Tak terasa sudah 3 bulan lamanya Markus berada di London, dan selama itu pula Rani dan juga Mark mencoba mencocokkan jadwal waktu agar bisa berkomunikasi.
Rani akan bangun tengah malam dan menyempatkan diri bertelepon dengan Mark. Bertukar cerita apa saja yang Mark lakukan disana dan apa yang Rani lakukan disini. Sore juga sepulag kuliah Rani akan menelpon Mark, disana Mark baru akan berangkat kuliah.
"Okey laporan hari ini!" Rani selalu bertanya seperti ini jika sudah selesai menanyakan apakah Mark telah makan malam dan meminum vitaminnya.
"Tadi ke kampus kaya biasanya, dan ya gak ada yang spesial cuma tadi ada tugas kaya kelompok gitu, 4 orang dan aku kebagian kelompok sama 2 cewek dan 1 cowok lain," Mark menceritakan sambil membuka beberapa materi yang disampaikan hari ini.
Mereka selalu melakukan video call karna mereka ingin melihat wajah satu sama lain, dan Mark juga akan menemani Rani hingga dia akhirnya tertidur kembali sebelum pagi datang.
"Mereka orang pertama yang aku kenal di kelas," perkataan lanjutan Mark membuat Rani melotot terkejut.
"Mark!" Rani agak berteriak membuat Mark terkejut disana dan melihat ke arah layar ponselnya.
Mark hanya mengerutkan keningnya dan Rani menghela nafas. 3 bulan berada di sana dan masih baru mengenal 3 orang, dan itu juga karna satu kelompok. Lah kalau gak ada tugas kelompok mungkin Mark tak akan memiliki teman.
"Cari temen dong Mark, biar ada yang bisa di mintain tolong kalau ada apa-apa, terus bisa buat temen juga kalau kamu mau pergi kemana gitu masa sendiri terus," Rani hanya mampu menggelengkan kepala melihat kelakuan pacarnya.
"Kamu tau sendiri aku gak bisa buat kenalan lebih dulu, itu juga karna aku diajak sama salah satu dari mereka buat jadi kelompoknya."
"Oke, terus siapa aja namanya? Jangan bilang belum tau ya kamu, aku kirim santet nih," Mark tertawa mendengar perkataan Rani yang sudah tampak sebal.
"Yang cowok namanya Christian biasa dipanggil Chris, yang cewek satu namanya Rosie pacar Chris dan yang satu lagi namanya Nathalie sahabatnya Rosie. Yang ngajak aku gabung si Nathalie sih."
Tak ada yang berbicara setelah perkataan itu keluar dari mulut Mark. Rani terdiam sibuk dengan pikirannya dan Mark masih sibuk dengan kertas kertasnya.
Hingga Mark tersadar tak ada celotehan pacarnya itu dan dia menatap ke layar ponselnya. Merapikan semua materi tadi dan menumpuknya, dia sekarang memfokuskan pandangan kepada Rani.
"Maharani!" Mark memanggil Rani dan membuat Rani tersadar kemudian fokus pada ponselnya kembali.
"Overthinking kan pasti?" pertanyaan Mark langsung dijawab anggukan kepala oleh Rani.
Mereka berdua sudah sepakat akan jujur apapun yang mereka rasakan. Jarak membuat mereka tak dapat bertemu langsung jadi mereka harus dengan jelas mengatakan perasaan mereka agar tak terjadi salah paham.
"Aku bakal jaga jarak sama Nathalie, gak bakal terlalu deket kalau memang gak ada keperluan. Dari awal aku udah tau kalau dia tertarik sama aku. Bukannya aku kepedean ya tapi kamu juga tau kalau aku ganteng kan," perkataan Mark yang setengah bercanda mampu membuat Rani tertawa dan menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Markus.
"Tapi aku gak bisa nolak disaat dia ajak aku buat gabung kelompok dia karna ya kaya yang aku bilang, aku gak kenal siapapun. Tetep kaya gini ya, saling jujur apapun yang kita rasain. Aku juga bakal lakuin hal yang sama kalau ada perasaan gak enak yang aku rasain. Dan makasih udah percaya sama aku."
Karna mereka selalu melakukan panggilan di malam hari yang memang jam-jam overthinking jadilah seperti ini beberapa kali terjadi untungnya tak ada pertengkaran hebat karna hal itu.
Mark maupun Rani juga tak segan menjelaskan apabila memang dirasa perlu dijelaskan agar tak terjadi kesalahan pahaman berakhir dengan perselisihan.
"Kamu sendiri gimana hari ini? Ospek terakhir kan?"
"Iya, untungnya cuma duduk aja sepanjang acara gak secapek sebelumnya. Minggu depan udah mulai materi deh, dan aku udah punya banyak kenalan baru. Sebelum pulang juga masih kumpul sama anak-anak. Wildan kangen kamu, katanya gak ada lagi yang bisa digangguin," Mark tertawa, dia juga merindukan semua sahabatnya.
Cerita mereka terus mengalir hingga tak terasa panggilan sudah dilakukan selama lebih dari 3 jam dan sekarang sudah jam 4 pagi. Sebelumnya tak akan selama ini karna pagi Rani harus kuliah dan besok kebetulan weekend.
"Tidur gih sana, aku juga mau tidur. Besok aku mau langsung kerjain tugas kelompok tadi di cafe deket apart," Mark menjelaskan kegiatan paginya.
"Iya aku juga udah ngantuk lagi, besok aku bakalan tidur sampe siang sih terus bakal temenin Mama belanja sorenya. Malem bakal pergi sama Adel gak tau deh dia mau ajak kemana," Rani juga tak lupa menjelaskan kegiatan yang akan dia lakukan besok atau nanti?
"Yaudah hati-hati kalau mau pergi, jangan lupa makan tiga kali sama vitamin ya."
"Kamu jangan deket-deket sama Nathalie kalau perlu kasih jarak satu meter. Dan besok sebelum berangkat pap ke aku ya, jangan ganteng-ganteng oke? Kalau aku rasa terlalu ganteng kamu harus ganti baju, kalau perlu gak usah mandi biar agak dekil," Mark hanya bisa tertawa dan menganggukkan kepalanya.
"Bye Mark, mimpi indah. I love you boy."
"Bye sweetie, i love you too," mereka melambaikan tangan ke kamera dan panggilan di matikan oleh Rani.
Rani langsung siap-siap untuk kembali tidur, sebelumnya dia sudah bilang kepada Mama agar dibangunkan agak siang karna dia akan menghabiskan waktu dengan bertelepon Mark.
Sedangkan Mark masih membereskan beberapa materi dan tugasnya kemudian cuci muka dan gosok gigi sebelum beranjak ke kasur dan pergi tidur.
Semoga setiap hari nya bisa mereka lalui seperti hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Panjang Kita!
أدب المراهقينSetelah mereka lulus dari SMA dan SMK. Perjalanan yang harus mereka lalui masih sangat panjang. Markus yang menjalani kuliah di London, dan Rani yang memilih kuliah di kota kelahirannya. Jarak jauh dan perbedaan waktu kadang membuat mereka cukup lel...