"Aw! Sakit, Mas!"
"Lepasin saya!"
Cindry terus saja meronta-ronta, mencoba melepaskan genggamannya dari seorang pria yang umurnya beda 10 tahun di atasnya.
Berapa kali merengek pun Saka tak acuh dan terus menarik pergelangan tangan Cindry begitu erat.
Cindry hanya bisa menelan ludahnya ketika melewati gang sempit nan gelap. Di sini sangat sunyi, tak ada seorangpun bahkan rumah-rumah yang berderet di sampingnya tampak kosong.
Tak mampu melawan lagi, akhirnya Cindry hanya bisa pasrah mengikuti langkah kaki suaminya itu.
"Nah kita sudah sampai."
Di balik gang sempit dan rumah-rumah kosong ternyata tampak sebuah bangunan cukup luas. Semacam klinik dengan beberapa perawat yang berlalu-lalang membawa pasien. Suara tangisan, rengekan, bahkan jeritan tampaknya mengisi rasa sunyi di tempat itu.
Suara roda berputar terdengar di balik ruangan dengan pintu bercat putih. Di atas ranjang pasien wanita terlihat kesakitan. Wanita itu terus memegangi perutnya yang banyak keluar darah. Bahkan sekujur tubuhnya tampak pucat pasi.
Sementara di lorong-lorong ada tiga orang yang usianya mungkin sama dengan Cindry. Meski duduk berjauhan, Cindry dapat melihat ketiganya duduk dengan tubuh gemetaran. Seolah masa depan dan harapan tak ada lagi dalam benak mereka.
Melihat itu Cindry hanya bisa menutup mulutnya sembari menahan isak tangis. Lagi-lagi Cindry berusaha melepaskan diri dari cengkraman Saka.
"Mas, jangan. Kumohon," lirihnya memohon pada Saka.
Saka menatap dalam mata Cindry. Ada rasa tak tega dalam benaknya, tapi mau bagaimana lagi. Saka merasa bahwa ini demi kebaikan Cindry dan dirinya.
"Cindry, dengar!" Saka memegang bahu Cindry dengan lembut, mengusap air mata yang terus jatuh dari pelupuk mata Cindry.
"Mas lakuin ini semua demi kamu. Sekarang pilihan ada di tanganmu. Cindry mengugurkan kandungan dan terus bersama Mas atau Cindry mempertahankan kandungan, tapi berpisah dengan Mas?"
Sebuah pilihan yang sulit. Logika Cindry seolah tak berjalan. Benaknya tahu bahwa Saka adalah pria brengsek yang tidak bertanggungjawab. Itu bukanlah pilihan, tidak ada yang terbaik dari keduanya.
Cindry memilih memalingkan pandangannya dari Saka.
"Jangan buat Mas repot, Cindry."
Cindry membelalakkan matanya setelah kata-kata itu keluar dari mulut Saka.
"Jadi, selama ini Mas berpikir kalau aku hanya merepotkan?"
"Tidak, bukan begitu Cindry. Mas hanya—"
"Mas jahat!" Cindry menatap mata Saka tajam dengan air mata menggenang di pelupuk matanya.
"Apa Mas tega membunuh darah daging Mas sendiri? Apa Mas tega, hah!"
"Tapi Cindry—"
"Cukup!" bentaknya. "Jangan bicara lagi. Sekarang Mas pergi dari hadapanku."
"Cindry." Saka mencoba menyingkirkan air mata di pipi Cindry, tapi dengan cepat Cindry menepis tangan Saka.
"Sudah kubilang, pergi!" teriak Cindry membuat orang-orang yang berada di sana menatap pada Cindry dan Saka.
Dengan terpaksa Saka harus pergi dari hadapan Cindry.
"Mas nunggu kamu di bangku dekat pohon jeruk sana," kata Saka menunjuk bangku di pojokan bangunan.
Baru beberapa langkah, Cindry kembali berteriak. "Tunggu!"
Saka seketika berbalik.
"Kenapa Mas beneran pergi?"
Saka hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Kenapa Mas gak peka sama sekali?"
Mengembuskan napas panjang, Saka menghampiri Cindry, merangkulnya dan, membawanya ke bangku dekat pohon jeruk.
***
Kini Cindry hanya menatap kosong pada jalan di depannya. Saka yang sedang menyetir di sampingnya kehabisan kata-kata.
Hanya bising kendaraan yang mengisi keheningan antara keduanya.
Saka merasa gagal menjadi seorang suami bagi Cindry. Andai saja hidupnya tak serumit ini, Saka mungkin akan bahagia ketika mendengar berita kehamilan Cindry.
Sayangnya, Saka tak bisa. Bahkan untuk bisa hidup bahagia selamanya dengan Cindry pun, Saka tak tahu pasti. Hubungan antara mereka bisa rusak kapanpun.
"Mas." Akhirnya satu kata keluar dari mulut Cindry.
"Ada apa? Apa masih sakit?"
"Bagaimana kalau kita berpisah saja."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Wife
RomanceCindry seorang pelajar sebatang kara, tinggal di panti asuhan, dan tak pernah melihat orang tua kandungnya semasa hidup jatuh cinta pada Saka yang sudah memiliki istri dan umurnya terpaut jauh dari umurnya. Meski begitu, Cindry yakin keduanya bisa b...