Hari ini, kembali kutemui sosok yang luar biasa. Dunia seolah mengajariku hal-hal yang tak terpikirkan sebelumnya. Di tepi sungai, seorang gadis tersenyum simpul padaku.
Aku mengamatinya sebelum akhirnya aku membalas senyumannya.
Lama kami tidak berjumpa, tak saling bertatap muka. Kuamati dia dari atas sampai bawah. Tampak ada yang berbeda darinya.
Pada kelopak matanya, terlihat semburat hitam yang menutupi wajah segarnya. Dia terus tersenyum, dan berbincang denganku penuh tawa.
Dari tawanya, aku mendengar ada kepedihan didalamnya. Ada masalah yang dia sembunyikan, tapi bisa kurasakan.
"Kau ingat suara gemricik hujan di atas genteng Pak Daryo?"
Aku mengangguk.
"Dari situ aku pernah mendapat pelajaran penting."
Alisku mengerut, "bagaimana bisa?"
Dia berbalik menatapku, tetap dengan senyum manisnya,"butiran air hujannya kecil, tapi menetes bersama. Dan tak ada suara yang dapat menyainginya. Sampai aku teriakpun kau tak bisa mendengarnya."
Aku tersenyum simpul, masih banyak pertanyaanku yang belum terjawab olehnya.
Dia menghela nafas pelan, aku bisa mendengarnya.
"Kau tidak ingin cerita Ratna?" pancingku setelah melihat wajah lesunya.
"Tidak, tidak ada yang perlu diceritakan." Dia kembali tersenyum, menatap arus air sungai yang kian menderas.
"Mengapa?"
"Karena kehidupan mengajariku, untuk tetap berjalan tegak. Jika aku ingin bercerita, aku cukup bercerita pada Sang Pencipta. Dia akan memberikan solusi terbaik kepadaku."
"Kau tak bisa sembunyikan semuanya dibalik senyummu. Meskipun aku tidak tau masalahmu, tapi aku bisa merasakannya."
Dia tetap diam, lalu kembali tersenyum dan menatapku, "dengan senyum aku belajar, bahwa aku tak harus membuat seseorang ikut terlarut dalam masalahku. Cukup kalian mendoakan yang terbaik untukku."
Aku mengangguk, bagiku dia sosok yang luar biasa. Usia muda tak pernah membatasinya untuk bersikap dewasa.
Senyumin masalah, dia akan berlalu ketika kita tidak menyerah.
~ 1 Agustus 2021