Bel istirahat berbunyi nyaring membuat Pak Supri yang masih di dalam kelas memilih keluar setelah berpamitan, beberapa menit setelah kepergian Pak Supri Firdaus berjalan ke depan memberi pengumuman.
"Rald, kebersihannya ntar aja ya jam ke-2 nanti gue suruh kelas lain ngelakuin yang sama, gue mau makan sumpah!" keluh Firdaus dengan satu tangannya mengelus perut.
"Ke bascame aja yuk, nanti gue yang masakin, masih banyak, kan bahannya?" tanya Gabino sambil menatap Axel.
"Iya masih cuman telornya habis," jawabnya sambil mengangkat satu persatu buku-bukunya yang basah karena ulah Giska tadi. "Shit! Komik gue basah!"
Axel lantas berjalan medekati meja Giska, cowok itu langsung melemparkan komiknya tepat mengenai kepala Giska yang sedang sibuk mencatat keperluan kelas.
Giska yang mendapat lemparan cukup kuat itu memegang kepalanya sesaat sambil menatap Axel yang menatapnya sinis.
"Tanggung jawab lo, komik gue basah!" ucap Axel.
"Maaf, Xel tapi gue beneran enggak sengaja soal tadi," katanya dengan raut wajah memelas.
"Enggak usah pasang muka kaya gitu gue enggak bakalan ngampunin lo sebelum lo beliin komik ini dan nyerahin itu ke gue besok!" kata Axel hendak pergi namun langsung di cegat oleh Firdaus.
"Masa kasih perhitungannya gitu banget, Cel, tabok laah atau apa kek biar dia jera," usul Firdaus sambil menatap Giska.
"Axel mah enggak asik, coba Gerald yang ngasih pelajarannya." Alister menatap ke arah Gerald yang sibuk dengan handphonenya. Dari gerak-gerik cowok itu, sepertinya Gerald tengah sibuk membalas chat seseorang.
"Ayok kantin," kata Gerald kemudian berdiri, sontak Giska pun ikut berdiri dan memberi jalan untuk Gerald lewat.
"Lah, jadi enggak mau nih gue masakin?" tanya Gabino sedikit heran karena biasanya Gerald selalu antusias ketika dirinya masak. Kata cowok itu, masakan Gabino tak kalah enaknya dengan koki yang masak di rumahnya.
"Lo lupa sama rencana kita?" tanya Gerald membuat seluruh temannya menatap bingung.
"Rencana?" beo Alister masih tak konek.
"Jangan, itu keterlaluan, Rald." Axel membalikkan badannya menatap Gerald yang kini menatapnya juga dengan penuh tanda tanya.
"Lo kenapa enggak kaya biasanya? Jangan bilang lo ...."
"Gue takut lo yang kena masalah," potong Axel langsung.
"Bodo amat gue enggak peduli," jawab Gerald langsung. "Kalau lo terus-terusan kaya gini berarti lo nerima tawaran keluarga gue, Cel."
"Lah, belum nerima aja lo?" tanya Gabino sedikit terkejut.
"Cel, ya Allah sayang banget enggak di terima," sahut Alister.
"Gue enggak mau bergantung lagi sama keluarga lo, Rald gue udah cukup jadi beban keluarga lo sampai yang itu aja jadi lo jangan terlalu baik sama gue, gue ngerasa makin bersalah kalau lo kaya gini," papar Axel.
Melihat Gerald and the geng sedang membahas masalah pribadi yang cukup serius, membuat Giska perlahan-lahan memilih keluar kelas.
"Woi, Bocil sini lo! Siapa yang nyuruh lo keluar!" seru Gerald saat mengetahui Giska sudah berada di ambang pintu kelas.
Terlihat pungung kecil Giska yang mulai berbalik menatapnya kembali. Gadis itu menatap sejenak ke arahnya, kemudian segera menunduk saat melihat Gerald berjalan mendekat di ikuti temannya yang lain.
"Lo diem di kelas sampai gue chat lo buat ke kantin ambilin makanan gue kaya biasa," perintah Gerald yang tak mendapat respon apapun dari Giska. "DENGER GAK LO?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Harsa
Teen FictionBayangkan gimana rasanya jika kalian satu kelas dengan lima laki-laki yang selalu membully kalian. Belum lagi ada jabatan ketua kelas yang harus kalian pegang, itu menambah kesan bully yang kuat. Lantas bisa kah Giska melalui semua ini?