Levanter Side Story 『Sakura』

137 21 70
                                    

Mereka yang berkata bahwa bunga sakura akan merekah indah, cantik nan merona dengan warna merah mudanya yang menyegarkan beradu padu bersama jernihnya langit musim semi.

Tetapi... apakah kau tahu berapa luka yang harus diperjuangkan demi menjadi sosok yang menebarkan keindahan dunia?

—•—

Orang berkata bahwa aku adalah wanita beruntung yang selalu mendapatkan kasih sayang dimanapun aku berada.

Namun mereka tak menyadari... bahwa diantara kasih sayang itu, ada hal pedih yang selalu mencabik hatiku.

•—Sakura—•

Lengan kecilnya terlipat di tepi jendela, membiarkan udara musim semi mendayu melewati dirinya yang tengah terpanah.

Terpanah akan sosok si pohon tangguh yang kokoh, namun memiliki sejuta keindahan yang mampu menerbangkan keelokannya ke pelosok dunia.

Pijakan kecilnya yang berdiri sekitar di lantai 3 gedung ini meregangkan jari-jarinya, upaya untuk menghilangkan rasa sakit dan pegal setelah menjalankan latihan intensif untuk hari ini.

Ya hari ini... adalah hari spesialnya...

Wajah polosnya itu teterpa angin, poni legamnya yang lucu menghempas kebelakang, membuat mata bulatnya melirik ke atas dan mendapati rambutnya yang berantakan.

Segera tangan kecil nan ringkihnya membenarkan poninya dan rambut hitam panjang legamnya yang di kucir 2 setengah.

"Sakura! Hayaku! (Cepetan!) Kita bisa ketinggalan evaluasinya nih!" teriakan yang menyebut namanya itu membuat tubuh ciliknya berputar, dan melihat kearah pintu kelas yang terbuka.

Netranya yang berkelap-kelip bagai cahaya mentari yang terbiasi air sungai itu membulat.

Itu teman kelas idolnya. Hari ini sekolah mengadakan evaluasi yang memang selalu dilakukan tiap bulan. Dan katanya, untuk evaluasi bulan ini, yang lolos dalam penilaian juri, akan mendapatkan tiket debut menjadi idol.

Sakura mengulum bibirnya ragu, tak ia sangka akan secepat ini evaluasinya.

"Hai! (Baik!)" jawabnya dengan suara yang cukup lantang.

Sebelum dirinya pergi, ia kembali memandang pohon sakura dan melihat kelopak-kelopaknya yang berjatuhan.

Matanya seolah terhipnotis hingga cahaya merah muda terpantul dalam lapisan netranya nan elok bagai kelopak bunga yang bulat.

Sakura tersenyum, kemudian ia berjalan pergi keluar kelas yang sudah sepi kunjung, dan mengikuti langkah temannya menuju tempat evalusi tiap murid berlangsung.








Saat itu... hatiku hatiku...

"Aku ingin menjadi pohon sakura yang kokoh meskipun kelopaknya berjatuhan."

Namun tak semudah apa yang terbesit dikepalaku...


—•—

Silih bergilir nama terpanggil, namun belum ada satupun yang mendapatkan tiket debut yang dinanti-nanti.

Sakura menekuk kedua lututnya, ia duduk di lantai kayu kelas evaluasi, melihat dengan mata getir sembari memeluk lututnya untuk menghilangkan rasa gugupnya.

One The StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang