalaya, tempat Aki." Jawab Nata singkat. Ardi mengangguk, dan beranjak menuju tempat cuci piring untuk membasuh mukanya.
Lalu dengan kondisi hati dan mental yang tak menentu, lelaki itu menghampiri Bagas dan Snow, yang masih bermain di ruang tengah.
Ardi dengan spontan memeluk Snow. "Maafin, Ayah..." ucapnya lirih, kembali menangis.
Hidupnya memang sudah hancur, dan semakin hancur dari hari ke hari, seolah tidak lagi punya harapan untuk hidup, atau bertahan. Tapi sekarang dia punya seorang harapan. Satu alasan untuk tetap hidup.
Snowa Speranza. Seorang makhluk kecil yang tak bersalah, tak juga tau apa-apa tentang masalah kedua orangtuanya.
Snowa Speranza. Seorang makhluk kecil yang tadinya dikira akan menghancurkan hidup Ibunya, memang iya mungkin, Ibu nya meninggal karena melahirkannya.
Snowa Speranza. Seorang makhluk kecil yang kini menjadi harapan dan salah satu alasan Ayahnya untuk tetap hidup.
Snowa Speranza. Seorang makhluk kecil yang menjadi harapan yang tidak pernah di duga.
.
.
.
Ceritanya bakal aku lanjutin dengan versi AU di twitter
https://twitter.com/quystion/status/1420692338335117317?s=19
btw, akutuh cuma iseng aja buat cerita kaya gini,
dan hari sini juga aku mau ngasih tau, bahwa pasti ada Snow di hidup kalian masing-masing, pasti ada harapan dan alasan untuk tetap bertahan.
okey guys, see u
KAMU SEDANG MEMBACA
Speranza [END√]
Teen FictionTentang Ardi dan harapannya yang tidak pernah dia duga