KEMBALI PADA MASA SMA

20 5 0
                                    

Sekolah adalah rumah kedua yang kumiliki, dimana aku mengenal orang-orang berbagai macam sifat, mengenal namanya pertemanan dan percintaan. Aku memiliki sahabat yang akan meninggalkanku satu persatu dan seorang pria.

- Terlupakan -




Aku menelpon Arin salah satu sahabat yang tinggal tak jauh dari rumahku, sekitar 2 kilometer, biasanya dia berangkat sekolah menggunakan sepeda motor.

" Rin dimana lo ? " Tanyaku

" Masih di rumah " Jawab Arin

" Mau nebeng lo ya sen " Celetuk Arin

" Ya jelaslah, lo tau kan kalo berangkat make ojek online duit gua abis rin lama-lama " Jawabku dengan nada yang memohon.

" Yudh entar gua kerumah lo, gua siap-siap dulu " Jawabnya.

Pagi yang cerah tapi tak secerah keadaan di rumahku, rumah tak terlalu besar ukuran 7X12, dihuni aku dan mama. Rumah ini hadiah dari papa ketika mama ulang tahun, sebelum terjadinya perceraian. Aku menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan mama memasak di dapur menyiapkan sarapan untuk kami berdua.

Mama teriak " Senja cepet lagi mandi itu lama bener kamu, udah jam berapa ini, entar kamu terlambat "

" iya mah, ini entar lagi selesai " Jawabku

" mah Arin udah dateng belum " Tanyaku pada mama

" Belum, Arin belum dateng " Jawab mama

Sesudah itu aku cepat-cepat berganti pakaian lalu pergi ke dapur untuk sarapan bersama mama. Seperti biasa, mama masak nasi goreng kesukaanku. " Kamu mau bawa bekal gak sayang " Tanya mama

" Gak mah, mama ini selalu aja ngomong bawa bekal terus, aku udah gede mah " Protesku.

Arin pun datang sembari mengeluarkan smartphone untuk menelponku. " Udah sampe depan rumah gua sen " Tanya Arin

" Asssiiaapppp rin, otw " Jawabku

" Skuy berangkat sekolah "

Di jalan Arin cerita, dia lagi deket dengan pria kelas sebelah. Pria idaman para cewek-cewek sekolahan, termasuk aku juga. Bagaimana tidak menjadi idaman, perawakannya tinggi dan badannya proporsional sebagai pemain basket. Arin juga cantik tanpa make-up pun tetep cantik tapi dia pendek tinggi badannya 155 cm hanya selisih 10 cm dengan tinggi badanku yang 165 cm.

" Sejak kapan lo deket sama cowok, bukannya lo takut sama cowok ya rin " Aku bertanya dengan bercanda

" Gila lo ini sen gua males aja pacaran, makanya gua gk pernah deket sama cowo, lo aja gak ada yang deketin, malahan ngejek " Jawaban Arin bercanda juga.

" Siapa yang deketin lo ? " Tanyaku lagi dengan penasaran

" Tio sen. Gila gk sih lo gua bisa deket dengan Tio " Arin menjawab dengan antusias serta nada yang semangat

" Demi-demi apa lo rin, tio yang kelas sebelah itu, anak basket yang idola para cewek-cewek ? " Aku yang penasaran

" Iya sen, ya kali gua bercanda. Gua juga gk ngaka bisa deket sama dia " Menjawab pertanyaan Sahabatnya

" Kapan lo deket sama dia, wah-wah gak ngasih tau gua lagi lo ini " Tanyaku lagi

" Baru seminggu gua deket sama dia, lo tau kan pas gua kena bola basket, abis dari kantin " Jawaban dari Arin

" Owh ya, yang pala lo kena kan " Aku berbicara dengan tertawa

" Sih anjir. Tau gk lo malem dia ngechat gua dong sen, nah dari situ gua deket sama dia "

" Enaknya sekarang ada yang deketin, lah gua apaan cowok aja males deket sama gua " Jawabku dengan nada kesal

" Jangan kasih tahu siapa-siapa dulu sen, apalagi lo kasih tau sama Mega"

" Bisa malu gua kalo gk jadian, dibully abis-abisan gua sama dia "

" Ya rin, tenang aja sama sahabat lo ini semua aman "

***

Jam 10.00 akhirnya masuk pelajaran Bahasa Indonesia, pelajaran yang membuat aku mencintai bidang tulis menulis. Karena menulis, aku bisa mengeluarkan isi hati tanpa adanya persekusi terhadap orang lain. Biasanya aku menulis puisi, merangkai kata-kata sekedemian rupa menjadi kalimat-kalimat indah. Aku hampir lupa hari ini ada tugas membuat puisi atau cerpen.

" Anak-anak tugas membuat puisi dan cerpen harap dikumpul. Nanti kita bacakan bersama, ibu panggil " Guru B.Indonesia menagih tugas pada siswanya.

" Sen tugas udah, belum lo " Sahut Arin yang duduk disebelahku.

" Ya jelas udahlah rin, buat begituan mah mudah, remem aja bisa gua " Aku menjawab sahutan Arin sambil tertawa

" Aduh gua belum lagi lah, gimana ya ? " Tanya Arin dengan panik

" Searching google tentang puisi kan pendek, ngapain dibuat susah " Jawabku santai

" Owh iya, sampe lupa gua karena panik "

Kemudian Arin mencari puisi di mesin pencarian google. Akhirnya tugas sudah kumpul semua, kami para siswa/ siswi deg-degan karena takut dipanggil untuk membacakan puisi atau cerpen. " Baik, ibu panggil yang pertama. Mega maju untuk membacakan puisi yang sudah dibuat ". Mega pun maju ke depan membacakan puisinya berjudul " Rindu ". Mega adalah salah satu sahabatku selain Arin, Aku dan Mega sering bertukar pendapat mengenai segala macam yang berhubungan dengan menulis, entah membuat puisi, cerpen, atau prosa. Mega adalah masternya membuat karya sastra. Dia pernah juara 1 lomba membuat puisi tingkat provinsi, aku banyak belajar sama dia. Selanjutnya namaku dipanggil untuk membacakan puisi. Puisi ini kubuat tentang pahitnya meninggalkan atau ditinggalkan orang tercinta.

Mencintai seseorang seperti perjudian dengan waktu

Mereka pergi tanpa tahu kapan

Sebab mencintai sama saja menanam luka yang disiram air mata

Mencintai dan dicintai adalah karunia dari kehilangan

Dan kehilangan adalah cobaan dari mencintai

Kita tidak benar-benar siap dengan kenyataan itu

Kita hanya menerimanya dengan lapang dada

Kenyataan-kenyataan itu yang membuat mengerti

Bahwasannya kita akan kembali sepi

Jam pulang berbunyi kami diperbolehkan pulang. Aku dan sahabatku berkumpul di depan kelas untuk membicarakan bisnis jualan makanan dan minuman.

Tanpa disangka Tio datang mengampiri Arin dan mengajaknya pulang barang, Arin terkejut dan mengiakan ajakan Tio. " Gua balik dulu ya bye-bye teman-temanku ", Sen bawa aja motor gua " sembari mengasih kunci motor kepadaku.

" Wah-wah gua gak tau nih Arin sama Tio deket, lo tau sen ? " Mega bertanya karena penasaran

" Baru tau tadi pagi gua ga " Aku menjawab pertanyaan Mega

" Gila-gila kok bisalah sekelas Tio deketin Arin, ya gua tau Arin cantik " Mega kagum dengan kedekatan Arin dan Tio

" Kena pelet palingan sama Arin " Aku sambil tertawa

" Yaudh gua baliklah ngomongin bisnis entar aja tunggu Arin "

" Gua juga balik kalo gitu "

Dan kami berpisah. Aku tidak pulang tapi aku pergi ke cafe yang tau jauh dari sekolah. Duduk di deket jendela sambil melihat kendaraan lalu lalang itu adalah sebuah kebiasaanku untuk meredahkan hati yang gulana. Banyak pertanyaan-pertanyaan menyerang kepalaku. Pertanyaan tentang apakah hidup perihal menginggalkan dan ditinggalkan, apa dengan kenangan di kepala bisa menenangkan hati sedang yang bergelut rindu, hidup tidak sederhana ketika mencintai dan dicintai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kembali SepiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang