Saat ini Tasya sedang dalam perjalanan menuju ke sekolahnya. Tasya mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang karena jam masuk sekolah masih setengah jam lagi. Tasya mengendarai mobil sembari mendengarkan lagu kesukaannya, sedari tadi bibirnya terus bergerak mengikuti lirik lagu yang Ia dengarkan.
Saat Tasya tengah asik mengemudi, tiba-tiba mobil yang Ia kendarai sedikit oleng. Karena tak mau mengambil resiko, Tasya pun menepikan mobilnya. Tasya turun dari mobil untuk mengecek apa yang salah dengan mobilnya. Saat Ia mengecek, ternyata ban depan mobilnya bocor. Ia pun mendengus pelan.
"Ck. Kenapa harus bocor sih, mana sekolah masih jauh lagi." Ucap Tasya kesal.
Tasya pun kembali ke dalam mobil dan mengambil ponselnya, Ia ingin menghubungi bengkel langganannya. Sudah beberapa kali Ia mencoba menelfon, tapi tidak kunjung mendapat jawaban.
"Ini pegawai bengkel pada kemana sih, masa iya dari tadi nggak ada yang ngeangkat telfon gue." Kesal Tasya.
Tasya mencoba untuk menghubungi bengkel langganannya lagi, siapa tau kali ini telfonnya diangkat. Tapi nyatanya nihil, telfonnya tetap tidak mendapat jawaban.
"Anjirlah. Ini gue kudu gimana coba. Mana 20 menit lagi masuk. Gue cari taksi atau ojek aja kali ya, siapa tau ada yang lewat gitu." Ucap Tasya.
Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Tasya pun mengambil tasnya kemudian keluar dari mobil, tak lupa Ia juga mengunci mobilnya kemudian mengirim pesan ke bengkel langganannya tadi untuk mengambil mobilnya kemudian diperbaiki. Setelah selesai, Ia mendudukkan dirinya di trotoar jalan menunggu taksi ataupun tukang ojek yang lewat.
Sudah 10 menit Tasya menunggu, tapi sedari tadi tidak ada taksi maupun tukang ojek yang lewat.
"Elahh.. Ini taksi sama kang ojek pada kemana sihhh, masa iya dari tadi kaga ada yang lewat sama sekali. Mana lima menit lagi masuk. Yakalik gue kudu jalan kaki sampe sekolah. Lu lagi, kenapa pake bocor sih ish. " Ucap Tasya kesal sembari menjejak ban depan mobilnya.
Tin... Tin...
"HUAAAA ASTAGHFIRULLAH!" Seru Tasya keras karena terkejut mendengar suara klakson motor yang sangat keras.
Tasya pun melihat ke arah samping mobilnya, tepatnya ke arah seseorang yang saat ini sedang turun dari motornya. Tasya menyipitkan matanya berusaha mengenali seseorang tersebut. Saat orang tersebut membuka helmnya, barulah Tasya membulatkan matanya.
"Nevan?" Gumam Taysa pelan.
Ya, orang yang tadi membuat Tasya terkejut adalah Nevan. Nevan yang melihat Tasya terkejut pun tersenyum tipis, sangat tipis sampai orang yang melihatnya pun tidak akan tau kalau sekarang ini Nevan sedang tersenyum. Setelah meletakkan helmnya di atas motor, Nevan berjalan menghampiri Tasya. Tasya yang melihat Nevan menghampirinya pun berdiri dari duduknya. Ya, sedari tadi Tasya memang masih duduk di trotoar karena terlalu malas untuk berdiri.
Saat Nevan sampai di depan Tasya, Nevan mengangkat sebelah alisnya. Tasya yang melihat itu mengerutkan alisnya bingung.
"Apa?" Tanya Tasya.
"Kenapa disini?" Tanya Nevan balik tanpa menjawab pertanyaan Tasya. Tasya pun mendengus pelan.
"Ga ada." Jawab Tasya acuh. Dia merasa sedikit kesal karena pertanyaannya tadi tidak dijawab.
Nevan yang mendapati raut wajah Tasya sedikit kesal pun menaikkan sebelah alisnya bingung. Apa salahnya? Pikir Nevan. Tasya yang melihat itu pun bertambah kesal.
"Ishh.. Lo tuh bisa ngga sih jangan cuma ngangkat-ngangkat alis doang. Gue mana ngerti maksud lo apaan. Udah gitu tadi gue tanya malah lo tanya balik lagi bukannya jawab." Ucap Tasya kesal sembari menghentakkan kakinya. Okey, sekarang Nevan paham apa yang membuat gadis didepannya ini merasa kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanta Story
Teen Fiction"Lo kalo jalan bisa hati-hati nggak." "Sorry." "Lo niat minta maaf nggak sih."