Pluem duduk di ruang tamu dengan gelisah. Sejak sebelum berangkat ke rumah Pak Korn, ia sudah gugup.
Seperti apa anaknya Pak Korn ini? Apa ia sanggup menjadi pengawalnya? Pluem mulai berpikir untuk membatalkan perjanjian dengan Pak Korn dan pulang saja.
Tapi ia sedang butuh uang. Ia butuh pekerjaan ini.
Ayolah Pluem, kamu pasti bisa.
Pluem menyemangati dirinya sendiri."Maaf lama menunggu ya Pluem?"
Pak Korn datang dan duduk di hadapan Pluem."Ngga kok pak.." Pluem tersenyum tipis.
"Loh mana anak itu ? Chimmy.. kemari nak. Ada yang mau Pho kenalkan."
Chimon sebenarnya tadi berjalan di belakang Pho nya. Tapi ia berhenti dan ngumpet di belakang lemari karena gugup.
Dalam hatinya menyesal kenapa bisa terjebak dan tergoda dengan iming-iming Pho nya.Ah, sudah kepalang tanggung. Chimon sudah berdandan manis dengan blus putih dan rok selutut. Rambut palsunya sepundak dengan poni menutup dahi. Wajahnya juga sudah dirias tipis.
Peran ini hanya sementara kan? Baiklah, demi Iphone.
Akhirnya Chimon memantapkan hati dan mulai melangkah anggun ke ruang tamu.
"Nah, Pluem.. kenalkan ini anak saya. Namanya Chimmy.
Chimmy, ini Pluem. Mulai sekarang dia yang akan menjadi pengawalmu ya."Pluem bangkit dari duduknya dan mem-wai kepada Chimmy.
"Sawadikap. Pluem kub."
"Sawadikha. Chimmy kha."
Dalam hati Pluem tergetar. Dia tidak menyangka anak Pak Korn secantik ini. Kulitnya putih bersih. Wajahnya kecil mungil dengan mata oriental dan hidung bangir. Nada suaranya manja menggoda.
Sebaliknya Chimon menggerutu dalam hati.
Sial, aku pikir orang miskin tampangnya pasti biasa. Tapi ini ganteng sekali. Dan kenapa aku jadi deg-deg an?"Kalian ngobrol-ngobrol saja dulu. Pho tinggal ya."
"Iya, Pho"
"Oh ya Pluem. Ini kunci mobilnya. Untuk keperluan antar jemput Chimmy ke kampus. Atau mungkin kalau Chimmy minta diantar ke tempat lain."
Pak Korn menyodorkan kunci mobil kepada Pluem. Dan diterima oleh Pluem dengan agak ragu."Baik, pak.."
*****
"Jadi Phi Phem ambil jurusan apa kuliahnya?"
"Namaku Pluem.."
"Ah lebih enak manggil Phi Phem. Kenapa? Keberatan?"
"Ngga.. gapapa. Panggil Phi Phem juga boleh."
Pluem menyabarkan hatinya."Phi ambil jurusan desain grafis, karena suka menggambar. Sudah tingkat 3."
Lanjut Pluem."Oh.."
"Nong Chimmy ambil jurusan apa?"
"Ekonomi."
Jawab Chimon singkat.Karena ayah Chimon, Pak Korn menjabat sebagai rektor di kampus, Chimon dengan mudah terdaftar sebagai mahasiswa pindahan. Identitas Chimon juga sudah disamarkan sebagai Chimmy.
Obrolan Pluem dan Chimon semakin berkembang. Awalnya Chimon hanya menjawab dengan singkat karena ia tidak ingin beramah tamah dengan Pluem.
Tapi Pluem pemuda yang sabar dan baik. Selalu bisa mencari-cari bahan pembicaraan yang menarik bagi Chimon. Beberapa kali Chimon tertawa lepas karena candaan Pluem.
*****
"Nong Chimmy besok kuliah jam berapa?"
"Ada kuliah pagi jam 9."
"Kalau begitu Phi jemput kesini jam 8 ya."
"Oke, boleh. Eh ya, Chimmy minta ID Line nya Phi Phem. Kabarin lagi sebelum berangkat kesini."
Mereka pun bertukar ID Line.
"Kalau begitu, Phi pulang dulu ya. Sampaikan salam sama Pak Korn. Sampai besok, nong Chimmy."
"Sampai besok."
Chimon baru saja akan menutup pintu tapi lalu teringat sesuatu."Phi Pheem.."
"Ya, nong Chimmy?"
Pluem membalikkan badannya."Panggil Chimmy aja."
Pluem tersenyum manis.
"Sampai besok, Chimmy."Chimon tersenyum sambil menutup pintu. Ia menyandarkan kepalanya di pintu, satu tangannya meraba dada.
Kenapa.. dadaku masih berdebar?Ah, peduli amat. Chimon buru-buru naik ke kamarnya. Ia ingin segera melepas dandanannya dan mandi. Mungkin dengan begitu pikirannya jadi jernih kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect My Princess..!! (TAMAT H.E.)
FanficDemi biaya pengobatan ibunya, Pluem terpaksa menerima tawaran pekerjaan menjadi pengawal Chimmy. Mahasiswi cantik, agak judes tapi manja. Seandainya saja Pluem tahu...Chimmy sebenarnya seorang laki-laki bernama asli Chimon.