Kau Tercipta Untukku

1K 20 4
                                    

"Dho! Lagi sibuk gak?" Ridho yang lagi santai karena dapat jatah sehari off kerja membaca pesan yang baru masuk di Messenger. Dari Sobri temannya, seseorang yang biasa dipanggilnya Sob itu.

"Gak Sob, kenapa emangnya? " Ridho membalas pesan itu.

"Aku mau curhat, lagi stress ini" Balasan chat dari Sob.

"Ya udah, kalau curhat jangan lewat chat. Tunggu bentar, aku ke rumahmu sekarang" Ridho menyambar kunci motornya dan bergegas.

Jarak rumah mereka memang dekat, jika naik motor paling kurang dari 5 menit.

Ridho memang sudah akrab dengan Sob, makanya begitu sampai, Ridho langsung masuk saja ke rumah setelah mengucap salam dan mencari Sob di kamarnya.

Begitu dia masuk kamar, dilihatnya pemuda itu duduk dengan celana pendek dan kaos tanpa lengan membalut tubuhnya. Dia memeluk kedua lututnya. Tampak wajahnya sembab dan rambut kusut pertanda habis menangis.

"Ya elah Sob, masalah apa sih sampe sestress itu. Kayak anak SMP diputusin pacar" Ucap Ridho sambil duduk di sisi ranjang dekat Sob.

Sob menatap hambar padanya.
"Dho, menurutmu aku ini orangnya gimana?"

"Hmmm baik, gak neko-neko, setia kawan" Jawab Ridho sedikit keheranan sambil menebak-nebak apa masalah temannya itu.

"Jika kau tau aibku dan keburukanku apa kau masih mau berteman denganku? " Tanya Sob lagi.

Ridho semakin bingung ditanya seperti itu.
"Ya iyalah, apapun keburukanmu, pak kau tetap teman terbaikku. Emang kenapa sih?"

"Umurku sudah hampir 26, aku masih jomblo dan tak pernah pacaran. Apa kau tak bisa menduganya?" Tanya Sob dengan wajah sendu.

"Menduga apa? Mungkin kau belum ketemu cewek yang pas?"

"Aku... Aku gay... " Ucap Sob singkat dengan pahit.

"Blarrrr" Ridho terkejut luar biasa, pengakuan Sob barusan benar-benar mengejutkannya. Jantungnya cepat merespon dengan detakan yang hebat. Ridho berusaha meyakinkan kalau ini bukan mimpi dan dia hanya salah dengar, tapi Sob bukanlah tipe orang yang kalau ngomong suka bercanda. Dan tiap pengakuannya selalu jujur.

"Kenapa? Kau takut? Kau jijik kan sekarang karena temanmu ini gay? Kalau iya kau boleh kok pergi dan mengakhiri persahabatan kita" Ucap Sob dengan hambar lagi.

Ridho berusaha menenangkan debaran dadanya.
"Gak kok, sumpah! Aku gak jijik samamu. Aku masih mau kok jadi teman. Kecuali jika kau macam-macam samaku" Jawab Ridho dengan perasaan campur aduk. Di tatapnya wajah Sob dengan seksama.

Sob sebenarnya punya wajah yang sedap dipandang, kulitnya kuning kecoklatan, dan memiliki hidung yang mancung. Sungguh dia tak menyangka jika temannya itu seorang gay. Karena memang selama ini Sob tak pernah menunjukkan tanda-tanda kalau dia gay, bahkan perlakuannya pada Ridho cenderung biasa layaknya kepada teman saja.

"Macam-macam gimana? Apa kau pikir mentang-mentang aku gay aku akan memperkosa tiap laki-laki? Kau bukan tipeku" Ucap Sob dengan tatapan mata tajam.

Ridho kini menarik nafas lega.
"Syukurlah kalau aku bukan tipemu. Haduh, kau membuatku jantungan saja. Udah gak usah stress, jangan terlalu dipikirin, gay atau straight sama saja kok. Sama-sama manusia biasa, ada yang baik dan ada yang jahat. Aku lebih senang berteman dengan gay yang baik daripada straight yang bandit. Yang penting kita saling menghargai saja. Coba lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, rajin Sholat malam... " Ucapan Ridho terputus karena Sob telah memotong ucapannya

"Tuhan tak mendengar doaku Dho, sejak SMP ketika ku sadar kalau aku gay, aku selalu berdoa agar perasaan ini dihilangkan. Tetapi apa Dho? Semakin aku rajin berdoa, malah semakin membuatku sakit dan kecewa"

Bukan Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang