Part 1. Awal.

2 1 0
                                    

Happy Reading...
❀❀❀

"Ara, belum bangun?" tanya seseorang di balik pintu, membuat Ara yang sedang merapikan pakaiannya terdiam sebentar, kemudian membukakan pintu kamarnya.

"Sudah, Bun." Jawabnya dengan tersenyum semangat. Pasalnya, hari ini adalah hari pertama dirinya menjadi siswi di SMA Cakralita. Tidak ada yang spesial memang, tapi Ara semangat karena dia kembali tinggal di Jakarta. Tempat masa kecilnya dengan sahabat, ah kekasihnya.

"Ayo buru sarapan, nanti telat loh." Ucap Bundanya.

"Sebentar, Ara ambil tas dulu. Bunda duluan aja, nanti Ara nyusul." Ucapnya.

Bundanya mengangguk lalu mengusap rambut Ara, "Jangan lama-lama nanti kesiangan, masa anak baru kesiangan." Ucapnya sambil melangkah pergi.

Ara. Ah, lebih tepatnya Arana Xaveira Dirgantara dua tahun lalu ia dan keluarganya pindah ke Jepang, karena urusan pekerjaan ayahnya.

Ya, Rana adalah keturunan Indonesia-Jepang.

Tapi setelah dua tahun menetap di Jepang, Minggu kemarin mereka kembali ke Jakarta dan hari ini adalah hari pertamanya sekolah disini.

Rana berharap, bisa bertemu sahabat yang menjelma menjadi kekasihnya.

"Ayah sudah mendapatkan sopir baru untuk mengantar kamu sekolah." Ucap Ayah Rana setelah Rana duduk di meja makan.

Rana tersenyum kecil, "Terimakasih Ayah. padahal Ara udah bisa bawa mobil sendiri, Ayah gak harus cari sopir baru." Ucapnya. Ah, Ara adalah panggilan khusus keluarganya, sementara di luar sama ia kerap di panggil Rana.

"Lagi pula bunda tak akan mengijinkan kalo kamu berkendara sendiri." Ucap Bundanya sambil menyimpan roti selai coklat di piring Rana dan Ayahnya.

Rana tahu maksud dari kedua orangtuanya, mereka hanya takut Rana kenapa-kenapa. Tapi, Rana sudah dewasa, dia bisa menjaga dirinya sendiri. Walau begitu, ia tak menampik rasa senang karena perhatian kedua orangtuanya.

"Bunda sama Ayah selalu saja," Ucapnya sambil terkekeh.

"Kalo gitu, Ayah berangkat duluan." Ucap Ayahnya setelah menghabiskan rotinya lalu mengacak rambut Rana.

"Hati-hati," Ucap Bunda Rana yang di jawab anggukan oleh Ayahnya.

Ayahnya memang sedikit cuek, tapi walau begitu perhatian terhadap keluarganya sangat besar.

"Ara, juga mau berangkat Bun," Ucap Rana sambil menyalami Bundanya.

"Hati-hati, semangat belajarnya." Ucap Bunda Rana.

"Siap kapten," Jawab Rana membuat keduanya terkekeh.

❀❀❀

"Bapak pulang aja, gak usah nunggu Rana." Ucap Rana setelah sampai di sekolahnya.

"Rana pulang jam 3, bapak bisa jemput Rana jam setengah 3." Ucapnya lagi. Pasalnya, ayahnya menyuruh sopirnya menunggu Rana hingga pulang sekolah. Rana tidak akan setega itu membuat sopirnya bosan menunggu berjam-jam.

"Tapi non-"

"Rana udah bilang kok, sama ayah." Ucapnya memotong.

"Baik non, kalo gitu saya permisi." Ucapnya sambil membungkuk.

Rana menganggukkan kepalanya, "Hati-hati pak." ucapnya lalu masuk kedalam kawasan sekolah.

Walau sekolah swasta, tapi gedungnya lebih besar daripada dari SMA negeri lainnya. Sekolahnya tediri dari empat tingkat dengar satu tingkat rooftop, itu berarti lima tingkat.

ℜana [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang