Toji menatap pintu apartemennya dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah kenapa ia tidak punya tenaga untuk menahan kepergian [name]. Entah kenapa dirinya ini malah membiarkan [name] pergi begitu saja, meninggalkannya serta anak mereka. Baru saja Toji merasa senang karena anak yang baru lahir itu adalah anak mereka. Ia bahagia mengetahuinya. Tapi sekarang, [name] malah pergi dari hidupnya ... menyisakan ruang kosong dalam hatinya.
Toji berlalu dari area pintu masuk dan menemui anaknya. Bayi kecil itu tidur dengan lelapnya tanpa mengetahui apa yang terjadi saat ini. Anak yang malang dan begitu polos. Akan jadi seperti apa nanti jika ia mengetahui bahwa ibunya meninggalkannya ketika ia masih berusia belum genap tiga hari.
Toji merendahkan tubuhnya dan mengusap pipi merah bayi itu, "Ayah akan selalu ada disini, Nak. Kau jangan khawatir. Meski ibumu tidak mau merawatmu sekalipun, Ayah akan selalu ada di sampingmu dan merawatmu."
Senyum mengurva di bibir Toji. Bagaimana pun caranya, ia akan membuat bayi ini hidup bahagia. Ia akan memberikan semua yang ia miliki untuk bayinya ini.
Tapi tunggu ...
Sebelum ia memikirkan semua rencana indah untuk anaknya ini, yang pertama harus ia pikirkan adalah nama anak ini. Toji mengurut keningnya, ia lupa dengan hal terpenting dalam hidup bayi yang tengah tidur ini. Bagaimana bisa ia menyenangkan bayi ini kalau si bayi belum memiliki nama?
Tiba-tiba, sebuah nama yang menurutnya indah terbesit begitu saja dari pikirannya. Senyumnya mengembang begitu lebar dan ia merasa nama itu cocok untuk bayi mungil ini.
Toji membiarkan bayinya yang sedang tidur. Ia berjalan mengambil ponselnya yang tergeletak di meja yang terletak tak jauh dari sana. Jemarinya menekan layar gawai tersebut, lalu menempelkan benda berbahan besi itu di telinganya.
"Tolong carikan satu orang pengasuh dan beberapa pelayan yang sudah berpengalaman. Terutama pengasuhnya, aku ingin pengasuhnya berpengalaman. Suruh mereka datang ke apartemenku sekarang juga!"
-ˋˏ ༻💸༺
[Name] berjalan seraya ia menahan rasa sakit di intinya. Kemudian, rasa sakit itu menghilang ketika ia melihat rumahnya dari kejauhan. Semalam, ibunya menghubunginya kembali. Ia bersyukur karena ibunya telah pulang ke rumah kemarin. [Name] mencoba mempercepat langkahnya untuk melihat ibunya. Air matanya langsung menetes begitu ia melihat sosok wanita paruh baya yang sedang duduk di teras sambil berjemur.
"Ibu!" Panggil [name] seraya ia mendekati ibunya.
Wanita yang sedang duduk itu menoleh ke sumber suara dan mereka langsung berpelukan, "[Name]! Ibu sangat merindukanmu." Ucapnya seraya air matanya membasahi pipinya.
[Name] melepaskan pelukannya. Kedua tangannya memegang tangan ibunya, "Bagaimana keadaanmu, Bu? Apa kau sudah baikan?"
Ibunya memasang senyuman di wajahnya. Senyuman yang selama ini [name] rindukan, "Sudah, [name]. Beruntung sekali Ibu masih diberi kesempatan untuk melihatmu lagi."
"Ibu, jangan memikirkan hal yang tidak-tidak. Maafkan aku karena aku baru bisa pulang hari ini."
"Tidak apa-apa," hibur ibu [name], "Apa kau sudah menemui ayahmu? Dia ada di dalam."
[Name] mengangguk, "Ayo kita masuk, Bu!" Ajaknya, tapi ibunya menahan tangannya, membuat [name] mengajukan pertanyaan, "Ada apa, Bu?
Ibunya mengamati dari atas sampai ke bawah, "Ibu merasa kau berbeda. Kau ... semakin berisi."
[Name] tercekat mendengar pernyataan ibunya. Ia tertawa canggung, "Ibu, kau bisa saja. Kita kan memang sudah lama tidak bertemu. Wajar saja kalau aku semakin berisi. Itu artinya aku sehat, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐈𝐕𝐄 𝐅𝐎𝐑 𝐌𝐎𝐍𝐄𝐘,toji ✓
Fanfiction∷ 呪術廻戦 ∷ ( fushiguro toji ) '·..➭ 𝘾𝙊𝙈𝙋𝙇𝙀𝙏𝙀𝘿 ▰▰▰▰▰▰▰▰▰▰ ❝ bahagia karena uang tapi aku juga butuh cinta darimu. ❞ ▰▰▰▰▰▰▰▰▰▰ ∴ ff ,mature themes ,romance ∴ © 𝘼𝙆𝙐𝙏𝘼𝙈𝙄 𝙂𝙀𝙂𝙀 ; story by me...