4. Sleep

58 20 30
                                    

Hari mulai sore namun Ricky masih enggan pulang dari kediaman Lyra. Alasannya, ia masih ingin berada di sini bersama gadis penyandang tunanetra itu.

Bahkan Juan, anak itu sudah pulang karena harus membantu kakak perempuannya berbelanja.

"Iky kok gak pulang-pulang? Nanti Iky dicariin loh sama mama papa Iky." Kata Lyra sambil mengelus surai Ricky yang tidur di pangkuannya.

Kedua insan itu sedang berada di sofa ruang tv. Menikmati suasana hangat yang memeluk mereka dengan erat.

"Aku gak mau pulang. Ricky mau nginep di sini." Balas Ricky kemudian menggenggam tangan Lyra.

Lyra hanya menghela napas pasrah. Pemilik mata biru sapphire itu sudah lelah membujuk pemuda yang susah diberitahu.

"Yaudah deh, terserah Iky. Kamu gak mandi dulu? Iky bau banget tau." Ungkap Lyra.

Ricky sontak mengecek bau badannya dan memang benar apa yang dikatakan Lyra. Cengiran lebar tak berdosa pun muncul.

"Hehe iya beneran bau. Maap Lyra sayang." Katanya kemudian menngecup pipi Lyra sebelum beranjak menuju kamar mandi.

Sementara yang dicium hanya bisa terdiam mematung. Pipinya yang agak pucat kini terhiasi rona merah yang menyebar hingga telinga. Lyra sedang malu.

Bu Elina yang melihat itu tersenyum dan mendekati anaknya. Ia mengambil posisi duduk di sebelah Lyra.

"Ciee Lyra pasti salting ya? Liat tuh pipinya merah banget kayak tomat." Celetuk Bu Elina.

Ia mengacak rambut hitam legam Lyra dengan gemas. Anak gadisnya ini terlihat sangat lucu.

"Enggak kok, Lyra gak salting. Udah ah, Bu. Jangan godain Lyra mulu." Adunya.

Kedua telapak tangannya kini menutupi wajah. Dirinya tak ingin menunjukkan rupanya.

"Iya-iya maaf. Yaudah deh Ibu mau nyiapin baju buat Ricky dulu ya."

Bu Elina berdiri dan meninggalkan Lyra. Wanita yang melahirkan Lyra itu ingin menyiapkan baju untuk Ricky. Ia baru teringat jika Ricky pernah menitipkan beberapa bajunya disini.

Ricky menitipkan beberapa pakaiannya disini karena jika sedang ingin menginap tidak perlu membawa pakaian dari rumah lagi.

―ηιѕкαℓα―


Makan malam kali ini sangat menyenangkan karena ada Ricky yang menyuapi Lyra dengan senang hati.

Bu Elina hanya memperhatikan. Dalam hati, ia bahagia. Melihat Ricky selalu memberi kasih sayang kepada Lyra membuat dirinya yakin jika Ricky mencintai Lyra dengan sangat amat.

Usai makan malam, Ricky membantu bu Elina mencuci piring. Sedangkan Lyra masih duduk di meja makan, menunggu kedua orang itu.

Sedang asyik-asyiknya mencuci piring tiba-tiba celetukan bu Elina berhasil menghentikan kegiatan Ricky.

"Kamu cinta banget ya sama Lyra?" Celetuk bu Elina.

Senyuman lembut ditunjukkannya ke arah Ricky. Hal itu sukses membuat pemuda itu menunduk. Ia tak tahu harus membalas bagaimana.

"Oh gitu, jadi bener kalo kamu cinta ama Lyra? Gapapa kok, Ky. Ibu ngerti kok tanpa kamu kasih tau." Kata bu Elina.

Wanita itu pergi meninggalkan Ricky yang masih terdiam. Tungkainya dilangkahkan menuju ke ruang makan. Kembali menghampiri anaknya yang masih duduk manis di sana.

"Lyra, ayo ke kamar. Udah malem nih, waktunya tidur ya, Sayang." Titah bu Elina.

Bu Elina menuntun Lyra menuju kamar. Meskipun Lyra bisa berjalan sendiri ke kamar, tetap saja Bu Elina akan mentitahnya.

Ibu beranak satu itu menyelimuti tubuh Lyra berharap agar cepat tidur. Lyra hanya menurut dan mulai memejamkan mata.

"Lyra, tidur ya. Mimpi yang indah, Sayang. Ibu pergi dulu, nanti kamu tidur bareng Ricky ya." Pamitnya.

Bu Elina mencium singkat kening Lyra dan meninggalkan kamar. Ia mengizinkan Ricky tidur di satu ranjang yang sama dengan Lyra karena ia yakin anak itu tak akan berbuat macam-macam.

Disaat Lyra akan memasuki alam bawah sadarnya, dirinya merasa ada yang menarik tubuhnya dan direngkuh erat.

Ia tahu jika yang memeluknya seperti ini adalah Ricky. Remaja jangkung itu memberikan pelukan terhangat untuk Lyra.

"Kamu wanita tercantik yang pernah aku temui selama ini, Lyra. Aku sayang banget sama kamu. Jangan pernah tinggalin aku dan aku janji gak akan pernah ninggalin kamu dan bakal terus jagain kamu." Ucap Ricky.

"Lyra gak akan ninggalin Ricky kok. Soalnya Lyra kan gak tau apa-apa tentang dunia ini. Ricky tau sendiri kan kalo Lyra itu buta." Balas Lyra.

Gadis itu tertawa kecil. Mengganggap perkataannya hanya kalimat candaan. Lagipula untuk apa Lyra meninggalkan Ricky?

Ricky mendengus kesal. Ia kira Lyra sudah tertidur tapi ternyata masih belum terlelap. Tangannya yang semula memeluk tubuh Lyra kini menangkup kedua sisi pipi gadis itu.

Lyra terkikik geli ketika Ricky menghujani wajahnya dengan kecupan-kecupan ringan. Wajahnya jadi agak basah juga karenanya.

"Udah ih! Wajah aku jadi basah gara-gara Iky!" Seru Lyra kemudian berusaha melepaskan tangan Ricky yang memegang pipinya itu.

Ricky akhiri sesi kecup mengecup itu setelah mencium pucuk hidung orang yang dicintainya.

Lyra memejamkan matanya. Ia meringsek masuk ke dalam pelukan Ricky. Tubuhnya sampai tak terlihat karena tertutupi daksa Ricky.

"Sleep well my little flower." Bisik Ricky.

Ruangan yang semula dingin kini menjadi hangat. Keduanya tampak nyaman dalam posisi tersebut. Terlebih Ricky yang setelah sekian lama merindukan gadisnya akhirnya bisa tidur bersama Lyra.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ɲเ᥉kᥲᥣᥲ • Ɲเ᥉hเꪑᥙɾᥲ ᎡเkเTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang