2. Asal-usul dekatnya Bulan dan Big boss

12 4 11
                                    

Misi-misi QueenL mau lewat!

^Author be like^ otw!

****

Istirahat kedua.

Indahnya dunia, Bulan dan Rani menatap kantin atas dengan berbinar. Mereka berdua sempat mengamuk kepada Ralco, karna waktu istirahat pertama mereka tadi terhambat lama.

"Rani, Bulan pengen sempol lima ribu!"

Rani mengangguk, "Cil, lo cari tempat duduk sana!"

Bulan berjalan cepat kearah kanan mencari tempak duduk, sementara Rani memesankan makanan. Gadis bermata bulat itu diam sebentar, kemana ia mencari tempak duduk? Pandangannya terhenti kepada meja paling pojok. Disana ada Bintang cs, ups Liana juga ada di sana. Tapi menurut penglihatan Bulan, Liana sedang adu bacot dengan Cassandra, anak kelas 12 tukang bully.

"Ngapain lo ke tempat anak-anak Levaner?!" Cassandra berkacak pinggang dengan angkuh.

"Yaelah kak, aku di suruh Biru dong. Emang kamu gak tau, tadi aku abis jadian sama beb Biru. Iya kan sayang?" Liana menoleh centil kearah Xabiru.

Lahar tersedak tawa, "Iyain, Bir!"

Biru enggan menjawab membuat sebagian berfikir bahwa ucapan Liana benar.

"Ih Biru! Lo kok mau-mau aja sih sama ni cabe pasaran?!" Richelle menyenggol keras bahu Liana.

"Hih! sakit bahu incess!"

"Udah cing, ngalah sana!" Sahut Cumi.

"Bangku yang kosong tiga lagi, pokoknya aku di sini!" kekeh Liana keras kepala. Perempuan itu duduk tepat di hadapan Xabirunya. Oke, calon.

"Woah! Bulan mau duduk depan Big Boss," Bulan datang dengan wajah berbinarnya, gadis itu duduk tepat di hadapan Bintang.

Bintang mendengus sinis, "Kemana aja lo? Gue telfonin gak di angkat!"

"Maaf Big boss, hp nokia Bulan kan masih di service."

Merkurius ngakak, "Heh! Jaman gini masih pake nokia?!"

Bulan cengo, emang salah?

"Eyyuh, hp nya jadul ya?" sahut Cassandra masih bersedekap.

"Iya, kayak muka lo!" Rani datang membawa nampan berisi sempol dan batagor.

"Hih! Mak ratu ko gak pesenin punya puteri?" Liana mendramastis sambil menatap horor Rani.

"Sejak kapan lo jadi anak lampir?" sahut Cumi enteng.

"Sejak Mak putus sama pipi Laskar," jawab Liana, karna terlanjur lapar, Liana merampas nasi kerak milik Angin. Kebetulan selera mereka sama. Sama-sama menyukai nasi kerak.

"Berobat lo cing! Astagfirullah..." Angin mengelus dadanya sabar.

"Kapan gue putus sama Laskar, pacaran aja kagak pernah," Rani melirik Laskar tanpa minat, tidak ada pilihan lain. Perempuan itu duduk di hadapan Laskar.

"Amnesia, lo?" Sinis Laskar.

"Bacot!"

Suasana kantin sangat ricuh, sebagian siswi diam-diam mengidamkan anak-anak Levaner. Mereka iri kepada Cassadra maupun Bulan atau Rani. Karna hanya perempuan-perempuan itu yang bisa merasakan bagaimana rasanya duduk dengan para pentolan Lighthit, terutama Bintang dan Biru, juga Laskar dan Langit, Angin dan Api, Meteor dan Merkurius, Cumi dan Lahar juga Felix.

Kericuhan berhenti. Suasana menjadi tegang setelah datangnya Maureen dan Celine.

Dengan langkah sombongnya, Maureen mendekati meja pojok. Cewek itu berdecih sinis melihat Bulan yang sedang di marahi Bintang, tetapi Bulan menanggapinya dengan tertawa. Maureen benci Bulan. Bulan itu benalu baginya. Keluarganya hancur karena kedatangan gadis itu ke dunia.

BULAN UNTUK BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang