A l a s a n D a r i P e r u b a h a n

57 44 261
                                    

"Nggak selalu orang lain bisa diharapkan. Lebih baik berharap kepada diri sendiri. Karna itu lebih pasti."

_byTintaHitam_


Semoga para readers sekalian tetap sehat

 

Baru saja Hana ingin membuka pintu rumahnya, seorang laki-laki yang umurnya sudah kepala 4 lebih dulu membuka pintu Itu dari dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baru saja Hana ingin membuka pintu rumahnya, seorang laki-laki yang umurnya sudah kepala 4 lebih dulu membuka pintu Itu dari dalam. Berdiri di depan Hana sambil menatapnya dengan tajam. Hana yang ditatap seperti itu seketika menundukkan kepalanya. Pasti sebentar lagi dia akan kena marah lagi.

"Ooh... Bagus, sudah pandai pulang malam kamu, ya. Darimana kamu?!" Bentak Hendra(Ayah Hana) pada Hana.

"Hana baru siap kerja kelompok, Yah."

"Kamu pikir saya bodoh seperti kamu!? Mana ada kerja kelompok sampai malam begini?!" Hana tak berani menatap mata Hendra. Hendra  pasti tau dia sedang berbohong. Hana baru saja pulang dari makam ibunya. Kalau dia memberi tahu Hendra, pasti Hendra akan semakin marah padanya.

"Apa kamu ke makam istri saya
lagi?!" Tanya ayah Hana padanya.

"Nggak, Yah. Hana gak ke tempat Bunda, Yah." Hana susah payah menahan air mata yang telah menggenang di pelupuk matanya.

"Memang seharusnya kamu tidak boleh kesana. Karena kamu pembunuh!! saya tidak mau makam istri saya dikunjungi oleh orang yang telah membuatnya meninggal." Setelah mengucapkan itu, Hendra masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Hana yang terluka karena perkataannya.

"Hiks, Hana nggak bunuh Bunda, Ayah. Hana gak pernah ngelakuin itu. Andai ayah mau dengerin Hana, mungkin masa buruk selama beberapa tahun ini nggak mungkin terjadi."
Dia berdiri, berjalan ke kamarnya dengan pikiran yang berkecamuk.

Setibanya di kamar Dia langsung merebahkan badan nya ke tempat tidur.
Hana lelah, Hana sakit hati ketika mendengar ayah nya yang selalu berbicara dan bersikap benci padanya. Dia hanya ingin kesalahpahaman beberapa tahun ini cepat selesai. Dituduh membunuh ibu sendiri padahal kita tidak melakukannya pasti rasanya sangatlah sakit.

Ayahnya salah paham padanya. Ingin sekali Hana menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, tetapi ayahnya tidak pernah memberinya kesempatan untuk menjelaskan. Hana tidak bodoh, tentu dia pernah berusaha menjelaskan pada sang ayah. Tetapi orang yang dipanggil ayahnya itu bahkan langsung pergi ketika Hana baru saja mulai bicara.

Rasanya percuma saja. Semenjak saat itu Hana hanya bisa menerima cacian dan kataan kasar dari ayahnya. Hana sakit hati mendengarnya, tapi rasa cinta dan sayang pada ayahnya jauh lebih besar. Lagian keluarga satu-satunya yang tinggal hanya ayahnya. Jadi mau bagaimana lagi. Lama berwenang membuat Hana teringat kejadian tadi siang .

Flashback

Hana berjalan memasuki restoran tempat biasa dia dan Dimas makan sepulang sekolah. Ah, ya perkenalkan Dimas itu pacarnya. Dia dan Dimas sudah menjalin hubungan selama 2 setengah tahun ini. Dimas itu baik dan selalu perhatian kepadanya, itulah yang membuat Hana kuat selama ini ditambah seorang sahabat yang selalu mendengarkan curhatannya dan selalu menyemangatinya.

Kakinya berhenti. Matanya membulat dan seketika jantung nya berdetak sangat cepat. Di depannya ia melihat Bianca sahabatnya sedang makan dengan Dimas. Dan jangan lupakan tangan mereka yang lainnya saling menggenggam.
Lantas Hana dengan cepat berjalan ke arah mereka.

"Ehem,kalian ngapain di sini?"ucap Hana dengan datar  setelah sampai di meja tempat Dimas dan Bianca makan.
Bianca yang melihat Hana pun terkejut. Langsung saja ia melepaskan genggaman tangannya dengan Dimas.
"Na,kami ng-ngak ngapa-ngapain kok ,kami cuman mau bahas.......bahas materi fisika tadi siang. Dimas ajarin aku doang kok,karena ngg ngerti .Ya 'kan Dim?"
Hana tentu melihat kegugupan di mata Bianca saat menjawab pertanyaannya.
Lagian Hana sudah tahu Bianca berbohong.

"Bener, Dim?"

"Ck,udah lah Bi,kita gak usah sembunyi in ini lagi.Kayak lnya ini waktu yang pas buat ngasih tau dia" kata Dimas pada Bianca.
Bianca yang mendengar itu hanya bisa menundukkan kepalanya.
"Maksud kalian apa?"Hana bingung dengan  yang diucapkan  Dimas. Memangnya apa yang disembunyikan mereka darinya?

"Gw udah pacaran  sama Bianca sejak 8 bulan yang lalu. Dan gw mau kita sekarang putus," ucap Dimas menatap Hana .
"Ngg aku nggak mau,,ini pasti kamu cuma mau prank aku aja kan?ya 'kan, Bi?"
Bianca yang mendengar itu hanya bisa menundukkan kepalanya.

"Ini semua bener dan kayaknya gw pacaran  ama Bianca itu emang udah bener.Bianca lebih baik dari lo!Bianca lebih pintar dari lo  dan Bianca juga lebih hebat dari  lo lagian gw gak mau pacaran ama orang yang dunianya udah hancur kayak lo!!!" Maki Dimas pada Hana. Dimas melepaskan genggaman tangannya dengan Bianca,lalu mencondongkan badannya ke arah Hana. Ketika bibir Dimas sejajar dengan telinga Hana Dimas berbisik "dan perlu lo inget, Hana, gw gak mau pacaran sama PEM-BU-NUH." Dimas mengucapkan kata pembunuh dengan mengejanya.

"Cukup! cukup Dim. Kalo kamu mau kita putus, oke!! Kita PUTUS. Tapi jangan pernah kamu nuduh aku pembunuh. Kamu gak tau kebenarannya jadi nggak usah kamu ngomong hal-hal yang nggak bener. Aku sangka kamu datang untuk mengobati tapi nyatanya kamu datang hanya untuk memperparah. Dan untuk kamu Bianca, ingat! Sesuatu yang didapat dari hasil merebut pasti nggak akan bertahan lama."Hana pergi dari sana dengan air mata berderai .Menghentikan sebuah taxi .
"Ke pemakaman dekat jalan budiman pak"
"Ya neng"jawab supir taksi tersebut pada Hana.

Setelah membayar ongkos taxi,Hana berlari memasuki area pemakaman. Ketika sampai di  makam bundanya ,tubuh Hana jatuh. Bahkan Kakinya pun ikut merasakan pilu hatinya. Kakinya Tidak sanggup menopang berat badannya lagi

Dipeluknya batu nisan ibunya, "Bunda..hiks..Hana nggak kuat lagi Bun.Hana capek bahkan orang yang buat Hana selalu kuat nyatanya mengkhianati Hana bun.hiks.."Hana menumpahkan semua keluh kesahnya pada batu nisan sang ibu.

Dia menangis sesegukan ketika kembali mengingat apa yang dikatakan Dimas padanya .
"Hana nggak pembunuh bun.Hana gak hiks..bunuh Bunda." Tak sadar dia ketiduran sambil memeluk batu yang bertuliskan nama ibunya.

"Hiks... Hana bukan pembunuh." Alam bawah sadar perlahan mengambil alih tubuhnya...

Flashback off

'Huft..udahlah  Hana ngapain kamu nangisin orang yang bahkan nggak mikirin perasaan kamu.'batin Hana dalam hati.

Perlahan Hana bangkit dari kasurnya berjalan ke arah  meja rias yang terletak di sudut kamarnya. Duduk di kursi tersebut dan mengamati dirinya sendiri.

"Nggak akan ada Hana yang  cengeng lagi dan ngga akan ada Hana  yang mudah tersakiti lagi,sekarang hanya ada Hana yang  Dingin dan tak tersentuh. Hana yang lama udah mati, dan nggak akan ada lagi."

Tangan Hana mengambil sebuah foto yang terletak di sudut meja itu. Foto Dirinya dan sang Bunda .Ibunya yang  berdiri di tepi pantai sambil menggendong Hana kecil.

"Hana  akan kuat bun. Bukan karna orang lain lagi tapi karna diri Hana sendiri. Orang yang selalu buat Hana kuat pasti akhirnya akan pergi."

Ia meletakkan kembali foto tersebut. Menghapus sisa sisa air matanya dan berjalan ke kamar mandi. Ingin membersihkan diri setelah melewati hari yang begitu panjang dan melelahkan. Dan mempersiapkan diri untuk kehidupan baru esok hari.

 

--Tbc--

Jangan lupa pencet tombol bintang yaa. And jangan lupa juga komen sebanyak-banyaknya.
Follow juga akun Author kalo mau😆

Secret Of The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang