2

57 4 0
                                    


"Bukan salahku kita memasuki gerbong para ular!" protes James yang sudah kesal dibuat para sahabatnya yang menyudutkannya.

"Tapi kau sendiri yang menyuruhnya untuk mengerjai Snape, kita terpaksa menyusulnya kesana." balas Remus yang tak biasanya ikut merasa kesal. Bagaimana tidak? baru saja mereka kembali ke Hogwarts untuk memulai tahun ajaran baru, mereka sudah mendapat detensi karena dituduh bersekongkol untuk mengerjai Severus Snape di gerbong Slytherin. Sebagai seorang Prefek, Remus benar-benar dibuat malu dan tak tahu harus menaruh mukanya dimana saat bertemu dengan prefek-prefek lain di rapat pertemuan mereka tadi.

"Aku tak bermaksud untuk mengerjainya saat itu juga, mana aku tahu dia langsung melakukannya dan salah sasaran!" balas James menekankan pada dua kata diakhir. Remus hanya menggeleng pasrah dan Peter seperti biasa berlindung di belakang Remus. Yang tak biasa adalah si biang masalah, Sirius Black.

Sirius tak ikut berargumen atau melakukan pembelaan, justru dia diam seribu bahasa, mungkin dia bahkan tak mendengarkan perdebatan sahabat-sahabatnya itu.

James, Remus, dan Peter, ketiganya menatap sirius dengan tatapan aneh. "Oi, Padfoot, kau yang memulai semua ini, kau takkan mengatakan sesuatu?"

Sirius, dengan wajah serius, menopang dagunya dengan satu tangannya, kemudian dengan nada serius dia berkata, "Maafkan aku, teman-teman, salahku pergi kesana tanpa berpikir panjang. Sekarang biarkan aku menanggung semua hukuman kalian."

Mendengar itu keluar dari mulut seorang Sirius Black, tentu ketiga temannya menyadari ada suatu hal yang salah, mereka saling memberikan tatapan kebingungan.

James, yang merasa tak enak, mendekati Sirius dan duduk di sampingnya. "Oh ayolah, Padfoot, ini tak seserius itu." katanya menepuk pundak sahabatnya itu, "Kita akan melakukannya sama-sama seperti biasa. Benar kan, teman-teman?" sambungnya, menatap kedua temannya yang lain.

Kedua temannya itu mengangguk-angguk dengan cepat. "Benar!" seru Peter. "Tentu saja. Lagipula detensi itu tak terlalu buruk," tutur Remus, berusaha menghibur Sirius tapi yang dihibur malah menatapnya dengan tatapan curiga. "A-apa aku salah?"

"Jadi selama ini kau menyukai detensi, Moony? kalau begitu kita sering-sering saja membuat masalah." celetuknya membuat Remus membelalak sedang James terkikik menahan tawanya.

"Bukan itu yang kumaksud Sirius!"

"Huh? kupikir kau mengatakannya dengan serius?"

"PAAADFOOOT!"

"Ya, Moony?"

Pertengkaran kecil antara dua pemuda itu berhasil membuat James tergelak dalam tawa diikuti oleh Peter, dan menyadari kalau sahabatnya itu telah kembali ke sifat semulanya. Tapi kesenangan sesaat mereka tiba-tiba terhenti ketika seorang gadis berambut ikal berdiri berkacak pinggang di depan para Marauders. Kehadirannya membuat suasana yang tadinya penuh tawa mendadak menjadi sunyi dalam sekejap. Gadis itu adalah Abigail Warlock, siswi tahun ketujuh sekaligus Headgirl saat ini, dia juga orang yang memergoki para Marauders di kereta.

"Lagi?" tanyanya tajam. Dan keempat pria di depannya itu telah tahu pasti kemana pertanyaan Abigail merujuk.

Abigail menatap mereka satu persatu dan berhenti pada Remus yang langsung menunduk malu. Sirius yang melihat Remus menundukkan kepalanya segera berpikir agar temannya itu tak kena marah. Lalu dia memulai dengan berdehem, "Abby! Rambutmu seperti biasa melingkar dengan sempurna, ya!" katanya berbasa-basi dengan tawa hambar.

"Ha. Lucu sekali. Kurasa keluarga Black tidak cukup kaya untuk membelikanmu sebuah sisir." balasnya sarkas. Sirius tertohok mendengar itu sedang James terkikik di sebelahnya. "Dan jangan sok dekat dengan memanggilku dengan sebutan itu." sambungnya sinis tapi Sirius tak mengindahkannya.

𝑰𝑵𝑬𝑭𝑭𝑨𝑩𝑳𝑬 | S BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang