Yang menghilang

117 2 0
                                    

Authore prove

Ketegangan di ruang tunggu belum juga menurun
Semenjak mendengar kabar anaknya kecelakaan eric dan istrinya langsung ke rumah sakit untuk melihat keadaan anaknya, sampai sekarang dokter yang menanggani vania belum juga keluar, tak lama datang ketiga kakaknya vania

"Ma pa bagaimana keadaan vania?"
Tanya nata kakak kedua vania

"Belum ada kabar dokter yang memeriksa vania belum keluar"

Belum sempat mereka bertanya lagi keluarlah seoarang dokter yang menanggani vania.

"Keluarga vania agela wijaya?"

"Saya dok, saya papanya bagaimana keadaan anak saya dok?"

"Anak bapak sudah melewati masa kritisnya mungkin besok pagi dia sudah akan sadar"

Mendengar kabar vania sudah melewati masa kritisnya semua keluarga vania sedikit lega karena keadaan vania mulai membaik

"Tapi dengan berat hati saya harus sampaikan kaki vania akan..."

"Kaki vania akan apa dok?"

"Kaki vania akan mengalami cacat permanen"

"Bagaimana bisa dok bukan kah kaki vania baik" saja tak mengeluarkan darah sedikitpun"

"Ini semua terjadi karena disaat vania menggemudi dia tak menggukan seatbelt sehingga saat mobil vania menabrak truk tersebur terjadi benturan yang sangat keras yang menyebabkan vania terpental keluar dari mobil dan menggalami benturan yang sanggat keras pada bagian kaki vania dan menyababkan beberapa saraf yang ada di kaki vania mati" jelas dokter

"Apa tidak ada cara untuk menggobatinya dok?" Tanya nataniel kakak pertama vania

"Untuk saat ini vania hanya bisa melakukan terapi dan minum obat, tetapi jika vania ingin melakukan terapinya vania harus terbang ke jerman, karena alat terapinya yang sangat mahal dan terbatas seluruh rumah sakit di indonesia ini belum ada satupun yang menpunyainya,dan biaya terapinyapun sangat mahal"

"Kami akan membawa vania ke jerman dok, berapapun harganya kami tidak peduli"

"Baiklah kalau begitu, ini adalah alamat rumah sakit yang ada di jerman
dan itu adalah kartu nama dokter yang akan menanggani vania namanya adalah julian fox kalian bisa membawa vania pergi ketika keadaan vania sudah sadar dan baikan, kalau begitu saya permisi dulu"

"Terima kasih dok"
#

Vania prove

Gelap tempat apa ini? Udaranya pun menyesakan dadaku kenapa gelap sekali, bukan kah tadi aku sedang pejalaan ke bandara tapi menggapa aku ada di sini dan suara apa itu?
Sepertinya suara mama tapi kenapa menanggis? Tak lama aku melihat sebuah sinar yang sangat menyilaukan mata, sinar itu semakin mendekatiku aku sepeti tersedot masuk kedalamnya nafasku tambah sesak dan semuanya menjadi gelap

Saat aku membuka mataku orang yang pertama aku lihat adalah mama, mata mama merah dan sembab seperti habis nangis

"Ma, mama kenapa nangis?, oh iya ma vania ada dimana ya?" Tanya ku

"Vania kamu uda sadar nak? Kamu ada di rumah sakit nak, gimana keadaan kamu Ada yang sakit? Mana yang sakit? mama pangilkan dokter dulu ya"

Aku yang di tanyai pertanyaan hanya menggangukan kepala
Saat mama memanggil dokter aku merasa ada yang aneh dengan kakiku aku mencubitnya tapi tak merasakan apapun, Tak lama masuklah seorang pria paruh baya yang menggunakan pakaian putih untuk memeriksa keadaanku

"Keadaan vania mulai membaik hanya perlu istirahat dan jika tak ada halangan vania lusa sudah boleh pulang"

"Terima kasih dok, dokter telah banyak membantu kami"

"Tidak masalah itu sudah kewajiban saya, kalau begitu saya permisi dulu"

"Baik dok mari saya antar"

Setelah mama mengantar dokter keluar mama kembali masuk dengan papa dan ketiga kakak ku

"Hey adikku paling bawel apa kabar?"
Tanya kak taniel

"Baik kak, tapi ada sedikit perasaan aneh?"

"Perasaan aneh apa nak"
Tanya papa padaku

"Vania gak bisa ngerasain kaki vania pa, kaki vania kaya mati rasa di cubit pun tidak merasakan sakit"

Aku tak mengerti saat aku bicara seperti itu semua kelurgaku membeku tak ada satupun dari mereka yang mau menjelaskannya kepadaku

"Emang vania kenapa sih pa?"tanyaku pada papa

"Vania sebenarnya kaki kamu... Akan ca..cat permanen nak" ucap papa lirih

"APA? Gak mungkin ini gak mungkin pa? Teriak aku histeris

"Tenanglah vania kami masih bisa sembuh, mama sama papa akan melakukan apapun agar kamu sembuh" ucap papa coba menenangkan aku

"Gak mungkin pa vania gak mungkin cacat"

Teriakan histeris dan tangisanku semakin pecah saat mama memelukku aku tak tau apa yang terjadi selanjutnya yang aku tau hanya pandanganku yang menggelap dan suara teriakan papa mama yang memanggilku

True loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang