“Pelangi, pelangi alangkah indahmu, merah, kuning, hijau, dilangit yang biru....,” terlihat seorang anak kecil berambut pendek selayaknya anak laki-laki seumurannya, berumur sekitar 5 tahun menyanyikan lagu pelangi sambil menggambar pelangi dibuku gambarnya. Sepertinya dia orang yang menarik bagiku, aku ingin mencoba berteman dengannya.
“Halo, namaku Keyala, biasa dipanggil Ai’,” aku melakukan perkenalan seperti yang diajarkan oleh orang tuaku, menyodorkan tangan dan menyebutkan nama. Anak itu berhenti bernyanyi, tapi tangannya masih terus menggambar. Sudah sekitar 2 menit aku menunggu balasan jabat tangan, tapi tak kunjung dibalas. Ya, dengan waktu segitu lamanya, aku yang sebagai anak kecil ini merasa jengkel. Aku merasa terabaikan. Aku kesal, dengan cepat aku pergi menjauh dari anak itu.•
•
•
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Yang Kehilangan Warnanya
Short StoryAku, Ai bertemu kembali dengan manusia yang pernah kutemui sebelumnya di sebuah taman. Bertemu di sebuah ruang kelas. Dia orang yang sangat diluar dugaan, tapi aku tetap menyukainya dan menjadikannya teman karena dia pun menawarkanku. Sudah satu tah...