E09 : Desire

2K 71 0
                                    

Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Samuel mendorong Pierre perlahan ke belakang, membuatnya bersandar di sofa. Pierre terkejut, tetapi ia tidak melawan. Samuel duduk di atas paha Pierre, menatapnya dengan mata yang berbinar, senyumnya menggoda dan menantang.

Pierre duduk di sofa dengan Samuel masih berada di pangkuannya, atmosfer di ruangan itu terasa begitu berbeda-penuh dengan ketegangan dan ketertarikan yang hampir tak tertahankan. Samuel menatap Pierre dengan mata yang berkilauan, senyumnya penuh arti.

Tanpa berkata apa-apa, Samuel mencondongkan tubuhnya ke depan dan menekan bibirnya ke bibir Pierre. Ciuman itu lembut pada awalnya, tetapi kemudian berubah menjadi lebih intens seiring dengan detak jantung mereka yang semakin cepat. Pierre terkejut oleh kehangatan dan kemauan Samuel, tetapi ia tidak menolak. Sebaliknya, Pierre membalas ciuman itu dengan intensitas yang sama, membiarkan dirinya terhanyut dalam perasaan yang begitu menggoda dan menuntut.

Di antara tarikan napas yang memburu, Samuel berhenti sejenak dan menatap dalam mata Pierre. "P-Pierre, kamu tahu nggak, kalo kamu itu... benar-benar sangat menarik? Sulit untuk menolak pesonamu," ucapnya dengan suara rendah dan serak, seolah mengungkapkan sebuah rahasia yang telah lama ia simpan.

Pierre tersenyum, memutuskan untuk bermain-main sejenak. "Oh, ya? Aku nggak tahu kalau aku semenarik itu," jawabnya, suaranya sedikit menggoda, menantang Samuel untuk melanjutkan.

Samuel tertawa kecil, menyadari bahwa Pierre mulai merespons godaannya. "Kamu pasti bercanda, Pierre. Kamu pasti tahu betapa orang-orang tertarik padamu."

Pierre mengangkat alis, lalu dengan senyum nakal, ia kembali menarik Samuel dalam ciuman yang lebih dalam dan penuh gairah. Tangan Pierre bergerak ke leher Samuel, menariknya lebih dekat, sementara tangan Samuel mengusap lembut di sepanjang lengan dan punggung Pierre.

Ruangan yang tadinya tenang kini dipenuhi dengan suara napas yang tersengal-sengal dan detak jantung yang berdebar kencang. Pierre merasakan setiap sentuhan Samuel seolah-olah itu adalah percikan api yang membakar kulitnya. Dia tidak pernah membayangkan dirinya terjebak dalam situasi seperti ini, tetapi bagian dari dirinya merasa benar-benar hidup dan terhubung dengan Samuel.

Samuel, yang biasanya takut dan gugup, kini menunjukkan sisi dirinya yang lebih dalam dan serius. Setiap ciuman dan sentuhan adalah ungkapan dari ketertarikan yang sudah lama ia rasakan terhadap Pierre. "Pierre, aku sudah lama ingin melakukan ini denganmu," bisiknya di antara ciuman mereka, seolah-olah mengungkapkan rahasia yang paling dalam dari hatinya.

Pierre berhenti sejenak, menatap Samuel dengan intens. "Kamu nggak sendirian," jawabnya pelan, mengakui bahwa perasaan itu saling mengisi di antara mereka.

Dengan momen itu, Pierre dan Samuel tenggelam dalam ciuman yang lebih dalam lagi, melupakan sejenak dunia di luar sana dan menikmati kenyataan yang baru ditemukan di antara mereka. Godaan yang tadinya sekadar permainan kini berubah menjadi sesuatu yang lebih nyata dan penuh arti, mengubah hubungan mereka ke arah yang lebih intim dan pribadi.

Pierre tahu bahwa setelah ini, tidak akan ada jalan kembali ke hubungan pertemanan yang biasa. Tapi untuk saat ini, dia memilih untuk menikmati perasaan yang mengalir dalam dirinya, merespons setiap godaan Samuel dengan kesungguhan yang sama.

Adegan ini menggambarkan bagaimana Pierre dan Samuel semakin terlibat dalam godaan dan ketertarikan mereka satu sama lain, hingga akhirnya mengakui perasaan yang lebih dalam, menandai perubahan signifikan dalam hubungan mereka yang sebelumnya hanya sebatas teman.

Perundung Nafsu [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang