Hujan

577 22 2
                                    

Hai semua, ini cerita pertamaku lho.Semoga bacaanku ga buat pusing ya maklum aku masih baru jadi masih kaku

Lets to the story









"Ra kan mama pernah bilang anak perempuan ga baik terus melamun apa lagi saat hujan seperti ini, ra seperti sedang galau" Ucap papa raib pada anak perempuannya yang sedari tadi menatap hujan. Aku menoleh dan tersenyum.

"Masa sih anak papa yang cantik ini galau, ra lagi menikmati keindahan hujan bukan galau pa" Ucapku pada papa yang mengambil topik obrolan yang aneh, untuk apa aku galau?aku ga ada masalah sama siapapun?

"Omong-omong soal hujan ra sudah bawa payung?" Tanya papa, aku menepuk dahiku. Aku lupa membawa payung bagaimana sekarang.

Melihat reaksiku saja papa sudah tau apa yang terjadi.

"Kamu bisa pakai payung papa kok, nanti papa bisa minta tolong satpam mengantarkan payung" Ucap papa pelan. Aku buru-buru menggeleng.

"Tidak apa pa, ra bisa lari. Hujannya ga deras kok" Kataku meyakinkan papa.

"Ra kamu ga bawa payung" Tanya sebuah suara yang terdengar sangat menyebalkan. Benar saja ali berdiri didekat mobil, isshhh dia pasti cari perhatian.

Papa yang melihat nya buru-buru menyuruhku sama ali saja "Papa buru-buru ke kantor" Katanya segera meninggalkanku dengan ali di gerbang.

"Baiklah Tuan Muda Ali andai aku tak lupa membawa payung moodku tak akan rusak pagi-pagi" Ucapku kesal melihat ali saja sudah mengesalkan apa lagi berbagi payung mending aku teleportasi.

"Sudahlah aku kan berbaik hati" Kata ali sambil membuka payungnya.

"Ayo!!" Dia menarik tanganku dengan cepat.

"Hei lihat pundakmu basah, payung ini kurang besar" Seru ali melihat air hujan membasahi bahuku, aku mendengus kesal. Apa dia baru menyadari kalau payung ini kecil.

"Kalo kamu keluar dari payung ini mungkin aku tidak basah tuan muda ali" Kataku ketus.

"Aku ada ide" Belum sempat aku mengerti ide ali dia memeluk pundak ku, posisi wajahku dan ali cukup dekat sekarang. Aku yakin wajahku cukup merah sekarang.

"Apa yang kau lakukan!!, penggemarmu tidak akan senang melihat ini" Tapi bukannya melepaskan pelukannya si biang kerok ini malah makin erat memeluk pundakku, ini semakin memalukan ketika beberapa murid menatap kami. Aku terus berdebat dengan ali sampai tak sadar bahwa kami sudah di lorong, tapi ali masih memegang pundakku.

"Tontonan gratis apa yang hampirku lewatkan" Seru suara seseorang dari belakang, yap seli datang dengan gaya yang sangat menyebalkan juga. Aku segera sadar ini sudah di lorong, buru-buru aku melepaskan tangan ali dari pundakku.

"Kenapa kau terus memelukku Hah!!" Seruku kesal.

"Kau tidak menyuruhku ra, jadi kenapa aku melepaskannya lumayankan" Ucap ali dengan nada sama sekali tak bersalah. Dia dan seli bertos sambil berjalan meninggalkanku. Seli kau dipihak siapa??.

Hujan mereda saat bel masuk akan bersuara, tiba-tiba ali dengan gesit ingin meninggalkan kelas.

"Hai kau mau kemana kelas akan segara dimulai" Seruku.

"Aku ada latihan ra" balasnya turut berseru.

Aku terdiam memperhatikan yang melewati kaca lorong. Sampai tawa seli membuatku tersadar. Kenapa aku melihat si biang kerok ini??.

"Kau sangat perhatian akhir-akhir ini ra" kata seli, jika aku mau akan kujitak dia dengan pensil tapi Pak Gun sudah memasuki kelas membuatku mengurungkan niatku itu.

Aku lebih memperhatikan wajah pak gun yang melihat bahwa bangku ali kosong, wajahnya menjadi lebih ceria dari biasanya. Aku yakin pak gun juga tak tahan dengan sifatnya.

Bumi Series in The StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang