satu

15 1 0
                                    

"Ga"

"Gaga"

"Gagaaaaaaaaa"

"Paansi" Jawab Anggara dengan sekenanya. Syesilia sudah tidak heran dengan sikap Anggara yang begitu cuek dan dingin.

"Cecil laper" Syesilia memang biasa dipanggil dengan sebutan Cecil, ia tidak mempermasalahkan itu karena baginya lebih mempermudah dalam penyebutan dibandingkan dengan Syesilia.

Cecil terus mengelus bagian perut dengan tangan kanannya.

"Masak"

"Mager" Jawab Cecil dengan bersandar pada sofa yang berada di samping Anggara. "Gaga mau kemana?" Lanjut Cecil setelah melihat Anggara berdiri dari sofa.

"Masak"

Cecil tersenyum. Anggara memang cuek tapi perhatian, sedikit.

Tiga puluh menit berlalu Cecil dengan semangat menghampiri Anggara yang telah selesai berkutat dengan dapurnya.

"Gaga ga makan juga?" Tanya Cecil yang sedang menyantap nasi goreng hasil olahan tangan Gaga.

"Kenyang"

"Emang Gaga makan dimana kok udah kenyang?" Cecil terus bertanya.

"Diluar"

"Sam..."

"Sama Geri dan lain-lain. Udah diem ah, nanya mulu Lo kek Dora"

Cecil memajukan bibirnya layaknya bebek setelah mendengar penuturan Anggara.

"Ga usah manyun-manyun gitu, gua cium baru tau rasa Lo. Cepet abisin makannya setelah itu ke kamar!"

"Ngapain?" Tanya Cecil dengan mulut terbuka dengan mata membulat.

"Tidur bego!"
Cecil mengerjapkan matanya. Apa yang sudah ia fikirkan?

Setelah itu Anggara pergi ke kamar meninggalkan Cecil yang melanjutkan makan didepan televisi.

***

Ceklek

Pintu kamar terbuka, siapa lagi kalau bukan Syesilia Raya Dhinata.

Berbaring di atas kasur empuk adalah keinginannya saat ini. Setelah menghabiskan semua makanan, sepasang bola matanya tak lagi bisa diajak kompromi. Rasanya sekedar memejamkan mata adalah pilihan yang tepat.

Perlahan Cecil mulai membaringkan tubuhnya di atas kasur king size milik suaminya. Sebentar, apa kata Cecil tadi? Suami?

Jelas saja, Rayyan Anggara Dhinata memang suaminya. Sejak ia menikah memang tidak segan untuk mengeklaim Anggara sebagai miliknya. Tetapi tidak bagi Anggara. Cecil tersenyum masam mengingat hal itu.

"Abis makan jangan langsung tidur!" Ucapan Anggara bak perintah bagi Cecil.

"Iya ini Cecil duduk lagi"

Hening, tidak ada suara selain ketukan jari Anggara pada keyboard laptopnya.

"Gaga lagi ngapain?"

"Gaga kok kalo ditanya susah banget jawabnya?"

Duduk dengan tubuh bagian bawah yang tertutup selimut, Cecil terus bertanya saat melihat Anggara yang sedang sibuk dengan laptopnya.

"Menurut Lo?"

"Menurut Cecil apanya?" Cecil bingung dengan setiap jawaban Anggara yang terlalu singkat.

"Ya Lo tadi nanya apa?!"

"Yang mana? Kan ada dua" Cecil tidak mengerti lagi. Ini maksudnya jawaban dari pertanyaan "Gaga lagi ngapain?" atau "Gaga kok kalo ditanya susah banget jawabnya?" Ia semakin bingung.

"Bodoh"

"Besok Cecil nebeng ke sekolah boleh gak?"

"Gak!"

"Kenapa?"

"Entar ada yang tau kalo kita punya hubungan"

"Bukannya malah bagus ya?"

"Enak aja, yang ada gebetan gua lari semua"

"Dasar! Mentang-mentang ceweknya banyak"

"Wajar"

Jam terus berputar. Kini mata Cecil sudah tak dapat ditahan lagi.

"Gaga" Panggil Cecil pada Anggara yang kini sudah berada di sisi kanannya.

"Hmm"

"Mau peluk"

"Gak!"

🌾🌾🌾

06 Agustus 2021

ANGGARA [young marriage]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang