Awal Mula Pertanyaan

2.6K 101 2
                                    

Pada suatu malam, aku enggan memejamkan mata. Kudengar lantunan ayat surat yasin dari luar kamar. Ayahku yang membacanya. Aku enggan ikut campur, aku kembali masuk ke kamar.
Berselimut sambil memeluk boneka, tiba-tiba muncul suatu rasa dengan berjuta pertanyaan di dalam benakku.
Rasa itu sulit diceritakan, pertanyaannya terlalu banyak dan mungkin aneh. Alu senang berfikir, bahkan untuk hal aneh sekalipun.
******
Keesokan harinya, sepulang sekolah rencananya aku hendak ke kantin.Namun rencanaku berubah ketika aku melihat seorang perempuan begamis ungu dengan kerudung hitam panjang hampir menutup lututnya melintas di depanku. Aku memperhatikan setiap langkahnya. Ia menuju suatu ruangan kelas. Reflek tubuhku mengekor, namun ketika aku melihat seisi dalam ruangan yang dipenuhi perempuan berkerudung, aku terdiam di tempat, tidak kuasa ikut masuk ke dalam.
Aku menunggu, barangkali perempuan tadi keluar ruangan entah untuk apa. Ah! Benar saja, perempuan tadi keluar ruangan, berjalan lurus menuju toilet. Aku mengikutinya lagi, dan dia ternyata menyadari gerak-gerik tubuhku.
Dia tersenyum, aku pun. "Ada apa?" tanyanya.
"Eh.. kamu pembina rohis ya?"
"Iya.." jawabnya pelan.
"Aku ingin.. bertanya," oh tidak badanku dingin pada setiap kata yang kuucap.
Dia menuntunku ke dalam suatu ruangan kelas. Aku diajaknya duduk berdua. Mulailah percakapanku dengan si pembina rohis.
"Mau tanya apa?'' katanya dengan senyum.
"Eh..hmm..aku muslim, tapi sejujurnya aku tidak seperti kamu. Aku tidak berjilbab bergamis seperti kamu. Aku mungkin tidak mengerti agama seperti kamu." kataku.
dia menatap mataku dalam-dalam "lalu?''
Aku kesal,sungguh. Aku kira dia akan langsung menceramahiku agar aku tahu intinya, tapi ternyata tidak!
Pertanyaanku mulai konyol, "Mengapa kau amat mencintai islam?"
"Aku mencintai hidupku, aku mencintai Allah, aku mencintai agamaku. Agamaku adalah keseluruhan dari hidupku, mana bisa aku hidup tanpa agamaku. Mana bisa aku bernyawa tanpa Tuhanku. Secinta-cintanya pun aku kepada Islam, dalam pandangan Allah, aku belum tentu ada apa-apanya."
Hatiku berkobar kesal, apa sebenarnya yang ia katakan, aku tidak mengerti!
"Agamamu adalah kewajiban dan hakmu. Agamamu adalah apa-apa yang sudah kau pilih bahkan sebelum kau mengerti huruf. Jika kau memilih suatu agama, berarti kau setuju bahwa ada suatu zat yang disebut Tuhan. Zat yang menciptakan segalanya di bumi dan langit. Dan kau pasti yakin Tuhan lah segala-galanya yang tertinggi. Maka jika kau tidak menaati Tuhanmu, berarti kau merasa lebih tinggi dariNya. Apa pantas?"
"Tidak,'' aku menggeleng lemah.

Cermin Seorang HijabiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang