Perasaan...

292 10 2
                                    

Segalanya diantara kita masih sama,
Namun tidak dengan rasa ini...
Rasa yang membuat sebuah senyuman,
mampu menghangatkan hati, menggetarkan jiwa...

+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+

"Cinta... Cinta !" seseorang berteriak di belakangku.

Aku mengenali suara itu, suara milik seseorang yang selama dua hari ini menghabiskan uang sakunya untukku, Raka. Saat aku berbalik untuk melihatnya, dia sudah berada di sampingku. Baju yang melekat di tubuhnya tampak basah di beberapa tempat. Wajahnya sedikit memerah karena berlari dan tetesan keringat mengalir di pelipisnya. Secara keseluruhan dia terlihat sedikit berantakan dan mempesona.

"Matanya Neng, nggak usah jelalatan juga kali. Terpesona? "ujarnya padaku.

"Terpesona dari Hongkong... keringetan kayak gitu siapa yang bakal terpesona coba. Yang ada orang jadi mau pingsan ngeliatnya."ujarku sambil mendorong bahunya dengan satu jari.

"Si Eneng pinter banget ngeles , jelas-jelas terpesona tapi nggak mau ngaku." Kepalanya bergeleng seakan tak percaya.

"PeDe banget sih, jauh-jauh sana...bau tau." ucapku sambil menutup hidung dan menjauh darinya. Dia terlihat tidak percaya dengan apa yang baru saja ku ucapkan. Saat melihat Raka mencium baju dibagian ketiaknya, tawaku pecah seketika.

"Dasar tukang bohong, enak aja bilang eike bau. Eike yang cucok begindang masa dibilang bau, jahara deh yeiy ! "ujarnya dengan gaya menyerupai karyawan di salon mama. Menggelikan.

"Awas ya nanti eike makan baru tau yeiy !"ucapnya sambil mengejarku.

Aku langsung berlari sekuat tenaga melihat Raka yang sudah hampir menyusulku. Petugas keamanan yang dikejar waria, seperti itulah keadaannya sekarang. Saat aku akan berbelok, dia langsung menangkap tanganku dan membuatku tertarik kebelakang. Senyum kemenangan menghiasi wajahnya.

"Haaa... kenaa deh !"ucapnya dengan gaya centil yang sangat tidak natural. Ekspresinya. Aku sungguh ingin muntah saat ini. Saatnya mengakhiri adegan yang sangat menggelikan ini.

"Raka udahan yukk, kamu kayak gitu aku jadi geli sendiri tau."

"Kalau kayak gini masih geli juga ?"dia mendorongku pelan ke sudut dinding, mendekatkan tubuhnya kepadaku. Hidung kami sedikit bersentuhan saat dia meletakkan sebelah tangannya disela-sela rambutku.

Jantungku. Aku harap dia masih berada dalam keadaan baik-baik saja di dalam sana. Tapi sepertinya agak mustahil, mengingat betapa cepatnya detak jatung yang memompa darah keseluruh tubuhku saat ini. Wajahku... semua darah itu pasti sudah berkumpul di sana. Membuat wajahku seperti tomat segar yang dengan senang hati akan melompat kedalam botol saus tomat super pedas agar tidak ada yang melihat seberapa merahnya wajah itu.Seseorang, tolong bantu aku keluar dari situasi ini !

Harapanku terkabul saat kudengar langkah kaki yang tergesa-gesa menuju kearah aku dan Raka berada. Raka menoleh ke belakang, dan itu aku manfaatkan untuk melepaskan diri darinya. Dia sedikit terkejut saat aku mendorongnya kebelakang.

"Raka, Cinta ! Sedang apa kalian disini ?" Bu Retno guru bahasaku menegur kami berdua.

Aku menggaruk kepalaku yang tiba-tiba saja menjadi gatal.

"Nggak ngapa-ngapain kok buk, cuma lagi ngobrol aja." ujarku kemudian. Tatapannya tampak menyelidik, tapi kemudian kembali bersikap biasa.

"Ya sudah, ini kan sudah waktunya kalian pulang. Jadi kalian silahkan pulang kerumah masing-masing."ujar Bu Retno.

"Iya buk...kita duluan ya buk."ucapku sambil berlalu meninggalkan Bu Retno, yang kemudian diikuti Raka.

Aku merasa sedikit canggung berada di dekat Raka saat ini. Namun dia terlihat biasa saja saat aku meliriknya sekilas. Hanya aku yang merasa tidak nyaman di sini.

"Abis ini main ke rumahku yuk !" Raka membuka pembicaraan.

"Aduh...kayaknya nggak bisa deh,aku lupa tadi ada janji sama Dimas. Maaf ya..."bohongku. Saat ini aku tidak ingin berlama-lama bersamanya. Rasanya sangat tidak nyaman, dan akhir-akhir ini skinship yang dilakukan Raka kepadaku terasa sedikit berlebihan untuk ukuran dua orang yang bersahabat. Itu membuat jantungku seolah-olah sedang lomba marathon.

"Oke...lain kali kalau gitu. Duluan ya !"

Kami berpisah di gerbang sekolah. Ada sedikit rasa kehilangan saat dia meninggalkanku sendiri. Tapi aku harus menjaga jarak dengannya, sebelum perasaanku berkembang lebih jauh. Dan lagi, Raka bukan tipe cowok yang akan dengan mudah didapatkan hatinya. Saat aku berbelok arah, kulihat Raka kembali dan berlari ke arahku.

"Hati-hati ya..."ucapnya kemudian tersenyum manis kepadaku. Memperlihatkan deretan gigi putihnya, kemudian berlalu pergi meninggalkan aku yang termenung. Dia kembali hanya untuk mengucapkan hal itu. Tanpa bisa dicegah, hatiku terasa menghangat, perasaan aneh itu kembali muncul. Astaga ! Ada apa ini?

Seseorang tolong sadarkan aku !

+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+

Alohaaa semuaaa!!
Daku balik lagi nih...makasi buat yang udah baca, yang bersedia ngasih bintang dan meninggalkan jejak sejarahnya di pojok komentar @_@ gk ketinggalan buat yang udah masukin cerita Raka & Cinta ini ke reading list nya, daku ngerasa seneng banget ada yang mau baca tulisanku ini...
Cerita ini masih banyak banget kekurangannya jadi, daku berharap ada diantara kalian yang mau ngasih kritik & saran untuk perubahan yang lebih baik ke depannya. Jika kalian suka & mau, silahkan kasih bintangnya...

Salam sayang,

Queenza95

When Cinta Meet LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang