Jemputan

260 17 2
                                    

Pov Seli

"Ra, ayolah. Temani aku kali ini saja." Bujuk ali. Disedari tadi membujuk raib menemaninya, tapi raib ya raib. Gengsi.

"Sekali ngak, ya ngak ali." Ujar raib. "Lagi pula, aku akan menemani seli. Kau mau membiarkan dia sendiri. Atau kita ajak seli."

"Aku ga mau jadi nyamuk ra." Kataku. Enak saja bucin di depan orang jomblo.

"Sel, bantu bujuk raib donk."

"Maaf aku ga ikut-ikut." Aku melangkah pergi. Raib menyusul. Ali mendengus kesal, raib memang susah di menangkan.

"Hai teman-teman."

Eh, ily? Dia kok di bumi. Dan ngapain ke sekolah lagi. Bukannya kuliah di ABTT lebih seru.

"Lihat ra, seli bisa sama ily kan?" Ujar ali.

"Aku kesini memang mau jemput seli, ali." Jawab ily. Jemput aku? Astaga apakah akan jadi seperti dilan.

"Eh, aku. Siapa yang menyuruhmu ily?" Tanyaku.

"Tante, eh maksudnya mama kamu sel." Jawab ily. Yaampun mama kurang kerjaan banget ya.

"Ya sudah, seli pulang bareng ily. Jadi ra bisa temenin aku." Ujar ali.

"Enak saja, ga mau!" Ujar raib melotot, dia jelas malas melihat ali seharian.

"Lalu kau mau apa? Mau bonceng juga ama ily. Kelihatannya jadi aneh tau!!" Ujar ali. Wajah raib memerah, dia melotot. Ga gitu juga tau, mungkin itu maksud tatapannya.

"Sudahlah, ayo." Ucap raib berbalik. Ali melompat, dia jelas sangat senang. Dia menggenggam tangan ra pergi. Dasar bucin gengsian.

"Ayo sel." Ajak ily. Aku mengangguk, walau tak terbiasa tapi ini sangat keren. Di jemput ily, entah berapa orang yang ingin. Tapi yang beruntung adalah aku.

"Sejak kapan kamu bisa naik motor, ily?" Tanyaku. Motornya stabil padahal di klan bulan ini pasti barang langka.

"Tadi udah coba selama satu jam di dekat rumahmu, tante mengajariku. Lalu menyuruhku latihan sekalian jemput kamu." Jelas ily. Wah mama sepertinya sangat ingin ily jadi menantunya.

"Eh, kamukan ga punya SIM." Bagaimana kalau ada polisi. Haduh mama ga berpikir panjang.

"Tenang sel, ini cukup dekat. Agar tidak ketahuan polisi, kita akan ngebut. Pegangan!!" Seru ily. Motor itu benar benar, melaju. Aku panik bergegas memeluk ily. Astaga memalukan.

"Seli, ganti baju. Habis itu temani aku jalan-jalan yuk." Ajak ily. Aku mengangguk. Berlari secepat mungkin. Aaaa, ily. Jalan sama ily. Ini mungkin mimpi.

"Seli, cepat kasian ily lama nunggu." Seru mama dari bawah.

"Iyaa ma, bentar." Seruku. Aku kan harus tampil cantik.

Aku segera turun, baju rok putih dan sepatu hitam, dan juga tas hitam mini. Aku sangat keren.

"Ayoo." Ajakku. Ily agak termangu lalu dia mengangguk. Apa serius aku secantik itu.

Perjalanan kami tenang, anginnya bahkan bersahabat. Jadi rambutku tidak berantakan. Rencananya sih, kami mau ke mall. Ga jauh cuma beberapa kilometer dari rumah.

***

"Kita kemana dulu sel?" Tanya ily. Aku melihat jam, ini sudah siang. Ily udah makan belum ya?

"Kita makan dulu saja. Kau pasti sudah lapar." Ujarku. Kami berjalan ke arah restoran. Tiba-tiba, entah mengapa ily menggenggam tanganku. Aku yang kaget, langsung refleks menatapnya. Wajahku memerah, aaa. Ini sangat romantis.

"Mau makan apa?" Tanyaku. Kami sudah di restoran. Aku Sebenarnya ragu ily akan suka atau tidak pada makanan bumi. Kami akhirnya memesan steak dan soft drink.

"Hari ini kamu cantik seli." Ucap itu tersenyum. Astaga ternyata aku memang cantik.

"Terima kasih, kamu juga keren." Jawabku. Ily sih idaman bukan hanya keren saja. Pembicaraan kami ditutup saat makanan datang.

Aku mulai menyantap steaknya, ily juga. Walau awalnya dia ragu, sekarang dia menikmatinya. Sangat tampan, makanpun dia tampan. Kami menghabiskan waktu berjalan-jalan, bermain dan juga belanja. Katanya ou, vey dan ilo. Mau oleh-oleh.

Dan terakhir, mesin foto. Aku dan ily masuk. Kami berfoto, sebanyak 10 kali.

"Wow banyak sekali." Ujarku.

"Kita bagi lima, satu orang ya." Tanya ily. Aku mengiyakan. Sebelum kami mau keluar, ily menarik tanganku. Aku menoleh, ada apa?

Ily mengeluarkan setangkai bunga mawar, ini semakin aneh. Jantungku berdetak semakin cepat.

"Seli, aku menyukaimu. Aku tidak bisa menyembunyikan ini. Apa kau mau jadi pacarku." Tanya ily.

Aku termangu, jantungku seperti mau copot. Astaga, pacaran. Astaga.

"Aku, tentu saja mau!!" Seruku memeluk ily. Bagai mimpi jadi kenyataan, entah apa reaksi ily kalau aku peluk. Eh, di memelukku juga. Astaga malu.

Ya, itu berakhir dengan kami yang akhirnya pulang. Kami agak saling malu menatap satu sama lain. Ya kami jadi ldr beda klan. Keren ga tuh, kalian jangan iri ya.

"Kapan-kapan datang lah ke klan bulan, akan ku ajak berkeliling." Ujar ily. Ini sudah malam dia akan pulang. Aku mengangguk.

"Aku akan merindukanmu." Ujarku.

"Aku juga." Dia melambai, hari yang bagus. Aku harus catat tanggal ini. Aku berlari ke kamar.

Cringe banget ga sih.
Tapi yaudah lah yang penting mereka bersatu. Oi jangan lupa vote. Yang ga vote di setrum seli.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bumi Series in The StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang